Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavior Control

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavior Control

terhadap Intensi tentang Kunjungan Balita ke Posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Berdasarkan hasil uji analisis regresi bahwa sikap, norma subjektif dan perceived behavior control PBC tidak berpengaruh terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu. Besaran pengaruh simultan adalah 0,022 atau 2,2 merupakan kontribusi dari variabel sikap, norma subjektif dan perceived behavior control terhadap intensi ibu, sedangkan sisanya 97,8 dipengaruhi faktor lai di luar model seperti pendidikan, pendapatan, pekerjaan, umur balita, jumlah anak, pengetahuan. Hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak ada pengaruh antara sikap terhadap intensi dengan nilai p= 0,182 p 0,05. Besarnya koefisien determinan sikap terhadap intensi ibu sebesar -0,117 atau 11,7. Sedangkan selebihnya 88,3 dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Sikap mempunyai pengaruh langsung yang negatif terhadap intensi, yang artinya intensi ibu ke posyandu tidak dipengaruhi oleh sikap ibu terhadap posyandu. Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah, respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap itu dinamis dan tidak statis. Fisbein dan Ajzen 1975 dalam Ismail 2008 memberi pengertian bahwa attitude Universitas Sumatera Utara atau sikap sebagai faktor predisposisi atau faktor yang ada dalam diri seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara yang konsisten, yaitu menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek yang diberikan. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh norma subjektif terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,247 p 0,05. Besarnya pengaruh langsung norma subjektif terhadap intensi ibu sebesar 0,101 dan koefisien determinan norma subjektif terhadap intensi sebesar 10,1. Sedangkan selebihnya 89,9 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Norma subjektif mempunyai pengaruh langsung yang posisitf terhadap intensi ibu, setiap peningkatan intensi ibu ke posyandu maka norma subjektif mempunyai kontribusi sebesar 0,101. Semakin baik norma subjektif ibu maka semakin baik intensi ibu ke posyandu . Norma subjektif juga diasumsikan dimiliki sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif disebut juga kepercayaan normatif normative beliefs. Seorang individu akan berniat Universitas Sumatera Utara menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa suami, orang tua, tokoh masyarakat, kader, petugas kesehatan dan sebagainya. Hal ini diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang dimaksud. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara perceived behavior control terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,78 p 0,05. Besarnya pengaruh langsung perceived behavior control terhadap intensi ibu sebesar -0,024. perceived behavior control mempunyai pengaruh langsung yang negatif terhadap intensi, dimana peningkatan intensi tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya perceived behavior control ibu. Koefisien determinan perceived behavior control terhadap intensi sebesar 2,4. Sedangkan selebihnya 97,6 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Acuan atau keyakinan belief dapat diakibatkan oleh pengalaman masa lalu dengan tingkah laku, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu, tetapi juga di pengaruhi oleh informasi yang tidak langsung yang diperoleh dengan mengobservasi pengalaman orang yang dikenal. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC dapat mempengaruhi perilaku secara Universitas Sumatera Utara langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jarak rumah ke posyandu, kelengkapan fasilitas posyandu, kepemilikan KMS merupakan sumber yang dapat menjadi faktor pendukung dan penghambat bagi ibu untuk mempunyai intensi melakukan kunjungan ke posyandu. 5.2 Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control melalui Intensi terhadap Kunjungan Balita ke Posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Berdasarkan hasil uji analisis regresi bahwa sikap ibu terhadap kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,243 p 0,05, artinya tidak ada pengaruh antara sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sambas 2002 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel sikap dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke posyandu dengan nilai p 0,05 artinya tidak ada perbedaan antara ibu-ibu anak balita yang mempunyai sikap di atas nilai median dengan yang mempunyai sikap di bawah nilai median untuk mengunjungi posyandu. Jadi untuk datang ke posyandu dalam melakukan penimbangan semua ibu-ibu anak balita dapat melakukannya tanpa memandang adanya perbedaan sikap diantara mereka. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 1993 mengenai tingkatan sikap seseorang yang paling tinggi adalah responsible bertanggungjawab yaitu sesorang akan bertanggungjawab terhadap pilihannya dengan segala risikonya dan sesorang telah memiliki sikap konstan yaitu komponen konasi yang merupakan Universitas Sumatera Utara kecenderungan bertingkah laku Mar’at, 1984. Begitu pula hasil penelitian Harianto 1992 dan Hutagalung 1992 yang membuktikan adanya hubungan bermakna antara sikap dengan partisipasi masyarakat dalam menimbang anak balita ke posyandu dengan nilai p 0,05. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Pamungkas 2008 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat sikap ibu balita dengan perilaku kunjungan ibu ke Posyandu di Kelurahan Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang dengan nilai p-value 0,035, dan didapatkan bahwa dari responden yang mempunyai sikap terhadap posyandu baik memiliki peluang 4,800 kali untuk berkunjung ke posyandu bandingkan dengan responden yang mempunyai tingkat sikap kurang. Pada hasil hubungan yang telah didapat frekuensi yang paling banyak adalah tingkat sikap responden yang kurang dan kuantitas kunjungan ke posyandu kurang dengan jumlah 12 responden dari total jumlah responden yang memiliki tingkat sikap kurang. Kurangnya sikap dari ibu balita ke posyandu dikarenakan oleh karena kurangnya antusiasme responden mengikuti rangkaian kegiatan posyandu yang secara klasik dikarenakan tingkat aktivitas yang berlebih. Berdarkan hasil penelitian Pengaruh langsung sikap terhadap kunjungan ke posyandu sebesar 0,088 dan pengaruh tidak langsung sikap tehadap kunjangan ke posyandu sebesar -0,062, artinya sikap dapat memengaruhi kunjungan ke posyandu secara langsung tanpa melalui intensi. Peningkatan kunjungan secara langsung Universitas Sumatera Utara dipengaruhi oleh peningkatan sikap sebesar 0.008 atau 8,8. Sedangkan selebihnya 91,2 dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori planned of behavior Ajzen 2003, berdasarkan teori tersebut bahwa pengaruh sikap terhadap perilaku seseorang dapat terjadi secara tidak langsung melalui intensi. Artinya baik tidaknya perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap melalui intensi karena jika intensi meningkat maka sikapnya baik. Berdasarkan hasil analisis regresi norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,317 p 0,05 artinya tidak ada pengaruh antara norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu. Pengaruh langsung norma subjektif terhadap kunjungan ke posyandu sebesar -0,076 dan pengaruh tidak langsung sebesar 0,053, pengaruh tidak langsung lebih besar dari pengaruh langsung posyandu, artinya secara tidak langsung norma subjektif memengaruhi kunjungan ke posyandu sebesar 5,3. Sedangkan selebihnya 94,7 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sambas 2002 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara variabel dorongan dari tokoh masyarakat dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu dengan nilai p 0,05. Artinya tidak ada perbedaan antara ibu-ibu anak balita yang mendapatkan dorongan dengan yang tidak mendapatkan dorongan untuk mengunjungi Posyandu. Jadi untuk datang ke Posyandu dalam melakukan penimbangan semua ibu-ibu anak balita dapat melakukannya tanpa memandang adanya perbedaan baik yang pernah Universitas Sumatera Utara mendapat dorongan dengan yang tidak mendapat dorongan maupun yang tidak pernah mendapat dorongan diantara mereka. Dorongan dari tokoh masyarakatRW juga memegang peranan yang sangat penting karena tomaRW merupakan orang penting key pearson di lingkungannya yang telah mendapat kepercayaan dari masyrakat untuk memimpin wilayahnya. Hal ini penting dilakukan untuk kesinambungan semua kegiatan yang ada di lingkungan setiap RW yang bersangkutan dan terkait dengan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Harianto 1992 yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pembinaan dari tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu-ibu balita ke Posyandu dengan nilai p 0,05. Berdasarkan hasil analisis regresi perceived behavior control terhadap kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,231 p 0,05 artinya tidak ada pengaruh antara perceived behavior control terhadap kunjungan balita ke posyandu. Besarnya pengaruh langsung perceived behavior control terhadap kunjungan ke posyandu -0,090 dan pengaruh tidak langsung sebesar – 0.013, perceived behavior control baik secara langsung maupun tidak langsung mempunyai pengaruh negatif terhadap kunjungan ke posyandu, artinya peningkatan kunjungan ke posyandu tidak di pengaruhi oleh tinggi rendahnya perceived behavior control. Besarnya koefisien detrminan perceived behavior control secara langsung terhadap kunjungan - 9,0.dan keofisien determinan perceived behavior control secara tidak langsung sebesar -1,3 Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Sambas 2002 yang menyatakan bahwa kepemilikan KMS dengan OR=5,381 kali 95 Cl: 2,580-11,221 dan p=0,000. Artinya ibu-ibu anak balita yang memiliki KMS anaknya mempunyai peluang kunjungan baikrutin 5,381 kali dibandingkan ibu-ibu anak balita yang tidak memiliki KMS anaknya setelah dikontrol variabel pembinaan dari kader dan bimbingan dari petugas puskesmas. Hal ini dapat dipahami bahwa dengan adanya saranakelengkapan relatif lebih memungkinkan untuk menggunakan sarana itu untuk kepentingan tertentu termasuk ibu-ibu anak balita yang memiliki KMS anaknya akan lebih terangsang untuk mengunjungi posyandu karena mereka relatif lebih termotivasi bila melihatmemiliki KMS anaknya. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara variabel jumlah anak balita dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke posyandu dengan nilai p0,05. Artinya tidak ada perbedaan antara ibu-ibu anak balita yang mempunyai anak satu dengan yang mempunyai anak lebih dari satu untuk mengunjungi posyandu Sambas, 2002. Jadi untuk datang ke posyandu dalam melakukan penimbangan semua ibu-ibu anak balita dapat melakukannya tanpa memandang adanya perbedaan jumlah anak balita diantara mereka. Secara langsung intensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,001 p 0,05. Besarnya pengaruh intensi ibu terhadap kunjungan balita ke posyandu sebesar 0,529 atau 52,9. Sedangkan selebihnya 47,1 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Universitas Sumatera Utara Dengan kata lain semakin baik intensi ibu yang mempunyai balita maka semakin baik pula kunjungan balita ke posyandu. Berdasarkan penelitian Purnamasari 2010 bahwa niat tidak berhubungan dengan keaktifan ibu balita ke posyandu. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui bahwa tingkat pendidikan, ilmu dan ketrampilan dari bidan dan kader dari posyandu masih kurang dibandingkan dengan instansi yang lain. Berdasarkan hasil uji analisis regresi bahwa sikap, norma subjektif, perceived behavior control dan intensi ibu berpengaruh terhadap kunjungan balita ke posyandu. Besaran pengaruh simultan adalah 0,285 atau 28,5 merupakan kontribusi dari variabel sikap, norma subjektif, perceived behavior control dan intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu, sedangkan sisanya 72,0 dipengaruhi faktor lain di luar model. Besar faktor residual dalam penelitian ini mungkin disebabkan oleh faktor lain atau variabel lain yang lebih memengaruhi kunjungan balita ke posyandu, dari hasil data sekunder didapatkan bahwa hanya terdapat 1 petugas gizi di puskesmas Sei Balai, Jumlah kader posyandu 240 untuk 48 posyandu tetapi posyandu yang aktif hanya 33,3 , dengan kategori posyandu paling besar adalah posyandu madya sebesar 61,54 dimana pada posyandu madya cakupan program kurang dari 50 dan belum ada program tambahan, pada umumnya masyarakat mengunjungi posyandu hanya untuk melakukan imunisasi dan pengobatan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian Aisyah 2011 dan Pamungkas 2008 faktor lain yang memengaruhi kunjungan balita ke posyandu adalah pengetahuan, kepercayaan, dan dukungan sosial.

5.3 Keterbatasan Penelitian