Pengaruh Faktor Demografi Dan Perawatan Antenatal Pada Ibu Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan 2012
PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI DAN PERAWATAN ANTENATAL PADA IBU TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR
RENDAH (BBLR) DI KELURAHAN LAU CIH KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
2012
TESIS
Oleh
AGUSANNA DEWI SILANGIT 107032216/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI DAN PERAWATAN ANTENATAL PADA IBU TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DI KELURAHAN LAU CIH KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
2012
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
AGUSANNA DEWI SILANGIT 107032216/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI DAN PERAWATAN ANTENATAL PADA IBU
TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI KELURAHAN LAU CIH KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN 2012 Nama Mahasiswa : Agusanna Dewi Silangit
Nomor Induk Mahasiswa : 107032216
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (
Ketua Anggota
Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(4)
Telah diuji
Pada Tanggal : 14 Februari 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes
Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes 2. dr. Christofel Tobing, Sp.OG
(5)
PERNYATAAN
PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI DAN PERAWATAN ANTENATAL PADA IBU TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DI KELURAHAN LAU CIH KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN 2012
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Maret 2013
Agusanna Dewi Silangit 107032216/IKM
(6)
ABSTRAK
Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada massa perinatal. Faktor demografi dan faktor antenatal merupakan faktor yang memengaruhi kejadian BBLR.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor demografi dan perawatan antenatal pada ibu terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki bayi yang berada di Kelurahan Lau Cih tahun 2013 dengan besar sampel berjumlah 68 orang. Analisis data dilakukan mulai tahapan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian diperoleh bahwa kejadian BBLR 20,6% dan BBLN sebesar 79,4%. Ada pengaruh penghasilan, kunjungan antenatal pertama, jumlah kunjungan dan komplikasi terhadap kejadian berat badan lahir rendah. Variabel yang paling besar pengaruhnya adalah kunjungan antenatal pertama dengan koefisien B=3,295.
Kepada petugas kesehatan dan kader yang berada di kelurahan Lau Cih agar lebih meningkatkan sistem pelayanan kesehatan guna munurunkan kejadian bayi berat lahir rendah dengan cara membuat kebijakan ataupun program yang dapat memotivasi ibu agar kehamilan dan persalianan dipersiapkan dengan baik. Selain itu diharapkan kepada petugas dan kader agar bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.
Kata Kunci : Faktor Demografi, Perawatan Antenatal, Bayi Berat Lahir Rendah
(7)
ABSTRACT
Low birth weight infant is one of the risk factors contributing to the infant mortality especially during perinatal period. Demography and antenatal factors are influencing factors to the incident of low birth weight infant.
This research aimed to analyse the influence of the demographic factors and mother’s antenatal care to the incident of low birth weight infant at Kelurahan Lau Cih, Medan Tuntungan Sub district. This was a survey method with cross sectional study approach. The population of this study was all the 68 mothers with infants at Kelurahan Lau Cih in 2013 and all of them were selected to be the samples. The data obtained were analysed through univariate, bivariate, and multivariate analysis by applying multiple logistic regression test.
The result of this study showed that the incident of low birth weight infant was 20.6% and normal birth weight infant was 79.4%. Monthly income, the first antenatal care, number of ante natal care visit, and pregnancy complication had influenced on the incident of low birth weight infant. The most influencing variabel was the first antenatal visit with coefficient B=3,295.
It is recommended to the health staff and cadres at Kelurahan Lau Cih to improve their health services in order to decrease low birth weights infant by designing policy or program to motivate pregnant women, to prepare appropriately their pregnancy and delivery. In addition, it is suggestion to health staff and cadres to work based on Ministry of Health standard.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Faktor Demografi dan Perawatan Antenatal pada Ibu terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan”.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM).,Sp.A.,(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
(9)
4. Dr.Ir.Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing kami dan memberikan masukan serta saran dalam penyelesaian tesis ini.
5. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Anggota Komisi Pembimbing Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes atas segala ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.
6. dr. Christofel Tobing, Sp.OG dan Dra. Jumirah, M.Kes, selaku tim Penguji yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.
7. Kepala Kantor Kecamatan Medan Tuntungan yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
8. Kepala Kelurahan Lau Cih dan Tenaga Kesehatan yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
(10)
9. Para Dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
10.Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda Alm P. Silangit dan Ibunda Alm Marna Ketaren serta keluarga besar Silangit.
11.Teristimewa buat suami tercinta Brigadir M. Simatupang dan ananda Rachel Dea Rapha Simatupang dan Waka Agripa Simatupang serta adiku Morina Simatupang berkat merekalah penulis termotivasi untuk menyelesaikan studi. 12.Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara khususnya buat Nuraijah Siregar dan Only ME Bintang, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis 13.Teman-teman sepekerjaan Noni Eriska, Nova Prtihatin, Emi Barus, Serly
Monika, Era Munthe, Annestasya, Nia Natasya dan Evawani Silitonga, Fotarisman Zaluchu atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis ini
Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, April 2013 Penulis
Agusanna Dewi Silangit 107032116/IKM
(11)
RIWAYAT HIDUP
Agusanna Dewi Silangit, lahir pada tanggal 4 Agustus 1983 di Medan Provinsi Sumatera Utara, beragama Kristen, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Alm. P. Silangit dan Ibunda Alm. Marna Ketaren dan bertempat tinggal di Medan.
Penulis mulai melaksanakan pendidikan dasar di SD Santo Thomas tamat pada tahun 1995, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di Kemala Bhayangkari Medan tamat pada tahun 1998 dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Utama tamat pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan D-III Kebidanan Pemkab Karo, tamat pada tahun 2004. Tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara tamat pada tahun 2006.
Penulis menikah pada tanggal 4 Mei 2007 dengan Brigadir Martua Simatupang. Penulis bekerja sebagai Dosen Pegawai STIKes Sumatera Utara mulai 2006 sampai sekarang.
Kemudian pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakulatas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 LatarBelakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 7
1.3 TujuanPenelitian ... 7
1.4 Hipotesis ... 7
1.5 ManfaatPenelitian ... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ... 9
2.1.1 PengertianBayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ... 9
2.1.2 KlasifikasiBayiBeratLahirRendah ... 9
2.1.3 ManifestasiKlinis ... 10
2.1.4 Masalahpada BBLR ... 11
2.1.5 Penatalaksanaanpada BBLR ... 14
2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi BBLR ... 15
2.2.1 Faktor Demografi ... 15
2.2.2.Perawatan Antenatal ... 21
2.2.2.1 PengertianPerawatan Antenatal ... 21
2.2.2.2 TujuanPemeriksaanKehamilan ( ANC) ... 21
2.2.2.3 TujuanKhususPengawasan Antenatal ... 22
2.2.2.4 Pelayanan Antenatal ... 24
2.2.2.5 StandarPelayanan ... 26
2.4 LandasanTeori ... 27
(13)
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 29
3.1 JenisPenelitian ... 29
3.2 LokasidanWaktuPenelitian ... 29
3.2.1 LokasiPenelitian ... 29
3.2.2 WaktuPenelitian ... 29
3.3 PopulasidanSampel ... 29
3.3.1 Populasi ... 29
3.3.2 Sampel ... 30
3.4 MetodePengumpulan Data ... 30
3.4.1 Jenis Data ... 30
3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30
3.5 VariabeldanDefinisiOperasional ... 32
3.5.1 VariabelTerikat ... 32
3.5.2 Variabel Bebas ... 32
3.6 MetodePengukuran ... 33
3.6.1 PengukuranVariabelDependen ... 33
3.6.2 PengukuranVariabelIndependen ... 33
3.7 MetodeAnalisis Data ... 36
3.7.1 AnalisisUnivariat ... 36
3.7.2 AnalisisBivariat ... 37
3.7.3 AnalisisMultivariat ... 37
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 38
4.1 GambaranUmumLokasiPenelitian ... 38
4.1.1 Kependudukan ... 38
4.1.2 SaranaKesehatan ... 38
4.1.3 Program kerja puskesmas ... 39
4.2 Analisis Univariat ... 39
4.2.1 Karakteristik Jawaban Responden ... 40
4.2.2 Karakteristik Responden ... 42
4.3 Hubungan Faktor Demografi dengan Bayi Berat Lahir Rendah ... 44
4.4 Hubungan Perawatan Antenatal dengan Bayi Berat Lahir Rendah ... 45
4.5 Hubungan Variabel Counfounding (Status Gizi, Jarak Kehamilan, Paritas dan Komplikasi) dengan Bayi Berat Lahir Rendah ... 47
4.6 HubunganAntarVariabelIndependenUtamadanConfounding ... 49
(14)
4.7.1 Pengaruh Penghasilan, Kunjungan Antenatal Pertama (K1), Jumlah Kunjungan, Komplikasi Kehamilan
terhadap Bayi Berat Lahir Rendah ... 51
4.8 Pemeriksaan Interaksi ... 53
4.9 Pemeriksaan Confounding ... 54
BAB 5 PEMBAHASAN ... 56
5.1 PengaruhPenghasilanterhadapBayi Berat Lahir ... 56
5.2 PengaruhKunjungan Antenatal PertamaterhadapBayi Berat Lahir ... 58
5.3 Pengaruh Jumlah Kunjungan terhadap Bayi Berat Lahir Rendah ... 61
5.4 Pengaruh Komplikasi Kehamilan terhadap Bayi Berat Lahir Rendah ... 64
5.5 Keterbatasan Penelitian ... 67
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
6.1 Kesimpulan ... 68
6.2 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN
(15)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1. Informasi SetiapKunjungan Antenatal ... 23
3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Variabel ... 31
3.2 Variabel, Cara, Alat, SkaladanHasilUkur ... 36
4.1 Distribusi Ibu yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Pada Kunjungan Antenatal Pertama yang Sesuai Standar ... 40
4.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Kunjungan Berdasarkan Usia Kehamilan ... 41
4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Pemeriksaan Antenatal Care ... 41
4.4 DistribusiFrekuensi Jawaban Komplikasi Kehamilan ... 42
4.5 DistribusiFrekuensiMasing-MasingVariabelPenelitian ... 43
4.6 Hubungan Faktor Demografi dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan ... 45
4.7 Hubungan Faktor Perawatan Antenatal dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan ... 47
4.8 Hubungan Variabel Confounding Status Gizi, Jarak Kehamilan, Paritas dan Komplikasi) dengan Bayi Berat Lahir Rendah ... 49
4.9 Hubungan Antar Variabel Independen Utama dan Confounding .... 50
4.10 Pengaruh Penghasilan, Kunjungan Antenatal Pertama, Jumlah Kunjungan, Komplikasi Kehamilan terhadap BBLR ... 52
4.11 Pemeriksaan Interaksi ... 54
(16)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian ... 74
2. Master Data Penelitian ... 77
3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 80
5. Hasil Uji Statistik ... 82
7. Surat PermohonanI zin Penelitian ... 126
(18)
ABSTRAK
Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada massa perinatal. Faktor demografi dan faktor antenatal merupakan faktor yang memengaruhi kejadian BBLR.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor demografi dan perawatan antenatal pada ibu terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki bayi yang berada di Kelurahan Lau Cih tahun 2013 dengan besar sampel berjumlah 68 orang. Analisis data dilakukan mulai tahapan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian diperoleh bahwa kejadian BBLR 20,6% dan BBLN sebesar 79,4%. Ada pengaruh penghasilan, kunjungan antenatal pertama, jumlah kunjungan dan komplikasi terhadap kejadian berat badan lahir rendah. Variabel yang paling besar pengaruhnya adalah kunjungan antenatal pertama dengan koefisien B=3,295.
Kepada petugas kesehatan dan kader yang berada di kelurahan Lau Cih agar lebih meningkatkan sistem pelayanan kesehatan guna munurunkan kejadian bayi berat lahir rendah dengan cara membuat kebijakan ataupun program yang dapat memotivasi ibu agar kehamilan dan persalianan dipersiapkan dengan baik. Selain itu diharapkan kepada petugas dan kader agar bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.
Kata Kunci : Faktor Demografi, Perawatan Antenatal, Bayi Berat Lahir Rendah
(19)
ABSTRACT
Low birth weight infant is one of the risk factors contributing to the infant mortality especially during perinatal period. Demography and antenatal factors are influencing factors to the incident of low birth weight infant.
This research aimed to analyse the influence of the demographic factors and mother’s antenatal care to the incident of low birth weight infant at Kelurahan Lau Cih, Medan Tuntungan Sub district. This was a survey method with cross sectional study approach. The population of this study was all the 68 mothers with infants at Kelurahan Lau Cih in 2013 and all of them were selected to be the samples. The data obtained were analysed through univariate, bivariate, and multivariate analysis by applying multiple logistic regression test.
The result of this study showed that the incident of low birth weight infant was 20.6% and normal birth weight infant was 79.4%. Monthly income, the first antenatal care, number of ante natal care visit, and pregnancy complication had influenced on the incident of low birth weight infant. The most influencing variabel was the first antenatal visit with coefficient B=3,295.
It is recommended to the health staff and cadres at Kelurahan Lau Cih to improve their health services in order to decrease low birth weights infant by designing policy or program to motivate pregnant women, to prepare appropriately their pregnancy and delivery. In addition, it is suggestion to health staff and cadres to work based on Ministry of Health standard.
(20)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan salah satu indikator derajat kesehatan bangsa. Tingginya angka Kematian bayi ini dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan noenatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut (Saragih, 2011).
Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 Angka Kematian Bayi (AKB) didunia 54 per 1000 kelahiran hidup dan tahun 2006 menjadi 49 per 1000 kelahiran hidup. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 sebesar 34/1000 kelahiran hidup sedangkan angka Kematian balita (AKBAL) pada tahun 2007 sebesar 44/1000 kelahiran hidup (Wijaya, 2010).
Menurut WHO dalam Maryunani (2009) data BBLR dirincikan sebanyak 17% dari 25 juta persalinan pertahun didunia dan hampir semua terjadi dinegara berkembang. Angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih di atas angka rata-rata Thailand (9,6%) dan Vietnam (5,2%). Di Indonesia, BBLR bersama
(21)
prematur merupakan penyebab Kematian neonatal yang tinggi. Berdasarkan hasil Riskesdas 2010 ditemukan bahwa daerah Sumut kejadian berat bayi lahir rendah sebanyak 8,2 %. Berdasarkan profil Puskesmas Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2011 ditemukan kejadian BBLR 1,5% dari setiap persalinan pertahun.
Bayi yang lahir dari ibu muda mengalami lebih sering kejadian prematuritas atau berat badan kurang, dan angka kematian yang lebih tinggi dari pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang lebih tua. Berat badan kurang mungkin merupakan penyebab kematian janin dan bayi yang terpenting. Berat badan kurang pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang sangat muda ternyata berhubungan dengan cacat bawaan fisik atau mental seperti ayan, kejang – kejang, keterbelakangan, kebutaan atau ketulian (Kartono dalam Luthfiyati, 2008).
Salah satu penyebab Kematian neonatus tersering adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) baik cukup bulan maupun kurang bulan (prematur). Pertumbuhan dan perkembangan BBLR setelah lahir mungkin akan mendapat banyak hambatan. Perawatan setelah lahir diperlukan bayi untuk dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangannya. Kemampuan ibu untuk memahami sinyal dan berespon terhadap bayi prematur berinteraksi dan memberikan dekapan (Widiyastuti dkk, 2009).
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal selain itu BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.
(22)
Angka BBLR di Indonesia nampak bervariasi, secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI angka BBLR sekitar 7,5 % (Indriani, 2009).
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Oleh karena itu pelayanan antenatal/ asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal (Varney, 2001).
Antenatal Care (ANC) merupakan pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberi ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Pada negara berkembang kunjungan ANC minimal 4 kali yaitu 1 kali pada trimester I & II dan 2 kali pada trimester III (Manuaba, 1998).
Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin setelah dirinya hamil, untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal yang lebih lengkap. Pemeriksaan kehamilan adalah suatu cara untuk menjamin setiap kehamilan berpuncak pada upaya untuk melahirkan bayi yang sehat tanpa menganggu kesehatan ibunya (Dewi dalam Wibowo, 1992).
(23)
Berbagai studi menyebutkan banyak faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR. Faktor pelayanan antenatal merupakan salah satu faktor risiko yang sangat penting terhadap kejadian BBLR. Penelitian Setyowati, dkk dalam Suriani (2010) menemukan bahwa ibu yang memeriksakan kehamilannya kurang dari 4 kali berisiko untuk melahirkan BBLR 1,5 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan kehamilannya 4 kali atau lebih.
Sedangkan menurut Manuaba (1998) beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm (prematur) atau bayi berat lahir rendah adalah pertama faktor ibu meliputi; gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu, hipertensi, jantung gangguan pembuluh darah (perokok) dan faktor pekerja yang terlalu berat, kedua faktor kehamilan meliputi; hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil: preeklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini, ketiga faktor janin meliputi; cacat bawaan, infeksi dalam rahim, dan keempat faktor yang masih belum diketahui.
Menurut Manuaba (1998), kurangnya pengetahuan tentang waktu yang aman untuk melakukan hubungan seksual mengakibatkan terjadi kehamilan remaja, yang sebagian besar tidak dikehendaki. Kehamilan telah menimbulkan posisi remaja dalam situasi yang serba salah dan memberikan tekanan batin (stres) yang disebabkan oleh beberapa faktor.
(24)
Bila kehamilan ini diteruskan dalam usia yang relatif muda dari sudut ilmu kebidanan dapat mengakibatkan penyulit (komplikasi) kehamilan yang cukup besar diantaranya persalinan belum cukup bulan (prematuritas), pertumbuhan janin dalam rahim yang kurang sempurna, kehamilan dengan keracunan yang memerlukan penanganan khusus, persalinan sering berlangsung dengan tindakan operasi, perdarahan setelah melahirkan makin meningkat, kembalinya alat reproduksi yang terlambat setelah persalinan, mudah terjadi infeksi setelah persalinan, pengeluaran ASI yang tidak cukup. Menurut Setyowati dalam Suriani (2010) risiko melahirkan bayi dengan BBLR pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun adalah 1,34 kali dibanding ibu yang berusia 20-35 tahun.
Seorang ibu setelah persalinan membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun untuk memulihkan tubuh dan mempersiapkan diri untuk persalinan berikutnya. Menurut Wibowo (1992) jarak kelahiran mempunyai hubungan dengan terjadinya BBLR, yaitu jarak kelahiran semakin pendek, maka kemungkinan untuk melahirkan BBLR akan semakin besar pula. Ibu yang mempunyai jarak persalinan kurang dari 18 bulan akan mendapatkan bayi dengan BBLR 2,77 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang mempunyai jarak persalinan lebih dari 18 bulan (Rosemary, 1997 dalam Suriani, 2010).
Rochman (2001) dalam Suriani (2010) juga membuktikan bahwa ibu yang berpendidikan tidak sekolah/tamat SD mempunyai risiko 1,61 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu yang berpendidikan tamat SLTP keatas.
(25)
Atriyanto (2005) juga membuktikan dalam penelitiannya bahwa ibu yang berpendidikan rendah (tidak tamat SLTA) mempunyai risiko 1,84 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu tinggi (tamat SLTA).
Bila dikaji lebih dalam lagi, fenomena faktor demografi dan perawatan antenatal yang kurang baik akan beruntut pada tingginya angka kejadian bayi berat lahir rendah atau prematur yang dapat mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada bayi.
Berdasarkan penelitian Kramer (1987) dalam kajian dan meta analisis tentang faktor faktor penentu bayi berat lahir rendah antara lain adalah faktor demografi dan psikososial termasuk di dalamnya (usia ibu, status ekonomi, pendidikan, penghasilan) faktor berikutnya adalah faktor perawatan Antenatal termasuk didalamnya (kunjungan antenatal pertama, jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan dan kualitas perawatan antenatal).
Apabila faktor-faktor di atas tidak segera diatasi maka jumlah kelahiran BBLR kemungkinan semakin meningkat. Hal ini akan menjadi beban pembangunan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang, karena dampak jangka pendek meningkatnya jumlah kematian bayi usia 0-28 hari, sedangkan jangka panjang BBLR rentan terhadap timbulnya beberapa jenis penyakit pada usia dewasa.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Medan Tuntungan di beberapa klinik bersalin ditemukan kejadian bayi berat lahir rendah yang paling banyak ditemukan di Kelurahan Lau Cih sebanyak 1,5% dari hasil
(26)
wawancara diperoleh data bahwa dari ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah yang berpendidikan yang rendah sehingga banyak ibu yang tidak bekerja sehingga penghasilan keluarga sangat minim. Jarak kehamilan ibu antara anak yang sebelum dan sesudahnya sangat dekat. Selain itu selama kehamilan banyak ibu yang tidak segera melakukan pemeriksaan kehamilan, di mana cakupan kunjungan kehamilan sebanyak 80 % berdasarkan laporan kesehatan yang dilihat dari profil Kecamatan Medan Tuntungan.
1.2 Permasalahan
Kejadian BBLR merupakan masalah kesehatan yang serius, karena besar pengaruhnya terhadap masih tingginya angka kematian neonatal dan kematian bayi yang merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat. Permasalahan pada penelitian ini adalah masih ditemukannya kejadian BBLR di Kelurahan lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan, untuk maksud tersebut ingin dilihat pengaruh faktor demografi dan faktor perawatan antenatal pada Ibu terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor demografi dan faktor perawatan antenatal pada ibu terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kelurahan Lau Cih 2012.
(27)
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh faktor demografi dan faktor perawatan antenatal pada ibu terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi masyarakat, khususnya pada ibu hamil agar melakukan pemeriksaan kehamilan guna mendeteksi komplikasi selama kehamilan baik pada ibu maupun pada bayinya. 2. Bagi petugas kesehatan setempat agar meningkatkan pelayanannya dalam
memberikan penyuluhan pada ibu – ibu hamil agar melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
(28)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bayi Berat Lahir Rendah
2.1.1 Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Prawiroharjo, 2010).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematurits dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur (Rustam 1998).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam: (1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 – 2500
gram; (2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram ; (3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir < 1000 gram.
2.1.2 Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah
Menurut Rukiyah (2010) bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1) Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) terdapat derajat prematuritas di golongkan menjadi 3 kelompok:
a. Bayi sangat prematur (extremely prematur ): 24-30 minggu. b. Bayi prematur sedang (moderately prematur ) : 31-36 minggu.
(29)
Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang dialami bayi prematur, seperti gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia dan daya hisap lemah.
2) Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) terdapat banyak istilah untuk menunjukkan bahwa bayi KMK dapat menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus (intra uterine growth retardation / IUG)seperti pseudo premature, small for dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan small for gestasionalage ( SGA ).
Ada dua bentuk IUGR yaitu : (Rustam, 1998)
a. Propornitinate IUGR: janin menderita distress yang lama, gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir. Sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya.
b. Disproportinate IUGR : terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi beberapa Minggu dan beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak dibawah kulit, kulit kering, keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang. 2.1.3 Manifestasi Klinis
(30)
Menurut Maryunani dkk, (2009) adapun tanda dan gejala yang terdapat pada bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR ) adalah :
a. Berat badan < 2500 gram b. Letak kuping menurun
c. Pembesaran dari satu atau dua ginjal d. Ukuran kepala kecil
e. Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap kurang) f. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)
2.1.4 Masalah pada BBLR
Menurut Maryunani dkk (2009) masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro interstinal, ginjal, termoregulasi.
1. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi).
Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, lemah atau tidak adanya gag refleks dan
(31)
pembuluh darah paru yang imatur. Hal – hal inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
2. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.
3. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra uterine ke kehidupan ekstra uterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
4. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33–34 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein
(32)
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang disebabkan antara lain:
a. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife luas )
b. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat ) c. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
d. Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit. 6. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:
a. Usia sel darah merahnya lebih pendek b. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
c. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang sering.
7. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
8. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk menggelola air,
(33)
elektrolit, asam – basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat – obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin.
9. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
10. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.
2.1.5 Penatalaksanaan pada BBLR
Menurut Rukiyah, dkk (2010) perawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah :
1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan ketat.
2) Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi, memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
3) Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.
(34)
4) Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan dilakukan dengan ketat.
5) Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih, pertahankan suhu tubuh tetap hangat.
6) Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu. 7) Tali pusat dalam keadaan bersih.
8) Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.
2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi BBLR 2.2.1 Faktor Demografi
Menurut Bogue dalam Prayoga (1997) Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistika dan matematika tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk serta perubahan – perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi dan mobolitas sosial. Komposisi penduduk dalam arti demografi adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di mana kedua variabel ini berpengaruh terhadap angka morbiditas dan mortalitas suatu negara.
Menurut Kramer (1987) mengatakan bahwa ada banyak faktor yang memengaruhi kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Dibawah ini adalah beberapa faktor yang memengaruhi kejadian BBLR:
(35)
a. Umur Ibu
Penelitian Suriani (2010) menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian BBLR dengan p = 0,01 di mana OR = 1,36 (95% CI: 1,08 –1,73), artinya bahwa risiko responden berumur < 20 tahun atau >35 tahun kemungkinan melahirkan BBLR 1,36 kali lebih besar dibandingkan dengan responden umur 20-35 tahun (95% CI = 1,08-1,73). Kondisi usia ibu yang masih muda sangat membutuhkan zat-zat gizi untuk pertumbuhan biologiknya. Kebutuhan untuk pertumbuhan biologik ibu dan kebutuhan untuk janin dalam kandungannya merupakan dua hal yang pemenuhannya berlangsung melalui mekanisme yang kompetitif, di mana keadaan janin berada di pihak yang lemah. Hal inilah yang menyebabkan bayi lahir dengan kondisi berat badan yang rendah.
Berdasarkan hasil penelitian Sistiarni (2008), menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian BBLR adalah umur < 20 tahun nilai p = 0,009 (OR=4,28; 1,48 -12,4) dan kualitas pelayanan antenatal nilai p = 0,001 (OR= 5,85 ; 95%Cl= 1,9 – 17,88).
b. Pendidikan Ibu
Penelitian Suriani (2010) menyimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan dengan kejadian berat bayi lahir rendah dengan nilai p = 0,000 ( OR = 1,80; 95%CI= 1,43 –2,26). Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendasari pengambilan keputusan. Pendidikan menentukan kemampuan menerima dan mengembangkan
(36)
pengetahuan dan teknologi. Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin mampu mengambil keputusan bahwa pelayanan kesehatan selama hamil dapat mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu dan janinnya. Pendidikan juga sangat erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan.
c. Penghasilan
Secara tidak langsung penghasilan ibu hamil akan memengaruhi kejadian BBLR, karena umumnya ibu-ibu dengan penghasilan keluarga rendah akan mempunyai intake makanan yang lebih rendah baik secara kualitas maupun secara kuantitas, yang akan berakibat terhadap rendahnya status gizi ibu hamil tersebut.
Keadaan status gizi ibu yang buruk berisiko melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan ibu dengan status gizi baik. Hal senada juga diungkapkan oleh Kardjati (1985) dalam Suriani 2010 bahwa faktor penghasilan berperan dalam meningkatkan risiko kejadian BBLR. Beberapa alasan diantaranya adalah kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan kalori, disamping juga karena ibu-ibu yang miskin sebelumnya juga kurang gizi.
d. Jarak Persalinan
Penelitian Suriani (2010) menyimpulkan bahwa ada pengaruh jarak persalinan dengan kejadian berat bayi lahir rendah dengan nilai p = 0,032 ( OR = 1,54; CI 1,04 – 2,28). Seorang ibu setelah persalinan membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun untuk memulihkan tubuh dan mempersiapkan diri untuk persalinan berikutnya.
(37)
Menurut Wibowo (1992) jarak kelahiran mempunyai hubungan dengan terjadinya BBLR, yaitu jarak kelahiran semakin pendek, maka kemungkinan untuk melahirkan BBLR akan semakin besar pula.
e. Paritas
Paritas atau jumlah kelahiran merupakan faktor penting dalam menentukan nasibibu serta bayi yang dikandungnya selama kehamilan dan persalinan. Menurut Depkes (2004) ibu hamil yang telah memiliki anak lebih dari empat orang perlu diwaspadai, karena semakin banyak anak, rahim ibu pun semakin lemah.
Menurut Suriani (2010) ada pengaruh paritas dengan kejadian BBLR ini terbukti signifikan (nilai p = 0,032) dengan OR = 1,24 (95% CI: 1,02-1,54). Artinya bahwa kemungkinan mempunyai risiko melahirkan BBLR pada responden dengan paritas1 atau > 3 anak adalah 1,24 kali lebih besar dibandingkan responden dengan paritas 2-3 anak. Ibu hamil dengan paritas lebih dari tiga kali, umumnya akan mengalami gangguan dan komplikasi dalam masa kehamilannya. Komplikasi yang sering terjadi adalah gangguan pada plasenta, yaitu abruptio plasenta (plasenta tidak seluruhnya melekat pada dinding uterus), plasenta letak rendah dan solutio plasenta. Komplikasi ini mempunyai dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin, yang selanjutnya akan menyebabkan kejadian BBLR.
(38)
Penelitian Suriani (2010) menyimpulkan bahwa ada pengaruh komplikasi kehamilan terhadap kejadian bayi berat lahir rendah dengan p = 0,003 (OR = 1,53; CI= 1,16 – 2,02). Dapat berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah. Suriani (2010) menyatakan bahwa infeksi selama hamil dapat berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan kejadian BBLR, seperti infeksi pada penyakit malaria, toksoplasma, plasmodium dan infeksi virus. Infeksi virus menghambat pertumbuhan janin bahkan dapat menyebabkan kematian janin seperti pada infeksi virus rubella dan cytomegalo virus. Diduga virus-virus tersebut mengeluarkan toksin yang dapat mengurangi suplai darah ke janin. Infeksi pada saluran kemih juga sering berhubungan dengan kejadian BBLR dimana infeksi ini dapat menyebabkan infeksi pada air ketuban dan plasenta sehingga mengganggu suplai makanan ke janin. Disamping penyakit infeksi penyakit non infeksi juga berhubungan dengan kejadian BBLR seperti penyakit ginjal kronis, hipertensi, dan diabetes melitus.
Menurut Manuaba (1998) faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm (prematur ) atau bayi berat lahir rendah adalah :
1. Faktor Ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang
b. Umur kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
d. Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
(39)
e. Faktor pekerja yang terlalu berat 3. Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion b. Hamil ganda
c. Perdarahan antepartum
d. Komplikasi hamil: preeklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini. 4. Faktor Janin
a. Cacat bawaan b. Infeksi dalam rahim
5. Faktor yang Masih Belum Diketahui
Hasil critical assesment dan meta analysis terhadap berbagi literatur-literatur medis berbahasa Inggris dan Perancis yang diterbitkan dari tahun 1970-1984 yang dilakukan oleh Kramer (1987), diidentifikasi 43 determinan potensial berat badan lahir yaitu:
a. Faktor genetik dan bawaan, meliputi jenis kelamin bayi, suku, tinggi badan ibu hamil, berat badan sebelum hamil, haemodynamic ibu hamil, tinggi dan berat badan bapak dan faktor genetik lainnya.
b. Faktor demografik dan psikososial, meliputi umur ibu, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan/atau pendapatan), status perkawinan, faktor kejiwaan ibu hamil.
(40)
c. Faktor obstetrik, meliputi paritas, interval melahirkan anak, kegiatan seksual, pertumbuhan janin dan umur kehamilan anak sebelumnya, pengalaman abortus spontan sebelumnya, pengalaman induced abortion, pengalaman lahir mati atau kematian neonatal sebelumnya, pengalaman tidak subur sebelumnya dan paparan janin terhadap diethyl stilbestrol.
d. Faktor Gizi, meliputi pertambahan berat badan masa kehamilan, asupan energi, pengeluaran energi, kerja dan aktivitas fisik, asupan/status protein, zat besi dan anemia, asamfolat dan vitamin B12, mineral, seng dan tembaga, kalsium, fosfor, dan vitamin D, vitamin B6, dan vitamin dan mineral lainnya. e. Faktor morbiditas ibu waktu hamil, meliputi morbiditas umum, dan penyakit
episodik, malaria, infeksi saluran kemih, infeksi saluran kelamin.
f. Faktor paparan zat racun, meliputi merokok, minum alkohol, konsumsi kafein dan kopi, penggunaan marijuana, ketergantungan pada narkotik, dan paparan zat racun lainnya.
g. Perawatan antenatal, meliputi kunjungan antenatal pertama, jumlah kunjungan antenatal, dan mutu pelayanan antenatal.
Menurut Baker dan Tower (2005) dalam Suriani (2010), memodifikasi beberapa faktor risiko dan determinan kejadian BBLR, dari hasil modifikasi tersebut dihasilkan klasifikasi yang dibedakan menurut faktor bayi yaitu: jenis kelamin, genetik, ras, dan keadaan plasenta dan faktor ibu yaitu: umur ibu, paritas, jarak kelahiran, tinggi badan, berat badan sebelum hamil, dan penambahan berat badan
(41)
selama hamil, serta faktor lingkungan yaitu: status sosial, ekonomi, nutrisi/IMT, infeksi/penyakit ibu, pemanfaatan pelayanan, merokok/alkohol, dan tingkat pengetahuan ibu.
2.3 Perawatan Antenatal
2.3.1 Pengertian Perawatan Antenatal
Kunjungan antenatal care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intra uterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2005).
Menurut Henderson (2006), kunjungan antenatal care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan.
Asuhan Antenatal meliputi pengawasan terhadap kehamilan untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan ( risiko tinggi, risiko meragukan, atau risiko rendah ). Asuhan antenatal juga mempersiapkan persalinan menuju kelahiran bayi yang baik (well born baby) dan kesehatan ibu yang baik (well health mother) mempersiapkan
(42)
pemeliharaan bayi dan laktasi, memfasilitasi pulihnya kesehatan ibu yang optimal pada saat akhir kala nifas (Manuaba. 2008).
2.3.2 Tujuan Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
Tujuan utama antenatal care adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Antenatal care penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan selama kehamilan (Marmi, 2011).
2.3.3 Tujuan Khusus Pengawasan Antenatal
1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan dan kala nifas.
3. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi dan aspek keluarga berencana.
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian perinatal.
Menurut Depkes RI (2004) kunjungan ideal yang dilakukan oleh ibu hamil diharapkan mengikuti anjuran sebagai berikut:
a. Awal kehamilan sampai dengan tujuh bulan memeriksakan diri setiap empat minggu sekali.
(43)
b. Usia kehamilan tujuh bulan sampai dengan sembilan bulan tiap dua minggu sekali.
c. Usia kehamilan sembilan bulan sampai dengan sepuluh bulan tiap satu minggu sekali.
Kunjungan tersebut bisa lebih banyak frekuensinya bila ada anjuran dari tenaga pemeriksa kehamilan karena melihat kondisi ibu atau bila ada masalah serta gangguan pada kandungannya. Frekuensi minimal pemeriksaan kehamilan adalah 4 kali selama kehamilan dengan rincian sebagai berikut:
a. Satu kali pada usia kehamilan satu sampai tiga bulan (triwulan I). b. Satu kali pada usia kehamilan empat sampai enam bulan (triwulan II). c. Dua kali pada usia kehamilan tujuh sampai sembilan bulan (triwulan III).
Tabel 2.1 Informasi Setiap Kunjungan Antenatal
Kunjungan Waktu Informasi Penting Trimester
Pertama Sebelum Minggu ke 14
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. Mendeteksi masalah dan menanganinya. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisonal yang merugikan.
Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya)
Trimester
Kedua Sebelum
Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang
(44)
Minggu ke 28 gejala preeklampsia, pantau tekanan darah evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria)
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Kunjungan Waktu Informasi Penting Trimester
Ketiga
Antara minggu ke 28-36
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
Sumber, Depkes RI ( 2004) 2.3.4 Pelayanan Antenatal
1. Konsep Pemeriksaan Antenatal
Menurut Depkes RI (2002), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan :
a. Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan sebelumnya dan kehamilan sekarang.
b. Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan.
c. Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
d. Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi (Fe)
e. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku sehari-hari, perawatan payudara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko, pentingnya pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya, persalinan
(45)
oleh tenaga terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya kunjungan pemeriksaan kehamilan ulang.
2. Kunjungan Ibu Hamil
Menurut Depkes RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, seperti :
a. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut :
(46)
a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu b. Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu
c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu. A. Jadwal Pemeriksaan
Menurut Depkes RI (2002), pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan antenatal dibagi atas :
a. Kunjungan Pertama (K1)
Meliputi : (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan konsultasi.
b. Kunjungan Keempat (K4)
Meliputi : (1) Anamnese (keluhan / masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (3) Pemeriksaan psikologis, (4) Pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi / diperlukan, (5) Diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi (6) Sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan). 2.3.5 Standar Pelayanan
Menurut Depertemen Kesehatan Republik Indonesia dalam bentuk Standar Pelayanan Mininal (SPM), kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal:
(47)
1. Timbang badan dan ukur tinggi badan 2. Ukur tekanan darah
3. Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian Tetanus Toksoid) 4. Mengukur tinggi fundus uteri
5. Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan)
6. Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling)
7. Tes laboratorium sederhana (Hb, protein urine) atau berdasarkan indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV, malaria, TBC).
Namun dalam perakteknya standar baku masih tetap menggunakan prinsip 5T standar pemeriksaan / perawatan kehamilan ( ANC) (Arali, 2008).
2.4 Landasan Teori
Menurut Kramer (1987) dalam kajian metodologis dan meta analisis salah satu faktor penyebab bayi berat lahir rendah adalah faktor demografi dan psikososial ibunya termasuk didalamnya usia ibu hamil terlalu muda usia <20 tahun dan usia >35 tahun dan, jarak kelahiran yang terlalu dekat serta pendidikan yang rendah. Faktor lain adalah perawatan antenatal yang kurang baik termasuk didalamnya (jumlah kunjungan perawatan antenatal pertama, jumlah kunjungan dan kualitas pelayanan)
Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan bayi berat lahir rendah dari faktor ibu adalah: gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin yang terlalu dekat, faktor pekerja yang terlalu berat, penyakit yang diderita ibu.
(48)
Menurut Suriani (2010) risiko ibu yang berumur < 20 tahun atau > 30 tahun kemungkinan besar untuk melahirkan bayi berat lahir rendah dan pendidikan ibu berpengaruh terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang berpendidikan rendah risiko terhadap kejadian BBLR dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi.
2.5 Kerangka Konsep
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah alur penelitian ini digambarkan dalam kerangka konsep berikut.
Faktor demografi a. Umur
b. Pendidikan c. Penghasilan
Kejadian 0 BBLN 1 BBLR Faktor perawatan antenatal
a. Kunjungan pertama b. Jumlah kunjungan c. Kualitas pelayanan
Faktor confounding a. Gizi Ibu
b. Jarak kehamilan c. Paritas
(49)
(50)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan menggunakan desain sekat silang (cross sectional). Penelitian ini akan menganalisis pengaruh faktor demografi dan perawatan antenatal terhadap kejadian bayi berat lahir rendah di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan. Adapun alasan memilih lokasi ini adalah ditemukannya kejadian bayi berat lahir rendah dan belum pernah sebelumnya dilakukan penelitian pengaruh faktor demografi dan perawatan antenatal terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2012 s/d Januari 2013.
3.3 Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi
(51)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi (usia 0 – 12 bulan) yang ada di Kelurahan Lau Cih tahun 2011 sebanyak 68 orang.
3.3.2 Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi (usia 0 – 12 bulan) yang berada di Kelurahan Lau Cih sebanyak 68 orang (total populasi).
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data
a. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu ibu yang memiliki bayi.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Kantor Kelurahan berupa data kependudukan dan dari Puskesmas Medan Tuntungan berupa data profil kesehatan. 3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner ini dilakukan pada 30 ibu yang memiliki bayi (usia 0-12 bulan) di Kelurahan Simalingkar.
a. Uji Validitas
(52)
Uji validitas bertujuan mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara melihat nilai corrected item total corelation. Bila nilai corrected item total corelation tiap pertanyaan > nilai r tabel (0,361) pada alpha 5 % ; df 28, maka dinyatakan tiap item pertanyaan valid dan sebaliknya (Riyanto, 2009).
b. Reliabilitas
Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali diambil tetap akan sama (Arikunto, 2002).
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercayai dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai Cronbach Alpha>0,60, maka dinyatakan reliabel (Sugiono, 2004).
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Nilai Corrected
Item-Total
Cronbach’s Alpha
Keterangan
P1 0,507 Valid
(53)
P3 0,803 Valid
P4 0,638 Valid
P5 0,586 Valid
P6 0,742 Valid
P7 0,671 Valid
P8 0,522 Valid
P9 0,538 Valid
P10 0,618 Valid
P11 0,736 Valid
P12 0,479 Valid
P13 0,526 Valid
Reliabilitas 0,906 Reliabel
Berdasarkan Tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel pertanyaan sebanyak 13 pertanyaan mempunyai nilai corrected item total > 0,361 (r-tabel) dengan nilai cronbach alpha 0,906, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan valid dan reliabel.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Terikat
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan < dari 2500 gram.
3.5.2 Variabel Bebas
a. Umur ibu adalah lama hidup responden yang dihitung dalam tahun penuh melahirkan.
(54)
b. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal ibu berdasarkan ijazah terakhir yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.
c. Penghasilan adalah pendapatan yang diperoleh keluarga rutin setiap bulan. d. Kunjungan antenatal pertama adalah kedatangan ibu yang pertama kalinya
untuk memeriksakan kehamilan pada trimester I.
e. Jumlah kunjungan selama kehamilan adalah frekuensi kedatangan ibu ketenaga kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya.
f. Kualitas pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diterima responden dari petugas kesehatan selama setiap kali melakukan kunjungan kehamilan mencakup 5T.
g. Status Gizi adalah keadaan gizi ibu yang diukur berdasarkan pengukuran lingkar lengan atas ( LLA) yang tercatat melalui KMS.
h. Jarak kehamilan adalah jarak waktu kelahiran antara anak yang terakhir dengan anak sebelumnya.
i. Paritas adalah jumlah kelahiran anak hidup baik tunggal maupun kembar yang pernah dialami.
j. Komplikasi kehamilan adalah tanda-tanda bahaya selama kehamilan seperti mules sebelum 9 bulan, perdarahan, demam yang tinggi, kejang-kejang dan pingsan, dan lainnya.
3.6 Metode Pengukuran
(55)
Untuk mengukur berat badan lahir bayi didasarkan pada skala ordinal dapat dilihat dari:
0. Berat bayi lahir normal : apabila bayi lahir dengan berat badan > 2500 gram. 1. Bayi Berat Lahir Rendah: apabila bayi lahir dengan berat badan < 2500
gram.
3.6.2 Pengukuran Variabel Independen
Pengukuran variabel independen yaitu faktor demografi yaitu umur, jarak kelahiran, pendidikan. Faktor pemeriksaan antenatal yaitu kunjungan pertama, jumlah kunjungan dan kualitas perawatan antenatal dan faktor confounding yaitu status gizi, jarak kehamilan, paritas dan komplikasi kehamilan dengan menggunakan nilai:
A. Faktor Demografi yaitu: 1. Umur, terdiri dari 2 kategori:
0. 20 – 35 tahun
1. < 20 tahun atau > 35 tahun 2. Pendidikan, terdiri atas 2 kategori:
0. Tinggi ( SMA, Diploma/PT ) 1. Rendah ( SD/SMP )
3. Penghasilan, terdiri atas 2 kategori: 0. ≥ Rp 1.250.000,-
(56)
B. Faktor perawatan antenatal yaitu:
1. Kunjungan Antenatal pertama ( K1), terdiri atas 2 kategori: 0. Melakukan K1
1. Tidak melakukan K1
2. Jumlah kunjungan, terdiri atas 2 kategori: 0. ≥ 4 kali
1. < 4 kali
3. Kualitas Antenatal terdiri atas 2 kategori: 0. Menerima standar 5 T
1. Tidak menerima standar 5 T C. Faktor Confounding yaitu:
1. Status Gizi, terdiri atas 2 kategori; 0. Normal (LLA ≥ 23,5 cm) 1. Gizi kurang (LLA < 23,5 cm) 2. Jarak kehamilan, terdiri atas 2 kategori:
0. ≥ 24 bulan 1. < 24 bulan
3. Paritas terdiri atas 2 kategori: 0. 2-3 orang
1. > 3 orang
(57)
0. Tidak ada (bila tidak terjadi perdarahan, keputihan, demam, mules sebelum 9 bulan)
1. Ada (bila terjadi perdarahan, keputihan, demam, mules sebelum 9 bulan) Tabel 3.2 Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur
Variabel Cara dan Alat
Ukur Kategori Skala Ukur
Variabel Terikat
Bayi Berat lahir rendah
Kuesioner 0 = BBLN 1 = BBLR
Ordinal Variabel Bebas
Faktor demografi
1. Umur Kuesioner 0 = 20 – 35 tahun 1 = < 20 tahun atau > 35 tahun
Ordinal
2. Pendidikan
3. Penghasilan
Kuesioner
Kuesioner
0 = Tinggi (SMA, Diploma/PT)
1 = Rendah (SD/SMP) 0 = ≥ Rp 1.250.000,- 1 = < Rp 1.250.000,-
Ordinal
Ordinal
Tabel 3.2 (Lanjutan) Variabel Cara dan Alat
Ukur Kategori Skala Ukur
Faktor perawatan Antenatal
1.Kujungan pertama 2.Jumlah kunjungan
Kuesioner Kuesioner
0 = Ya 1 = Tidak 0 = ≥ 4 kali
Ordinal Ordinal
(58)
3.Kualitas pelayanan Kuesioner
1 = < 4 kali
0 = Terima standar 5T 1 = Tidak terima 5T
Ordinal Faktor
Confounding
1. Status Gizi Kuesioner 0 = LLA≥ 23,5 cm 1 = LLA < 23,5 cm
Ordinal
2. Jarak kehamilan 3. Paritas 4.Komplikasi kehamilan Kuesioner Kuesioner Kuesioner
0 = ≥ 24 bulan 1 = < 24 bulan 0 = 2 – 3 orang 1 = > 3 orang 0 = Tidak ada 1 = Ada
Ordinal Ordinal Ordinal
3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Analisis Univariat
Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel dependen (kejadian bayi berat lahir rendah.) dan variabel independen (faktor demografi dan kualitas pelayanan antenatal).
(59)
3.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan faktor demografi, perawatan antenatal dan variabel confounding dengan kejadian bayi berat lahir rendah di Kelurahan Lau Cih, menggunakan uji chi – Square dengan tingkat kepercayaan 95 %.
3.7.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat merupakan analisis lanjutan untuk mengetahui pengaruh antara variabel indenpen (faktor demografi dan faktor perawatan antenatal) dengan variabel dependen (kejadian BBLR) secara bersama- sama dengan mengikut sertakan variabel yang dianalisis merupakan variabel counfounding. Variabel yang masuk dalam model multivariat adalah variabel yang p<0,25, kemudian di analisis dengan menggunakan analisis regresi logistik berganda dengan melihat p<0,05 dikatakan ada pengaruh. Setelah dilakukan analisis multivariat maka dilakukan pemeriksaan interaksi dengan syarat tidak ada interaksi antara variabel, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan confounding bila selisih (Δ >10%) maka variabel dianggap sebagai confounding dan tetap dipertahankan dalam model.
(60)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Lau Cih terletak di Kecamatan Medan Tuntungan. Secara geografis Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan mempunyai luas wilayah 170 Ha atau 1,7 km2
1. Sebelah Utara : Kelurahan Kemenangan Tani dengan batas wilayah sebagai berikut :
2. Sebelah Selatan : Kelurahan Sidomulyo 3. Sebelah Barat : Kelurahan Namo Gajah 4. Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang 4.1.1 Kependudukan
Jumlah penduduk Kelurahan lau Cih tahun 2012 adalah sebanyak 2573 jiwa atau 586 KK, dengan pembagian distribusi penduduk perempuan sebanyak 1370 dan laki laki sebanyak 1203 orang. Sebagian besar penduduknya suku Karo sekitar 70% dan agama yang dianut sebagian besar beragama Kristen sebesar 75 %.
(61)
Jumlah bayi yang berada di Kelurahan Lau Cih sebanyak 97 orang dan ibu hamil sebanyak 32 orang (Data tahun 2012).
4.1.2 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan adalah sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Pemerintah : 1 b. Rumah Sakit Swasta : 2 c. Rumah Sakit Ibu Anak : 1 d. Balai Pengobatan : 4 e. Rumah Bersalin : 15
f. Apotik : 6
g. Puskesmas Pembantu : 2 4.1.3 Program Kerja Puskesmas
Kegiatan Puskesmas Medan Tuntungan menjalankan 18 upaya kegiatan pokok dan Sebagai unit kerja. Kegiatan disesuaikan dengan arahan Dinas Kesehatan Kota Medan meliputi upaya promotif, preventif, curatif adapun lokasi kegiatan dilakukan di dalam gedung dan luar gedung. Kegiatan KIA dan KB dilakukan bertujuan agar tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan Ibu dan anak, meliputi pelayanan dan pemeliharaan kesehatan Ibu hamil, ibu menyusi, bayi, 38
(62)
balita dan anak pra sekolah. Pelaksanaan dalam bentuk pelayanan langsung, penyuluhan KIA, KB, pendataan sasaran, pembinaan dan rujukan.
Kegiatan rutinitas KIA dan KB yang dilakukan puskesmas setiap bulannya adalah melakukan imunisasi yang dilakukan sekali dalam sebulan dengan melibatkan petugas KIA dari puskesmas dan dibantu oleh kader kesehatan yang dilakukan di Kantor kelurahan. Selain itu kegiatan KIA dan KB yang dilakukan adalah pemeriksaan kehamilan dilakukan setiap hari di Puskesmas Medan Tuntungan yang dilakukan oleh petugas KIA dan KB selain itu pemeriksaan kehamilan dilakukan juga di kantor Kelurahan setiap 3 bulan oleh petugas KIA dan KB.
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Karakteristik Jawaban Responden 1. Kunjungan Antenatal Pertama
Distribusi responden berdasarkan kunjungan pertama untuk periksa kehamilan sesuai standar sebahagian besar setelah tidak haid sebanyak 56 orang (82,4%) dan tidak sesuai standar sebesar 7,3% kehamilan 4-6 bulan, 5,9% sebelum kehamilan 3 bulan dan 4,4% kehamilan 7-9 bulan seperti terlihat pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Ibu yang Melakukan Pemeriksaan Kehamilan Pada Kunjungan Antenatal Pertama yang Sesuai Standar
No Pemeriksaan Kehamilan pada K1 n %
1 Sesuai standar
Setelah tidak datang haid 56 82,4
(63)
Sebelum kehamilan 3 bulan 4 5,9
Kehamilan 4-6 bulan 5 7,3
Kehamilan 7-9 bulan 3 4,4
Jumlah 68 100,0
2. Jumlah Kunjungan Berdasarkan Usia Kehamilan
Pada Tabel 4.2 diperoleh bahwa distribusi jumlah kunjungan ≥4 kali pada usia kehamilan sebagian besar pada kehamilan 0 bulan – 3 bulan sebesar 89,1% dan kehamilan 4 bulan – 6 bulan sebesar 6,5%, sedangkan kehamilan 7 bulan – 9 bulan sebesar 4,3%. Sedangkan jumlah kunjungan <4 kali pada usia kehamilan sebagian besar pada kehamilan 0 bulan – 3 bulan sebesar 86,4% dan kehamilan 4 bulan – 6 bulan sebesar 9,1%, sedangkan kehamilan 7 bulan – 9 bulan sebesar 4,5%.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Kunjungan Berdasarkan Usia Kehamilan
No Jumlah Kunjungan n %
1 Jumlah Kunjungan ≥4 kali
- Kehamilan 0 bulan – 3 bulan 41 89,1
- Kehamilan 4 bulan – 6 bulan 3 6,5
- Kehamilan 7 bulan – 9 bulan 2 4,3
Jumlah 46 100,0
2 Jumlah Kunjungan <4 kali
- Kehamilan 0 bulan – 3 bulan 19 86,4
- Kehamilan 4 bulan – 6 bulan 2 9,1
- Kehamilan 7 bulan – 9 bulan 1 4,5
(64)
3. Kualitas Antenatal
Berdasarkan kualitas antenatal ibu yang memenuhi standar 5T (timbang berat badan, ukur tekanan darah, imunisasi tetanus toksoid, diukur tinggi fundus uteri, dan diberi tablet zat besi) sebanyak 46 orang (67,7%), sedangkan yang tidak memenuhi standar 5T sebanyak 22 orang (32,4%). Dari yang tidak memenuhi standar 5T, distribusi pemeriksaan ANC adalah timbang berat badan sebesar 90,9%, ukur tekanan darah 81,8%, 9,1% imunisasi tetanus toksoid, 4,5% diukur tinggi fundus uteri dan 13,6% diberi tablet zat besi, dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Pemeriksaan Antenatal Care yang Tidak Memenuhi Standar
No Pemeriksaan Antenatal Ya Tidak Total
n % n % n %
1 Timbang Berat Badan 20 90,9 2 9,1 22 100,0 2 Ukur Tekanan Darah 18 81,8 4 18,2 22 100,0 3 Imunisasi Tetanus Toksoid 2 9,1 20 90,9 22 100,0 4 Diukur Tinggi Fundus uteri 1 4,5 21 95,5 22 100,0 5 Diberi Tablet Zat Besi 3 13,6 19 86,4 22 100,0
4. Komplikasi Kehamilan
Distribusi frekuensi pada Tabel 4.4 komplikasi kehamilan diperoleh 16,2% yang mengalami keputihan, 11,8% perdarahan, mules sebelum 9 bulan sebesar 4,4%, demam yang tinggi sebesar 2,9%, sedangkan yang menangalami kejang-kejang dan pingsan sebesar 1,5%.
(65)
No Komplikasi Kehamilan
Ya Tidak Total
n % n % n %
1 Mules sebelum 9 bulan 3 4,4 66 95,6 68 100,0
2 Perdarahan 8 11,8 60 88,2 68 100,0
3 Demam yang tinggi 2 2,9 65 97,1 68 100,0
4 Keputihan 11 16,2 57 83,8 68 100,0
5 Kejang-kejang 1 1,5 67 98,5 68 100,0
6 Pingsan 1 1,5 67 98,5 68 100,0
4.2.2 Karaktersitik Responden
Tabel 4.5 menjelaskan distribusi frekuensi karakteristik responden berat lahir lebih banyak pada kategori BBLN sebesar 79,4% dan lebih sedikit pada kategori BBLR sebesar 20,6%, umur responden lebih banyak dengan umur 20-35 tahun sebesar 73,5% dan lebih sedikit dengan umur < 20 tahun atau > 35 tahun sebesar 26,5%, ada 73,5% pendidikan responden pada pendidikan tinggi (SMA/Diploma/PT) dan lebih sedikit pada pendidikan rendah (SD dan SMP) sebesar 26,5%, penghasilan responden dengan ≥ Rp.1.250.000,- sebesar 73,5% dan < Rp. 1.250.000,- sebesar 26,5%, pada kunjungan antenatal pertama (K1) kategori ya sebesar 82,4% dan 17,6%, pada kategori tidak, 67,6% jumlah kunjungan lebih banyak pada ≥ 4 kali dan 32,4%, lebih sedikit pada < 4 kali, kualitas antenatal lebih banyak dengan terima standar 5T sebesar 67,6% dan lebih sedikit dengan tidak terima standar 5T sebesar 32,4%, ada 63,2% yang status gizi pada normal (LLA ≥ 23,5 cm) dan 36,8% pada gizi kurang (LLA < 23,5 cm) sebesar, mayoritas jarak kehamilan dengan ≥ 24 bulan sebesar 69,1% dan paling sedikit dengan < 24 bulan sebesar 30,9%, paritas 2-3 orang sebesar
(66)
76,5% dan dengan > 3 orang sebesar 23,5%, 76,5% komplikasi lebih banyak pada kategori ada dan 23,5% pada ketegori tidak ada.
Analisis univariat secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Masing-Masing Variabel Penelitian
No Variabel Frekuensi %
1. Variabel Dependen Berat lahir
BBLN 54 79,4
BBLR 14 20,6
2. Variabel Independen Faktor Demografi Umur
20-35 tahun 50 73,5
< 20 tahun atau > 35 tahun 18 26,5 Pendidikan
Tinggi (SMA/Diploma/PT) 50 73,5
Rendah (SD dan SMP) 18 26,5
Penghasilan
≥ Rp. 1.250.000,- 50 73,5
< Rp. 1.250.000,- 18 26,5
Kunjungan Antenatal Pertama (K1)
Melakukan 56 82,4
Tidak melakukan 12 17,6
Jumlah Kunjungan
≥ 4 kali 46 67,6
< 4 kali 22 32,4
Kualitas Antenatal
(67)
Tidak Terima Standar 5T 22 32,4 Tabel 4.5 (Lanjutan)
No Variabel Frekuensi %
3. Variabel Confounding Status Gizi
Normal (LLA ≥ 23,5 cm) 43 63,2
Gizi Kurang (LLA < 23,5 cm) 25 36,8 Jarak Kehamilan
≥ 24 bulan 47 69,1
< 24 bulan 21 30,9
Paritas
2-3 orang 52 76,5
> 3 orang 16 23,5
Komplikasi
Ada 52 76,5
Tidak Ada 16 23,5
4.3 Hubungan Faktor Demografi dengan Berat Lahir
Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa dari 68 responden t tidak terdapat perbedaan persentase berat lahir <2500 gr dengan umur <20 tahun dan >35 tahun tahun (22,2%), terhadap berat lahir <2500 gr dengan umur 20-35 tahun (20,0%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p =1,000 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur responden dengan bayi berat lahir rendah.
Hubungan pendidikan responden dengan berat lahir didapat bahwa dari 50 ibu dengan pendidikan tinggi (SMA/Diploma/PT) terdapat 18,0% dengan berat lahir < 2500 gram, sedangkan dari 18 ibu dengan pendidikan rendah (SD dan SMP)
(68)
terdapat 27,8% dengan berat bada lahir < 2500 gram. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,498 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan responden dengan berat lahir.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara penghasilan responden dengan berat lahir. Penghasilan responden dengan berat lahir didapat bahwa dari 50 ibu dengan penghasilan ≥ Rp. 1.250.000,- terdapat 10,0% dengan berat lahir < 2500 gram, sedangkan dari 18 ibu dengan penghasilan < Rp. 1.250.000,- terdapat 50,0% dengan berat lahir < 2500 gram. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan berat lahir antara penghasilan ≥ Rp . 1.250.000,- dengan penghasilan < Rp. 1.250.000,-.
Tabel 4.6 Hubungan Faktor Demografi dengan Berat Lahir di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan
Variabel
Berat Lahir
Jumlah
p χ2
≥2500 gr <2500 gr
n % n % n %
Faktor Demografi Umur
20-35 tahun 40 80,0 10 20,0 50 100,0
1,000 0,040 <20 tahun dan >35
tahun
14 77,8 4 22,2 18 100,0 Pendidikan
Tinggi
(SMA/Diploma/PT)
41 82,0 9 18,0 50 100,0
0,498 0,774 Rendah (SD dan
SMP)
13 72,2 5 27,8 18 100,0 Penghasilan
(69)
≥Rp. 1.250.000 45 90,0 5 10,0 50 100,0
0,001 12,952 <Rp.1.250.000 9 50,0 9 50,0 18 100,0
4.4 Hubungan Perawatan Antenatal dengan Berat Lahir
Hubungan kunjungan antenatal pertama (K1) dengan berat lahir didapat bahwa dari 56 ibu dengan melakukan kunjungan antenatal pertama (K1) terdapat 10,7% dengan berat badan lahir< 2500 gram, sedangkan dari 18 ibu dengan tidak melakukan kunjungan antenatal pertama (K1) terdapat 66,7% dengan berat lahir < 2500 gram. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara kunjungan antenatal pertama (K1) dengan berat lahir.
Terdapat perbedaan berat lahir antara jumlah kunjungan ≥ 4 kali dengan jumlah kunjungan antenatal < 4 kali. Diperoleh berat lahir didapat dari 46 ibu dengan
≥ 4 kali terdapat 10,9% dengan berat lahir < 2500 gram, sedangkan 22 ibu dengan jumlah kunjungan < 4 kali terdapat 40,9% dengan berat lahir < 2500 gram. Ada hubungan yang signifikan antara jumlah kunjungan dengan berat lahir dengan nilai p = 0,008.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas antenatal dengan berat lahir dengan nilai p = 0,356. Hubungan kualitas antenatal dengan berat lahir didapat bahwa dari 46 ibu dengan terima standar 5T terdapat 17,4% dengan berat lahir < 2500 gram, sedangkan dari 22 ibu dengan tidak terima standar 5T terdapat 27,3% dengan berat lahir < 2500 gram. Hal ini menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan berat lahir antara terima standar 5T dengan tidak terima standar 5T.
(70)
Tabel 4.7 Hubungan Perawatan Antenatal dengan Berat Lahir di Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan
Variabel
BBLR
Jumlah
p χ2
≥2500 gr <2500 gr
n % n % n %
Kunjungan
antenatal pertama
Melakukan 50 89,3 6 10,7 56 100,0
0,001 18,923 Tidak melakukan 4 33,3 8 66,7 12 100,0
Jumlah Kunjungan
≥4 kali 41 89,1 5 10,9 46 100,0
0,008 8,214 <4 kali 13 59,1 9 66,7 22 100,0
Kualitas Antenatal
Terima standar 5T 38 82,6 8 17,4 46 100,0
0,356 0,889 Tidak Terima
Standar 5T
16 72,7 6 27,3 22 100,0
4.5 Hubungan Variabel Confounding (Status Gizi, Jarak Kehamilan, Paritas dan Komplikasi Kehamilan) dengan Berat Lahir
(71)
Hal ini menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan berat lahir antara status gizi normal (LLA ≥ 23,5 cm) dengan status gizi kurang (LLA < 23,5 cm) diperoleh dari 43 ibu dengan normal (LLA ≥ 23,5) terdapat 27,9% dengan berat lahir < 2500 gram, sedangkan dari 25 ibu dengan status gizi kurang (LLA < 23,5 cm) terdapat 8,0% dengan berat lahir < 2500 gram. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,100 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan berat lahir.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,108 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan berat lahir. Hubungan jarak kehamilan dengan berat lahir didapat bahwa dari 47 ibu dengan jarak kehamilan ≥ 24 bulan terdapat 14,9% dengan berat lahir < 2500 gram, sedangkan dari 21 ibu dengan jarak kehamilan < 24 bulan terdapat 33,3% dengan berat lahir < 2500 gram. Hal ini menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan berat lahir antara jarak kehamilan ≥24 bulan dengan jarak kehamilan <24 bulan.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak paritas dengan berat lahir dengan nilai p = 0,492. Hal ini menjelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan berat lahir antara paritas 2-3 orang dengan paritas > 3 orang yaitu dari 52 ibu dengan paritas 2-3 orang terdapat 23,1% dengan berat lahir <2500 gram, sedangkan dari 16 ibu dengan paritas > 3 orang terdapat 12,5% dengan berat lahir ≥ 2500 gram.
Terdapat perbedaan berat lahir antara ada komplikasi dalam kehamilan dengan tidak ada komplikasi kehamilan yaitu dari 16 ibu dengan adanya komplikasi kehamilan terdapat 62,5% dengan berat lahir < 2500 gram, sedangkan dari 52 ibu dengan tidak ada komplikasi kehamilan terdapat 7,7% dengan berat lahir < 2500
(72)
gram. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,001 artinya ada hubungan yang antara komplikasi kehamilan dengan berat lahir.
Secara lengkap hubungan variabel confounding (status gizi, jarak kehamilan, paritas dan komplikasi kehamilan) dengan berat lahir dilihat pada Tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8 Hubungan Variabel Confounding (Status Gizi, Jarak Kehamilan, Paritas dan Komplikasi Kehamilan) dengan Berat Lahir
Variabel
Berat Lahir
Total p χ²
≥ 2500 gr <2500 gr
n % n % n %
Faktor
Counfounding Status Gizi Normal (LLA
≥ 23,5cm) 31 72,1 12 27,9 43 100,0
0,065 3,832 Gizi kurang
(LLA < 23,5 cm)
23 92,0 2 8,0 25 100,0
Jarak Kehamilan
≥ 24 bulan 40 85,1 7 14,9 47 100,0
0,108 3,019 < 24 bulan 14 66,7 7 33,3 21 100,0
Paritas
2-3 orang 40 76,9 12 23,1 52 100,0
0,492 0,837 > 3 orang 14 87,5 2 12,5 16 100,0
(1)
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.350 .300 20.260 1 .000 .259
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables penghasilan 12.952 1 .000
K1 18.923 1 .000
JK 8.214 1 .004
jarak 3.019 1 .082
Komplikasi 22.480 1 .000
Overall Statistics 38.854 5 .000
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 68 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 68 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 68 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value
(2)
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value
>= 2500 gram 0
< 2500 gram 1
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 43.512 5 .000
Block 43.512 5 .000
Model 43.512 5 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 25.638a .473 .740
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
(3)
Observed
Predicted
Bayi Berat LAhir Rendah
Percentage Correct >= 2500 gram < 2500 gram
Step 1 Bayi Berat LAhir Rendah >= 2500 gram 52 2 96.3
< 2500 gram 3 11 78.6
Overall Percentage 92.6
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a penghasilan 3.466 1.387 6.248 1 .012 32.020 2.114 485.066
K1 2.770 1.375 4.055 1 .044 15.953 1.077 236.356
JK 3.029 1.302 5.413 1 .020 20.679 1.612 265.333
jarak 1.353 1.270 1.136 1 .286 3.870 .321 46.603
Komplikasi 3.379 1.318 6.576 1 .010 29.345 2.218 388.293
Constant -6.562 1.972 11.071 1 .001 .001 a. Variable(s) entered on step 1: penghasilan, K1, JK, jarak,
Komplikasi.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 68 100.0
(4)
Total 68 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 68 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value
>= 2500 gram 0
< 2500 gram 1
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 42.260 4 .000
Block 42.260 4 .000
Model 42.260 4 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 26.890a .463 .725
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
(5)
Classification Tablea
Observed
Predicted
Bayi Berat LAhir Rendah
Percentage Correct >= 2500 gram < 2500 gram
Step 1 Bayi Berat LAhir Rendah
>= 2500 gram 50 4 92.6
< 2500 gram 2 12 85.7
Overall Percentage 91.2
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a penghasilan 3.280 1.288 6.481 1 .011 26.570 2.127 331.905
K1 3.295 1.341 6.036 1 .014 26.981 1.947 373.870
JK 2.878 1.174 6.008 1 .014 17.778 1.780 177.562
Komplikasi 2.920 1.114 6.873 1 .009 18.537 2.089 164.457
Constant -5.726 1.482 14.924 1 .000 .003 a. Variable(s) entered on step 1: penghasilan, K1, JK,
(6)