Pengaruh Jumlah Kunjungan terhadap Berat Lahir

cara mengatasi ketidak nyamanan, mengajarkan dan mendorong perilaku yang sehat dan menjadwalkan kunjungan berikutnya. Selain itu tujuan K1 adalah untuk menfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kelahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya JHPIEGO, 2001. Menurut Henderson 2006, kunjungan antenatal care ANC adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatanasuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan, yang meliputi pengawasan terhadap kehamilan untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan risiko tinggi, risiko meragukan, atau risiko rendah. Penelitian Nurrohmah 2002 menyatakan terdapat hubungan yang bermakana antara ANC dengan kejadian BBLR.

5.3 Pengaruh Jumlah Kunjungan terhadap Berat Lahir

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya sesuai standar pelayanan antenatal yang telah ditetapkan dalam buku pedoman pelayanan antenatal bagi petugas puskesmas. Pelayanan antenatal yang selengkapnya bukan hanya secara kuantitas minimal 4 kali selama hamil tapi juga kualitas mencakup banyak hal yang meliputi anamnesia, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai risiko yang ada termasuk penyuluhan dan konseling Depkes, 2004. Pada penelitian ini jumlah kunjungan ibu dikatakan baik apabila selama kehamilan memenuhi semua ketentuan antara lain : ≥4 kali kunjungan yaitu; minimal 1 kali pada trimester I, II dan 2 kali pada trimester ke III. Sedangkan kunjungan ibu 4 kali ada 32,4. Hasil penelitian tentang variabel jumlah kunjungan 4 kali terdapat 32,4 dengan berat badan lahir 2500 gram. Uji statistik menunjukkan variabel jumlah kunjungan dengan nilai p 0,05 dengan odds rasio sebesar 17,78 dengan 95CI=1,78-177,56, artinya kejadian bayi berat lahir rendah pada ibu tidak yang melakukan kujungan 4 kali, 18 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang melakukan kunjungan kehamilan ≥4 kali. Selama kehamilan ibu diharapkan mendapatkan kualitas pelayanan Antenatal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yang termasuk dalam standar pelayanan ANC adalah 5T Timbang Berat badan, Ukur tinggi fundus, Tablet Fe, Imunisasi TT dengan paket tersebut diharapkan ibu secara rutin mengontrol kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan dengan sebaran, 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester ke tiga Depkes RI, 2005. Menurut Hanafiah 2006 dalam Suriani 2010, pelayanan antenatal bertujuan menjaga kesehatan fisikmental ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan mengenai nutrisi, keberhasilan diri, dan proses persalinan, mendeteksi secara dini kelainan yang terdapat serta segera melakukan penatalaksanaan komplikasi medis, bedah, atau pun obstetri selama kehamilan dan menanggulanginya. Selain itu juga bertujuan mempersiapkan ibu hamil, baik fisik, psikologi, dan sosial dalam menghadapi komplikasi. Penelitian ini sejalan dengan pada penelitian Goldani, et.al, 2004 di Ribeirao Brazil dalam Suriani 2010 terdapat hubungan signifikan antara ibu-ibu yang tidak melakukan pelayanan antenatal berisiko untuk melahirkan bayinya BBLR sebesar 2,4 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu-ibu yang melakukan pelayanan antenatal yang cukup. Sedangkan Karmanto 2002 dengan penelitian kasus kontrol di Cirebon diperoleh nilai OR = 2,92 artinya bahwa ibu yang memanfaatkan pelayanan dengan kualitas buruk yaitu tidak memenuhi minimal 4 kali pelayanan dan 5T mempunyai peluang melahirkan BBLR 2,92 kali dibandingkan dengan ibu yang memanfaatkan pelayanan antenatal dengan kualitas baik. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian kasus kontrol Priyanto 2006 dengan sumber data SDKI 2002-2003 diperoleh nilai OR = 2,71 artinya bahwa ibu yang mendapat kualitas antenatal yang buruk kemungkinan akan berisiko 2,71 kali lebih besar melahirkan BBLR dibandingkan ibu-ibu yang mendapat kualitas antenatal yang baik. Menurut WHO 2004 jumlah kunjungan yang dianjurkan bagi seorang ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya adalah 4 kali kunjungan pada masa kehamilan tanpa memperhatikan jumlah kunjungan pada tiap semester. Hasil penelitian Ridwan 2005 menunjukkan bahwa bila ibu tidak teratur melaksanakan ANC, maka 42,1 bayinya lahir BBLR. Sedangkan bila ibu rutin melaksanakan ANC maka, bayi lahir normal ditemukan sebesar 80,7. Setelah dilaksanakan uji odds ratio didapatkan OR= 3,04 95 CI 1,31-7,06. Berarti ibu dengan ANC tidak teratur berisiko melahirkan BBLR sebesar 3 kali lebih besar dibanding bila ibu rutin melaksanakan ANC. Khatun S. dan Rahman M. 2008 dalam Suriani 2010 menyebutkan bahwa antenatal care memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kejadian BBLR pada bayi dengan nilai OR = 29,4 95 CI 12,61-68,48. Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 kali kemungkinan akan melahirkan bayi dengan BBLR 29,4 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC 4 kali atau lebih pada masa kehamilan. Kualitas pelayanan antenatal yang baik seyogyanya dapat mengubah perilaku ibu sehingga ibu dapat mencapai kesehatan yang optimal pada waktu hamil dan melahirkan, karena pada setiap kunjungan antenatal selain pemeriksaan ibu juga akan mendapat penyuluhankonseling. Materi konseling ialah masalah yang dirasakan ibu yang berhubungan dengan kehamilannya, dengan demikian petugas kesehatan diajak untuk memahami ibu secara individu dan belajar untuk mendengarkan segala sesuatu yang diutarakan oleh ibu hamil. Sehingga tidak ada kesenjangan antara kedua belah pihak, ibu hamil tidak merasa takut segan terhadap petugas.

5.4 Pengaruh Komplikasi Kehamilan terhadap Berat Lahir

Dokumen yang terkait

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013

6 80 114

Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2014

3 90 80

Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RS Haji Medan Tahun 1997 - 2000

0 40 72

Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2002

0 54 100

Faktor Yang Berhubungan Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Pada Bayi Yang Dilahirkan Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2003 -2004

0 33 99

Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Saat Hamil dengan Berat Bayi Lahir di Praktik Bidan Sumiariani, AMKeb Kecamatan Medan Johor

2 37 67

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI DAN PERAWATAN ANTENATAL TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI KELURAHAN LAU CIH TAHUN 2012

0 1 65

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah 2.1.1 Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah - Pengaruh Faktor Demografi Dan Perawatan Antenatal Pada Ibu Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan 2012

0 1 22

BAB 1 PENDAHULUAN - Pengaruh Faktor Demografi Dan Perawatan Antenatal Pada Ibu Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan 2012

0 1 8

Pengaruh Faktor Demografi Dan Perawatan Antenatal Pada Ibu Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan 2012

0 1 17