BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Penghasilan terhadap Berat Lahir
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpenghasilan ≥ Rp. 1.250.000,-. sebanyak 73,5. Pada keluarga yang memiliki penghasilan yang
cukup ditemukan sebesar 10 yang mengalami kejadian kasus BBLR, sedangkan pada keluarga yang berpenghasilan rendah ditemukan sebanyak 50 yang mengalami
BBLR, hal ini menunjukkan bahwa kejadian kasus BBLR banyak ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan rendah. Hasil uji Chi-square didapatkan p=0,001 yang
berarti ada hubungan antara penghasilan dengan kejadian BBLR. Keadaan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur kualitas rumah tangga, karena keadaan tersebut erat
kaitannya dengan ketahanan pangan, keadaan gizi, pendidikan dan kesehatan rumah tangga. Bayi berat lahir rendah BBLR merupakan tolok ukur yang sering digunakan
dalam berbagai penelitian untuk menemukan hubungan masalah kesehatan dan gizi pada ibu hamil
Berdasarkan hasil uji multivariat didapatkan bahwa terdapat pengaruh penghasilan terhadap kejadian kasus BBLR dengan nilai signifikasi p=0,011 dengan
odds rasio sebesar 26,57 dengan 95 CI=2,13-331,91, berarti kejadian bayi berat lahir rendah pada ibu penghasilan Rp 1.250.000,- 27 kali lebih besar dibanding
dengan keluarga yang berpenghasilan Rp 1.250.000,-. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi pengasilan
keluarga akan menurunkan kelahiran anak dengan bayi berat lahir rendah. Secara tidak langsung penghasilan ibu hamil akan memengaruhi kejadian BBLR, karena
umumnya ibu-ibu dengan penghasilan keluarga rendah akan mempunyai intake makanan yang lebih rendah baik secara kualitas maupun secara kuantitas, yang akan
berakibat terhadap rendahnya status gizi ibu hamil tersebut. FAO 2003 mengatakan bahwa kondisi ekonomi memengaruhi konsumsi makanan. Konsumsi makanan yang
rendah berakibat pada gizi yang buruk. Gizi buruk pada ibu hamil mengakibatkan anak yang dikandungnya mengalami BBLR.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kardjati 1985 dalam Suriani 2010 bahwa faktor penghasilan berperan dalam meningkatkan risiko kejadian BBLR. Beberapa
alasan diantaranya adalah kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan kalori, disamping juga karena ibu-ibu yang miskin sebelumnya juga kurang gizi. Penelitian Linda
2013 menyatakan bahwa terdapat pengaruh penghasilan dengan kelahiran bayi BBLR di kabupaten Sidoarjo dengan nilai p=0,019
Berdasarkan penelitian Kramer 1987 dalam kajian dan meta analisis tentang faktor-faktor penentu bayi berat lahir rendah antara lain adalah faktor demografi yaitu
56
penghasilan. Apabila faktor tersebut tidak segera diatasi maka jumlah kelahiran BBLR kemungkinan semakin meningkat. Hal ini akan menjadi beban pembangunan
kesehatan jangka pendek dan jangka panjang, karena dampak jangka pendek meningkatnya jumlah kematian bayi usia 0-28 hari, sedangkan jangka panjang
BBLR. Pendapatan memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap kejadian
BBLR. Keluarga dengan pendapatan tinggi akan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan. Sebaliknya keluarga dengan pendapatan rendah akan mengalami
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi. Pada ibu hamil, kekurangan nutrisi sangat berpengaruh pada kondisi janin yang dikandung. Hasil SDKI 2007 menunjukkan
bahwa prevalensi bayi BBLR di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan dan prevalensi bayi BBLR pada keluarga dengan tingkat pendapatan rendah berbeda
signifikan dengan pendapatan tinggi BPS, 2007. Kelahiran dari kondisi kesehatan ibu yang buruk atau defisiensi gizi setelah melahirkan biasanya akan menghasilkan
bayi malnutrisi yang mudah meninggal pada usia dini. Banyak bayi dan anak dari mayarakat miskin dengan gizi buruk di awal kehidupannya yang masih dapat
bertahan hidup, akan tetapi mereka akan mengalami hambatan pertumbuhan fisik dan intelektual, rentan terhadap penyakit, serta akan mengalami gangguan di kehidupan
produktif pada saat mereka menjadi dewasa oleh karena itu pemerintah pusat dan pemerintah daerah bisa membangun dan meningkatkan status ekonomi masyarakat
secara makro, dan otomatis meningkatkan tingkat pendapatan keluarga Djaja, 2009
5.2 Pengaruh Kunjungan Antenatal Pertama terhadap Berat Lahir