Pajak Bumi dan Bangunan

22 3. Pengelompokkan pajak menurut lembaga pemungutnya: a. Pajak Pusat Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Meterai. b. Pajak Daerah Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas: Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Pajak KabupatenKota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak Penerangan Jalan.

B. Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut Undang-Undang mengenai Pajak Bumi dan Bangunan tidak mendefinisikan secara tegas, namun secara umum PBB dapat diartikan sebagai pajak yang dipungut atas pemilikanpenguasaan dan atau pemanfaatan bumi dan bangunan di Indonesia. Jadi Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang ditujukan secara luas yang dikenakan baik atas pemilikan atau pemanfaatan atas bumi dan bangunan di Indonesia kecuali bumi dan bangunan yang dikecualikan akan dikenakan pajak. Pengenaan PBB tdak terkait sama sekali dengan bukti pemilikan tanah dan bangunan. 23 Menurut Nuranifah et al, 2010:3, Pajak Bumi dan Bangunan sebagai salah satu komponen yang mendukung dana perimbangan mempunyai pengaruh terhadap besarnya bagian dana perimbangan yang akan diterima oleh daerah penghasil. Oleh karena itu Pajak Bumi dan bangunan perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah daerah dalam hal penanganannya, sehingga nantinya akan dapat memberikan sumbangan yang besar pada pendapatan asli daerah PAD. Menurut Koentarto 2011:2, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang menggunakan sistem yang cukup memudahkan Wajib Pajak, tidak seperti pajak lainnya yang secara umum menggunakan self assessment system. PBB merupakan pajak dengan sistem pemungutan semi self assessment system dimana pihak fiskus yang lebih pro aktif dan kooperatif melakukan perhitungan, penetapan pajak yang terutang dan mendistribusikannya kepada pemerintah daerah melalui Dispenda berdasarkan Surat Pendaftaran Objek Pajak SPOP yang diisi oleh wajib pajak atau verifikasi pihak fiskus dilapangan, Pemerintah Daerah melalui kecamatan, KelurahanDesa, bahkan mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT sampai ketangan wajib pajak dan juga menerima pembayaran PBB. Menurut Mardiasmo 2009:312, Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman termasuk rawa-rawa, tambak, perairan serta laut wilayah Republik Indonesia. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau 24 dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Termasuk dalam pengertian bangunan: a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan kompleks bangunan b. Jalan tol c. Kolam renang d. Pagar mewah e. Tempat olahraga f. Galangan kapal, dermaga g. Taman mewah h. Tempat penampungan kilang minyak, air dan gas, pipa minyak i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

1. Subjek Pajak

Menurut Undang-Undang No. 28 tahun 2009, subjek pajak adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi atau memperoleh manfaat atas bumi, memiliki, atau menguasai, atau memperoleh manfaat atas bangunan. Menurut Undang-undang No.16 tahun 2011, subjek pajak adalah: a. yang menjadi subjek PBB Pedesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai hak atas Bumi atau memperoleh hak manfaat atas bumi, atau memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat atas bangunan. 25 b. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak menurut peraturan Daerah ini. c. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya , Kelapa Dinas Pelayanan Pajak atas nama Gubernur dapat menetapkan subjek pajak sebagai wajib pajak. d. Subjek pajak yang ditetapkan dapat memberi keterangan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pelayanan Pajak bahwa ia bukan wajib pajak terhadap objek pajak dimaksud. e. Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak disetujui, maka Kepala Dinas Pelayanan Pajak membatalkan penetapan sebgai wajib pajak dalam jangka waktu 1 bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud. f. Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Kepala Dinas Pelayanan Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya. g. Apabila dlaam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan, Kepala Dinas Pelayanan Pajak tidak memberikan keputusan, maka keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui. Menurut Waluyo 2009:157, Subjek pajak dalam pajak bumi dan bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan bangunan dan atau memperoleh manfaat atas bumi dan atau memiliki menguasai dan atau memperoleh manfaat atas banguna, subjek pajak tersebut diatas menjadi wajib pajak bumi dan bangunan. 26 Menurut Casavera 2009:232, Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan memperoleh manfaat atas bumi, memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat atas bangunan. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan PBB menjadi wajib pajak PBB. Apabila suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan subjek pajak sebagai wajib pajak. Menurut Mardiasmo 2009: 316, Subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas atas bumi, memiliki, menguasai dan memperoleh atas manfaat bangunan. Dengan demikian tanda pembayaranpelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak. Subjek pajak yang dimaksud dalam pernyataan diatas dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak.

2. Objek Pajak

Menurut Undang-undang No. 28 tahun 2009, objek pajak adalah Bumi atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Jenis objek bangunannya sama dengan yang diatur dalam UU No.12 tahun 1985. Besarnya NJOPTKP paling rendah adalah Rp. 10.000.000 untuk setiap wajib pajak dan ditetapkan oleh Peraturan Daerah. 27 Menurut Undang-undang No.16 tahun 2011, objek pajak adalah sebagai berikut: a. Objek PBB Pedesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan dimanfaatkan orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. b. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah: 1 Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut. 2 Jalan tol, 3 Kolam renang 4 Pagar mewah 5 Tempat olahraga 6 Galangan kapal, dermaga 7 Taman mewah 8 Tempat penampungan kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;dan 9 Menara 10 Rumah susun 11 Apartemen strata title c. Klasifikasi objek pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan 2 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. 28 d. Objek pajak yang tidak dikenakan PBB Pedesaan dan Perkotaan 1 Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan. 2 Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk memperoleh keuntungan. 3 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis itu. 4 Merupakan cagar budaya yang tidak dimanfaatkan sebagai hunian dan kegiatan usaha. 5 Merupakan ruang terbuka hijau, hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak. 6 Digunakan oleh perwakilan diplomatic dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. 7 Digunakan oleh perwakilan diplomatik atau perwakilan lembaga internasional yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Keuangan. 8 Ditetapkan NJOPTKP sebesar Rp. 15.000.000 untuk setiap wajib pajak. Objek pajak adalah bumi dan bangunan. Pengertian bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan perairan. termasuk dalam pengertian bangunan; 29 a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut. b. Jalan TOL. c. Kolam renang d. Pagar mewah e. Tempat olahraga f. Galangan kapal, dermaga g. Taman mewah h. Tempat penampungankilang minyak , air dan gas, pipa minyak.

i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat

Objek pajak adalah bumi dan bangunan, termasuk juga unit tempat usaha, perumahan, apartemen, seperti tercantum dalam peraturan Direktur Jenderal Pajak Tentang Ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi melalui pendataan objek pajak bumi dan bangunan. Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan perhitungan pajak yang terutang. Dalam menentukan klasifikasi bumitanah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Letak 2. Peruntukan 3. Pemanfaatan 4. Kondisi lingkungan dan lain-lain 30 Sedangkan dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Bahan yang digunakan. 2. Rekayasa. 3. Letak 4. Kondisi lingkungan dll casavera, 2009:229

3. Tarif pajak

Menurut UU No. 12 tahun 1994, tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5. Menurut UU No. 28 tahun 2009, tarif pajak PBB sebesar 3, tarif tersebut ditetapkan oleh Peraturan Daerah. Menurut UU No 16 tahun 2011, tarif pajak yang ditetapkan sebagai berikut: a. Tarif 0,01 untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan Bangunan kurang dari Rp 200.000.000. b. Tarif 0,1 untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan Bangunan Rp 200.000.000 sd Rp 2.000.000.000. c. Tarif 0,2 untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan Bangunan Rp 2.000.000.000 kurang dari Rp 10.000.000. d. Tarif 0,3 untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan Bangunan Rp 10.000.000 atau lebih. 31

4. Dasar Pengenaan Pajak Bumi Dan Bangunan

Menurut UU No.16 tahun 2011, dasar pengenaan PBB Pedesaan dan Perkotaan adalah Nilai Jual Objek Pajak NJOP, besarnya NJOP ditetapkan setiap satu tahun, dan penetapan besarnya NJOP ditetapkan dengan peraturan Gubernur. Menurut Mardiasmo 2009:317, dasar pengenaan pajak adalah sebagai berikut: a. Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual objek pajak. b. Besarnya nilai jual objek pajak NJOP ditetapkan setiap tiga tahun sekali oleh kepala kantor wilayah dirjen pajak atas nama Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan pendapat pemerintah daerah setempat. c. Dasar perhitungan pajak adalah yang ditetapkan serendah-rendah nya 20 dan setinggi-tingginya 100 dari nilai jual objek pajak NJOP. d. Besarnya persentase ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional. Untuk perekonomian sekarang ini, terutama untuk tidak terlalu membebani wajib pajak di daerah pedesaan, tetapi dengan tetap memperhatikan penerimaan, khususnya bagi Pemerintah Daerah, maka telah ditetapkan persentase untuk menetukan besarnya NJKP, yaitu: 1. Sebesar 40 dari NJOP untuk: a. objek pajak perkebunan b. objek pajak kehutanan 32 c. objek pajak lainnya, yang wajib pajak perorangan dengan NJOP atas bumi dan banngunan sama atau lebih besar dari satu milyar. 2. Sebesar 20 dari NJOP untuk a. objek pajak pertambangan b. objek pajak lainnya yang NJOP nya kurang dr 1 Milyar

5. Cara Menghitung Pajak Terutang

Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan NJKP. Pajak bumi dan bangunan = tarif pajak x NJKP = 0,5 x persentase NJKP X NJOP - NJOPTKP Menurut UU No. 28 tahun 2009, cara perhitungan pajak 0,3 x dasar pengenaan pajak NJOP sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 79 ayat 3 setelah dikurangi NJOPTKP sebgaiman yang dimaksud dalam pasal 77 ayat 5. Menurut UU No. 16 tahun 2011, cara perhitungan pajak yaitu besarnya pokok PBB Pedesaan dan Perkotaan yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi NJOPTKP.

6. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan

a. Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat- lambatnya 6 bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. 33 b. Pajak yang terutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambat-lambatnya 1 bulan sejak diterimanya SKP oleh wajib pajak c. Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2 sebulan. d. Denda administrasi yang dimaksud nomor 3, ditambah dengan utang pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih dengan Surat Tagihan Pajak STP Mardiamo, 2009: 324 Tempat pembayaran PBB selanjutnya disingkat TP, adalah Bank Umum Kantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran PBB dan memindahbukukan ke Bank PersepsiPos Persepsi. Pembayaran PBB terutang untuk objek pajak: a. Pedesaan dan perkotaan dilakukan di TP atau TP elektronik, TP elektronik adalah Bank Umum Kantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran PBB secara elektronik dan memindahnukukan ke Bank Persepsi Elektronik Pos Persepsi Elektronik. Bank Persepsi ElektronikPos Persepsi Elektronik, yang selanjutnya disebut BankPos Persepsi Elekrtronik, adalah Bank UmumKantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pemindahbukuan hasil penerimaan PBB dari TP elektronik dan melimpahkan hasil penerimaan PBB ke Bank Operasional III BO III. 34

b. Perkebunan, kehutanan dan pertambangan Non Migas dilakukan di

BankPos Persepsi. c. Pertambangan Migas dan Energi Panas Bumi dilakukan di BankPos Persepsi yang merangkap sebagai BO III, Bank Operasional III, yang selanjutnya disebut BO III, adalah Bank Umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pelimpahan hasil penerimaan PBB dari BankPos Persepsi dan BankPos Persepsi Elektronik, melakukan pembagian hasil penerimaan PBB dan membayar pengembalian kelebihan pembayaran PBB Casavera, 2009:236 Menurut UU No.16 tahun 2011, tata cara pembayaran dapat dilakukan dengan: a. Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat- lambatnya sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. b. Pajak yang terutang berdasarkan SKPD, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak tanggal diterbitkannya. c. Gubernur atas permohonan wajib pajak setelah memnuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan denda sebesar 2 setiap bulan. d. Pajak yang terutang dibayar ke Bank Pemerintah, Bank Daerah, Unit Pelayanan Daerah-BPKD, Bank swasta atau tempat pembayaran lain yang ditunjukan oleh Gubernur. 35

7. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

Pembayaran PBB terutang untuk objek pajak: a. TP elektronik TP elektronik adalah Bank Umumkantor pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran PBB secara elektronik dan memindahbukukan ke Bank Persepsi Elektronik Pos Persepsi Elektronik. b. Perkebunan, kehutanan, dan Pertambangan Non Migas dilakukan di BankPos Persepsi c. Pertambangan Migas dan Energi Panas Bumi dilakukan di BankPos persepsi yang merangkap sebagai BO III. Bank operasional III adalah Bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pelimpahan hasil penerimaan PBB dari Bank Pos persepsi dan BankPos Persepsi Elektronik, melakukan pembagian hasil penerimaan PBB dan membayar pengembalian kelebihan pembayaran PBB Casavera, 2009:237. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan PBB melalui fasilitas perbankan elektronik dapat dilaksanakan dengan menggunakan Anjungan Tunai Mandiri ATM, phone banking, internet banking, atau fasilitas perbankan elektronik lainnya. a. Pembayaran pajak menggunakan fasilitas perbankan elektronik ATM, internet banking phone banking, dsb 1 Wajib pajak mendatangi fasilitas perbankan elektronik dengan membawa data yang lengkap dan benar tentang: 36 a Nomor Obyek Pajak NOP; b Tahun pajak, yang menunjukan periode kewajiban pajak yang akan dibayar 2 Membuka menu pembayaran pajak bumi dan bangunan. 3 Mengisi elemen dalam tampilan dengan data sebagaimana dimaksud dalam angka 1 di atas secara tepat, lengkap dan benar. 4 Meneliti identitas wajib pajak yang terdiri dari NOP, nama, Kelurahan, jumlah PBB yang terhutang dan Tahun Pajak yang muncul pada tampilan.Apabila identitas wajib pajak yang terdiri NOP, nama, Kelurahan, jumlah PBB yang terhutang dan tahun pajak pada tampilan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, maka proses berikutnya harus dibatalkan dan kembali kepada menu sebelumnya untuk mengulang pemasukan data yang diperlukan, karena ada kemungkinan terjadi kesalahan pemasukan data yang diperlukan. 5 Mengambil hasil keluaran fasilitas perbankan elektronik yang berupa Tanda Terima Pembayaran PBB yang disetarakan dengan STTS. 6 Mengecek kebenaran Tanda Terima Pembayaran PBB yang diperoleh. b. Pembayaran Pajak menggunakan fasilitas cash management service CMS pembayaran melalui CMS dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara Bank dan nasabah wajib pajak sepanjang sistem yang menangani jenis pelayanan ini terhubung dengan sistem pembayaran pajak secara online Dirjen Pajak: KEP-371PJ.2002 . 37 Pembayaran pajak bumi dan bangunan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor:167PMK.032007. a. PBB yang terutang dapat dibayar di bank umumkantor pos yang ditunjuk. Penunjukan tempat pembayaran oleh Menteri Keuangan dilimpahkan kepada KP PBBKepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama. b. PBB pun dapat dibayar melalui tempat pembayaran elektronik, yaitu bank umumkantor pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran PBB secara elektronik dan memindahbukukan ke bank persepsi elektronikpos persepsi elektronik. Penunjukan tempat pembayaran elektronik oleh Menteri Keuangan dilimpahkan kepada kepada Dirjen Pajak Indonesian Tax Review, 2010:12.

C. Reformasi Administrasi Perpajakan

Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor Perdesaan dan Perkotaan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Tebing Tinggi

2 92 74

Kesadaran Dan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Sektor Perkotaan (Studi Di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai)

5 92 143

Pengaruh reformasi administrasi perpajakan, pengetahuan dasar wajib pajak tentang perpajakan, dan kesadran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak : studi empiris Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Jakarta Selatan

3 25 146

Pengaruh reformasi pajak dan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak

7 72 74

PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA YOGYAKARTA.

0 3 14

PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKANTERHADAP KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA YOGYAKARTA.

0 2 18

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar di KPP Pratama Pati).

0 2 17

Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan terhadap Kualitas Pelayanan Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak (Survei terhadap Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees).

0 1 18

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN.

2 14 111

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, PENGETAHUAN PERPAJAKAN, DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

3 58 12