Faktor – faktor yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan

tersebut antara lain; susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya Notoatmadjo, 2010.

2.2.1 Faktor – faktor yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan

Green 1980 menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu : a. Faktor perilaku behavioral causes b. Faktor diluar perilaku non behavioral causes Selanjutnya faktor perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu faktor- faktor predisposisi predisposing factors, faktor-faktor pemungkin enabling factors dan faktor-faktor penguat reinforcing factors. Faktor-faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Hal di atas dapat berkaitan dengan kunjungan ibu balita ke posyandu pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang pemanfaatan posyandu bagi tumbuh kembang balitanya, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk melakukan kunjungan ke posyandu. Sebagai contoh perilaku ibu mengunjungi posyandu membawa anak balitanya, akan dipermudah jika ibu tahu apa manfaat membawa anak ke posyandu. Demikian juga, perilaku tersebut akan dipermudah jika ibu yang bersangkutan mempunyai sikap yang positif terhadap posyandu. Kepercayaan, tradisi sistem, nilai dimasyarakat setempat Universitas Sumatera Utara juga dapat mempermudah positif atau mempersulit negatif terjadinya perilaku seseorang Notoatmodjo, 2005. Faktor-faktor pemungkin mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dokter atau bidan praktek swasta dan sebagainya. Untuk perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, pada kunjungan ibu balita ke posyandu juga dipengaruhi oleh faktor pemungkin dimana ibu mungkin enggan melaksanakan kunjungan ke posyandu karena jarak posyandu yang jauh, atau fasilitas posyandu yang tidak lengkap. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. Faktor-faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan dan undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas terutama petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Demikian juga halnya dengan kunjungan ibu balita ke posyandu selain dukungan dari Universitas Sumatera Utara petugas, tokoh masyarakat keaktifan dan dukungan kader, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu balita membawa anaknya ke posyandu. Menurut Green dan Marshall 2005, yang di kutip Notoatmodjo 2003, mengatakan Faktor penguat dapat bersifat positif atau negatif, tergantung dari sikap dan perilaku orang didalam lingkungannya. Sebagai contoh, dalam program posyandu dimana yang menjadi penguat adalah lurahkepala desa, petugas kesehatanpuskesmas, ketua PKK dan kader kesehatan. Model ini digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Precede Model Lawrence Green Notoatmodjo, 2010 Ajzen 1988 dalam Ramadhani 2008 menambahkan konstruk ke dalam Theory of Planned Behavior TPB yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi perceived behavioral control. Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut control Reinforcing factors Predisposing factors Enabling factors Health behavior Universitas Sumatera Utara beliefs. Secara lebih lengkap Ajzen 2005 menambahkan faktor latar belakang individu ke dalam Planned Behavior Theory, sehingga secara skematik Planned Behavior Theory dilukiskan sebagaimana pada Gambar 2.2 : Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior Ajzen 2006 Model teoritik dari Teori Planned Behavior perilaku yang direncanakan mengandung berbagai variabel yaitu : 1. Keyakinan Perilaku atau behavioral belief yaitu hal-hal yang diyakini oleh individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif, sikap terhada perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut. 2. Keyakinan Normatif normative beliefs, yang berkaitan langsung dengan pengaruh lingkungan yang secara tegas dikemukakan oleh Lewin dalam Field Theory. Pendapat Lewin ini digaris bawahi juga oleh Ajzen melalui PBT. Behavioral Beliefs Attitude Toward the Behavior Normative Beliefs Subjective norms Control beliefs Perceived Behavior Control Intention Behavior Universitas Sumatera Utara Menurut Ajzen, faktor lingkungan sosial khususnya orang-orang yang berpengaruh bagi kehidupan individu significant others dapat mempengaruhi keputusan individu. 3. Norma subjektif subjective norms adalah sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya normative belief. Kalau individu merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukannya. Fishbein Ajzen 1975 menggunakan istilah motivation to comply untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak. 4. Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan control beliefs diperoleh dari berbagai hal, pertama adalah pengalaman melakukan perilaku yang sama sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena melihat orang lain misalnya teman, keluarga dekat melaksanakan perilaku itu sehingga ia memiliki keyakinan bahwa ia pun akan dapat melaksanakannya. Selain pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman, keyakinan individu mengenai suatu perilaku akan dapat dilaksanakan ditentukan juga oleh ketersediaan waktu untuk melaksanakan perilaku tersebut, tersedianya fasilitas untuk melaksanakannya dan memiliki kemampuan untuk mengatasi setiap kesulitan yang menghambat pelaksanaan perilaku. Universitas Sumatera Utara 5. Persepsi kemampuan mengontrol perceived behavioral control, yaitu keyakinan beliefs bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. Ajzen menamakan kondisi ini dengan “persepsi kemampuan mengontrol” perceived behavioral control. 6. Niat untuk melakukan perilaku intention adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu dan sejauh mana kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya. Menurut Notoatmodjo 2005 perilaku diawali dengan adanya pengalaman- pengalaman sesorang serta faktor-faktor luar orang tersebut Lingkungan, baik fisik dan non fisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini dan sebagainya, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3 Skema Perilaku Sumber : Notoatmodjo 2005

2.2.2 Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Ibu Balita ke