Pengaruh Kunjungan Antenatal Pertama terhadap Berat Lahir

5.2 Pengaruh Kunjungan Antenatal Pertama terhadap Berat Lahir

Hasil penelitian menunjukkan cakupan kunjungan antenatal pertama K1 pada ibu sudah cukup baik yaitu sebesar 82,4. Ibu yang tidak melakukan kunjungan antenatal pertama K1 terdapat sebesar 66,7 mengalami kelahiran BBLR sedangkan ibu yang melakukan kunjungan antenatal pertama K1 hanya ditemukan 10,7 yang mengalami kejadian BBLR hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara KI dengan kejadian BBLR. Banyak ibu yang melahirkan tidak melakukan pelayanan antenatal pada trimester pertama, mereka baru memeriksakan kehamilan setelah hamil memasuki bulan keempat. Hal ini dapat memengaruhi kehamilan karena pertama kali ibu melakukan pelayanan antenatal merupakan saat yang sangat penting karena berbagai faktor risiko dan komplikasi bisa dapat segera diketahui seawal mungkin sehingga dapat segera dikurangi atau dihilangkan. Analisis multivariat menunjukkan variabel kunjungan pertama K1 nilai p0,05 dengan odds rasio sebesar 26,98 dengan 95 CI=1,95-373,87, berarti kunjungan antenatal pertama berpengaruh terhadap bayi berat lahir rendah. Hal menunjukkan bahwa kejadian berat bayi lahir rendah pada ibu yang tidak melaksanakan kunjungan antenal pertama K1, 27 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang melakukan kunjungan antenatal pertama. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya sesuai standar pelayanan antenatal yang telah ditetapkan dalam buku pedoman pelayanan antenatal bagi petugas Puskesmas. Pelayanan antenatal yang selengkapnya bukan hanya secara kuantitas minimal 4 kali selama hamil tapi juga kualitas mencakup banyak hal yang meliputi anamnesia, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai risiko yang ada termasuk penyuluhan dan konseling Depkes, 2004. Menurut penelitian Suriani 2010, ibu yang tidak melaksanakan kunjungan antenatal pertama K1 yaitu sebesar 17,6. Hal ini masih diperlukan penyuluhan kepada ibu tentang perlunya kunjungan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester I, dan pada akhirnya apabila ibu hamil berikutnya agar melaksanakan kunjungan antenatal perrtama K1. Kunjungan antenatal care pertama K1 penting dìlakukan pada trimester I karena pada masa ini terjadi organogenesis yaitu masa pembentukan organ-organ janin. Dalam trimester I ibu perlu mendapatkan nasehat tentang pola hidup sehat baik segi nutrisi, istirahat, aktivitas, kebersihan, konsumsi obat-obatan dan lain sebagainya. Hal diatas perlu diperhatikan karena langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Dikuatirkan dengan kebiasaan yang salah pada trimester I dapat mengakibatkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sehingga kunjungan ANC yang pertama sangat penting untuk dilakukan. Hal diatas perlu diperhatikan untuk mendeteksi masalah dan mengatasinya, memberitahukan hasil pemeriksaan dan usia kehamilan, mengajari ibu cara mengatasi ketidak nyamanan, mengajarkan dan mendorong perilaku yang sehat dan menjadwalkan kunjungan berikutnya. Selain itu tujuan K1 adalah untuk menfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kelahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya JHPIEGO, 2001. Menurut Henderson 2006, kunjungan antenatal care ANC adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatanasuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan, yang meliputi pengawasan terhadap kehamilan untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan risiko tinggi, risiko meragukan, atau risiko rendah. Penelitian Nurrohmah 2002 menyatakan terdapat hubungan yang bermakana antara ANC dengan kejadian BBLR.

5.3 Pengaruh Jumlah Kunjungan terhadap Berat Lahir

Dokumen yang terkait

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

6 80 114

Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014

3 90 80

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS Haji Medan Tahun 1997 - 2000

0 40 72

Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2002

0 54 100

Faktor Yang Berhubungan Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pada Bayi Yang Dilahirkan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003 -2004

0 33 99

Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Saat Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Praktik Bidan Sumiariani, AMKeb Kecamatan Medan Johor

2 37 67

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI DAN PERAWATAN ANTENATAL TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI KELURAHAN LAU CIH TAHUN 2012

0 1 65

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah 2.1.1 Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah - Pengaruh Faktor Demografi Dan Perawatan Antenatal Pada Ibu Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan 2012

0 1 22

BAB 1 PENDAHULUAN - Pengaruh Faktor Demografi Dan Perawatan Antenatal Pada Ibu Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan 2012

0 1 8

Pengaruh Faktor Demografi Dan Perawatan Antenatal Pada Ibu Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan 2012

0 1 17