Mekanisme Perlindungan Vaksin HPV Vaksin Bivalen

HPV tipe lain. Meskipun demikian, penambahan VLP pada satu vaksin tunggal ditakutkan akan memberikan persoalan teknis dalam produksi vaksin. Pada tanggal 8 Juni 2006, FDA The U.S. Food and Drug Administration telah mengesahkan vaksin HPV FDA, 2006 dan sudah mendapat izin edar dari BPOM RI di Indonesia Rusmil, 2008. Pada awalnya vaksin ditujukan bagi remaja wanita ini, namun saat ini pemberian vaksin diupayakan dapat diperluas untuk remaja pria Depkes RI. Pemberian vaksin HPV sebagai pencegahan kutil kelamin pada pria telah disahkan oleh FDA pada tanggal 16 Oktober 2009 FDA, 2009.

2.5.3 Mekanisme Perlindungan Vaksin HPV

Secara langsung, alasan utama dari mekanisme perlindungan ditandai oleh tingginya kadar serum neutralizing antibody yang dihasilkan oleh vaksin. Penelitian menunjukkan bahwa serum IgG dapat bersifat melindungi terhadap infeksi HPV dan kadar IgG yang tinggi dalam darah disebabkan oleh adanya vaksin L1 HPV yang telah diberikan sebelumnya. Pada prinsipnya IgG pada cairan yang keluar dari mulut rahim bersifat melindungi terhadap infeksi HPV dan hal ini diperantarai oleh serum IgG yang biasa melakukan transudasi pada epitel mulut rahim terutama pada daerah squamo- columnar junction dan dalam konsentrasi tinggi mengikat partikel virus yang akhirnya mencegah infeksi. Kadar sistemik dari IgG secara substansial lebih tinggi dibandingkan pada cairan mulut rahim, sehingga biasanya menimbulkan kekebalan sistemik terhadap infeksi virus HPV pada lokasi lain seperti kulit dan selaput lendir permukaan epitel lainnya. Dari data tentang percobaan tentang vaksin HPV ditunjukkan bahwa kadar antibodi menurun setelah mencapai puncaknya setelah imunisasi dan kemudian menetap, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan respon kekebalan tubuh yang timbul pada infeksi alami HPV dan kadar tersebut menetap pada 48 bulan setelah Universitas Sumatera Utara vaksinasi. Bagaimanapun juga, infeksi HPV dapat berulang setelah beberapa tahun dan risiko mendapat infeksi baru sangat bergantung ada perilaku seksual dari individu tersebut. Kadar antibodi kapsid pada infeksi alami HPV biasanya stabil pada beberapa tahun dan apabila diikuti, sebesar 50 dari wanita akan menghasilkan seropositif pada 10 tahun setelah ditemukannya infeksi virus HPV pada daerah cervico vaginal Rasjidi, 2009.

2.5.4 Vaksin Bivalen

Vaksin bivalen adalah vaksin yang mengandung protein L1 dari VLP HPV tipe 16 dan 18 yang diekspresikan oleh rekombinan vektor baculovirus. Tiap 0,5 ml vaksin mengandung 20 µg protein HPV 16 L1, 20 µg protein HPV 18 L1, 50 µg 3-O- desacyl-4’-monophosphoryl lipid A, 0,5 mg aluminium hydroxide, 4,4 mg NaCl, 0,624 mg sodium dihydrogen phosphate dehydrate, residu dari sel serangga, protein viral 40 ng dan protein bakteri 150 ng. Vaksin ini tidak mengandung bahan pengawet dan harus disimpan pada suhu 2°-8°C. Vaksin bivalen diberikan pada wanita berusia 10-25 tahun GlaxoSmithKline, 2009. Vaksin ini diberikan secara intramuskular pada daerah deltoid sebanyak 0,5 ml dan diberikan 3 kali. Pemberian kedua dilakukan 1 bulan setelah pemberian pertama dan pemberian ketiga dilakukan 6 bulan setelah pemberian yang pertama Rusmil, 2008. Berdasarkan percobaan yang dilakukan Diana M Harper, didapatkan bahwa vaksin bivalen sangat efektif dalam menurunkan angka kejadian infeksi HPV dan infeksi menetap HPV tipe 16 dan 18 pada individu yang sudah mendapatkan vaksinasi HPV lengkap. Efektivitas vaksin juga sangat tinggi pada wanita yang tidak mendapatkan protokol vaksin secara lengkap Rasjidi, 2009. Universitas Sumatera Utara

2.5.5 Vaksin Quadrivalen