2. Pendapatan
Faktor pendapatan atau penghasilan sangat berhubungan erat dengan kesehatan. Soetjiningsih 2007 menyatakan bahwa pendapatan keluarga yang
memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder. Dari
Penelitian Wahyuni 1994 didapatkan faktor penghasilan berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan penimbangan di posyandu.
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin sebagai upaya untuk membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangga.
Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak membawa balitanya ke posyandu adalah karena mereka harus bekerja.
Hasil penelitian Raharjo 2003 menyatakan bahwa penggunaan posyandu terkait dengan status pekerjaan ibu. Status pekerjaan berhubungan ibu berhubungan
dengan kektifan ibu menimbangkan anak di posyandu. Penelitian Paola 2011 juga menyatakan bahwa pekerjaan ibu mempunyai
pengaruh terhadap partisipasi ibu dalam membawa balitanya untuk melakukan penimbangan di posyandu.
4. Umur Balita
Hasil penelitian Hartati 2002 faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan balita ke posyandu adalah faktor umur balita, umur 12 hingga 35 bulan
merupakan umur yang paling paling berpengaruh terhadap kunjungan. Pada hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitan Rinaldy 2004 di Kabupaten Kepulauan Riau salah faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu balita pada kegiatan di posyandu adalah
faktor umur balital
5. Jumlah Anak
Menurut Bailon 1978 dalam Sambas 2002 menyatakan bahwa Jumlah keluarga yang melebihi sumber daya suatu keluarga, akan menimbulkan berbagai
masalah diantaranya ketidaktanggapan di dalam mengambil tindakan kesehatan. Pada penelitian Raharjo 2003 didapat bahwa jumlah tanggungan anak
merupakan faktor yang berhubungan dengan keaktifan ibu menimbangkan anak di posyandu.
6. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2005.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behaviour. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2005 mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:
Universitas Sumatera Utara
a. Awareness kesadaran yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus objek terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus. c. Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus. Penelitian Rogers dalam Notoatmojo, 2005 menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif long lasting. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif dengan 6 tingkatan yaitu: a. Tahu know. Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami comprehension. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Universitas Sumatera Utara
c. Aplikasi application. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
sebenarnya. d. Analisis analysis. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut.
e. Sintesis synthesis. Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi evaluation. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan
suatu kriteria yang telah ada. Berdasarkan penelitian Pamungkas 2008 di Kelurahan Grabag Kabupaten
Magelang terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu balita dengan kunjungan ibu keposyandu. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Paola 2011
bahwa pengetahuan ibu mempunyai pengaruh terhadap penimbangan balita di posyandu, dimana dikatakan sebelumnya bahwa penimbangan balita, merupakan
indikator kunjungan balita ke posyandu. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hartaty 2006 di Kelurahan Bara-Bara
Makassar dari penelitian tersebut didapat bahwa tidak ada hubungan anatara pengetahuan ibu dengan kunjungan ibu ke posyandu
Universitas Sumatera Utara
5. Sikap
Beberapa pengertian tentang sikap adalah sebagai berikut: a sikap belum merupakan suatu tindakan nyata, melainkan dapat berupa predisposisi tingkah laku
Allport dalam Notoatmodjo 1993, b Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau
terarah, respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap itu dinamis dan tidak statis.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport dalam Notoatmodjo 1993 menjelaskan
bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok : a. Kepercayaan keyakinan, ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave
Fisbein dan Ajzen 1975 dalam Ismail 2008 memberi pengertian bahwa attitude atau sikap sebagai faktor predisposisi atau faktor yang ada dalam diri
seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara yang konsisten, yaitu menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek yang
diberikan. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.
Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan
Universitas Sumatera Utara
mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
Menurut Hartaty 2006 ada hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Bara-bara Makassar. Penelitian yang dilakukan
Pamungkas 2008 di Kelurahan Grabag Kabupaten Magelang juga terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kunjungan ibu balita ke posyandu.
Pada penelitian Paola 2011 di Puskesmas Bosar Maligas Kabupaten Simalungun terdapat pengaruh antara sikap dengan partisipasi ibu dalam penimbangan balita di
posyandu. 6.
Norma Subjektif
Norma subjektif ditentukan oleh dua hal, yaitu : belief seseorang tentang reaksi atau pendapat orang lain atau kelompok lain tentang apakah subjek perlu,
harus, atau tidak boleh melakukan suatu perilaku dan motivasi subjek untuk mengikuti pendapat orang lain tersebut dan motivation to comply berhubungan
dengan kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki individu atau kelomok yang berpengaruh terhadap subyek yang bersangkutan. Norma subjektif juga diasumsikan
dimiliki sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang
termasuk dalam norma-norma subjektif disebut juga kepercayaan normatif normative beliefs. Seorang individu akan berniat menampilkan suatu perilaku
tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa suami, orang
Universitas Sumatera Utara
tua, tokoh masyarakat, kader, petugas kesehatan dan sebagainya. Hal ini diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang
penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang dimaksud. Significant others yang mungkin memengaruhi ibu untuk melakukan
kunjungan ke posyandu yaitu : a. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu persepsi mengenai bantuan berupa perhatian, penghargaan, informasi nasehat maupun materi yang diterima ibu balita dari anggota
keluarga untuk membawa balitanya pada kunjungan ke posyandu. Dari penelitian Purnamasari 2010 menyatakan terdapat hubungan antara
dukungan keluarga terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja puskesmas keboan, ngusikan jombang.
b. Dukungan Kader Pelaksana posyandu adalah kader kesehatan. Kader posyandu merupakan
seseorang yang berasal dari anggota masyarakat setempat, bisa membaca dan menulis huruf latin, berminat menjadi kader, bersedia bekerja sukarela serta memiliki
kemampuan dan waktu luang. Dukungan kader bila dilaksanakan dengan baik akan meningkatkan cakupan posyandu, peran kader dalam kegiatan posyandu sangat
penting mulai dari persiapan posyandu, pelaksanaan posyandu dan juga melaksanakan kegiatan di luar posyandu untuk meningkatkan kunjungan ibu ke
posyandu Kemenkes RI, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian Abdul 2010 dukungan dari kader berpengaruh terhadap partisipasi ibu ke posyandu. Hasil penelitian Sambas 2002 diperoleh
pembinaan memilki hubungan yang bermakna dengan kunjungan ibu balita keposyandu.
c. Petugas Kesehatan Setiap program dengan sasaran masyarakat khususnya program posyandu
tidak akan berhasil jika masyarakat tidak mengerti tentang pentingnya posyandu. Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya peran serta dan dukungan dari petugas
kesehatan dalam menunjang keberhasilan tersebut. Berdasarkan penelitian Abdul 2010 dukungan dari petugas mempunyai
pengaruh terhadap partisipasi ibu dalam membawa balitanya ke posyandu. Hasil penelitian Sambas 2002 diperoleh Bimbingan petugas memiliki hubungan yang
bermakna dengan kunjungan ibu balita ke posyandu. d. Dukungan Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat atau sumber daya manusia SDM di masyarakat, yaitu semua orang yang memiliki pengaruh di masyarakat yang bersifat formal dan non
formal yang merupakan kekuatan besar dan mampu menggerakkan masayarak dalam tiap pembangunan.
Dukungan dari tokoh masyarakat di posyandu adalah memberi dukungan kebijakan, sarana, dana penyelenggaraan posyandu, menaungi dan membina kegiatan
posyandu dan menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir dan berperan aktif dalam kegiatan posyandu.
Universitas Sumatera Utara
7. Percievied Behavioral Control
Ajzen 1985 mendefenisikan percievied behavioral control sebagai suatu acuan yang menunjukkan adanya kesulitan atau kemudahan yang ditemui seseorang
dalam intensi berperilaku. Acuan atau keyakinan belief dapat diakibatkan oleh pengalaman masa lalu dengan tingkah laku, individu memiliki fasilitas dan waktu
untuk melakukan perilaku itu, tetapi juga di pengaruhi oleh informasi yang tidak langsung yang diperoleh dengan mengobservasi pengalaman orang yang dikenal.
Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau
kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC
dapat mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jarak rumah ke posyandu, kelengkapan fasilitas posyandu, kepemilikan KMS dan
jumlah kader yang hadir pada saat hari buka posyandu merupakan sumber yang dapat menjadi faktor pendukung dan penghambat bagi ibu untuk mempunyai intensi
melakukan kunjungan ke posyandu. Kemudahan akses ke sarana pelayanan kesehatan berhubungan dengan
beberapa faktor penentu, antara lain jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana kesehatan termasuk posyandu Depekes RI, 2008. Jarak yang dimaksud disini adalah
jauh dekatnya jarak dari rumah atau tempat tinggal ke tempat pelayanan kesehatan posyandu.
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa hasil penelitan didapatkan bahwa jarak berkontribusi terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu. Berdasarkan hasil penelitian Abdul 2010 di Kota
subussalam menyatakan bahwa jarak mempunyai pengaruh terhadap partisipasi ibu ke posyandu. Menurut Rinaldy 2004, dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Keikutsertaan Ibu Balita pada Kegiatan Posyandu di Kabupaten Kepulauan Riau”, salah faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan
ibu balita pada kegiatan di posyandu adalah faktor jarak ke rumah ke posyandu. Dari hasil penelitian Pinardi 2003 menyatakan bahwa jarak posyandu tidak berhubungan
dengan kehadiran ibu-ibu balita ke posyandu di wilayah puskesmas Lerep Kabupaten Semarang.
Sebelum pelaksanaan posyandu petugas kesehatan dengan bantuan kader mempersiapkan perlengkapan dan kebutuhan sarana berupa KMSBuku KIA, alat
timbang dacin dan sarung. Pita LILA, obat gizi kapsul vitamin A, tablet tambah darah, oralit, alat bantu penyuluhan, buku pencatatan dan pelaporan lainnya.
Kemenkes RI, 2011. Berdasarkan data riskesdas Provinsi Sumatera Utara tahun 2007 ada tiga alasan rumah tangga RT tidak memanfaatkan pelayanan psoyandu
yaitu layanan tidak lengkap, letak jauh dan tidak ada posyandu dan persentase terbanyak adalah pada alasan pelayanan tidak lengkap 43,6.
Bayi yang dibawa ke puskesmas atau posyandu mendapat kartu menuju sehat atau buku kesehatan ibu dan anak buku KIA, yang mencatat petumbuhan,
pemberian minum dan makananan, serta imunisasi yang diperoleh. KMS disimpan oleh ibu untuk memonitor pertumbuhan dan keadaan kesehatan balitanya, tapi tidak
Universitas Sumatera Utara
semua ibu meyimpan KMS, disamping tidak semua ibu membawa balitanya ke posyandu dan diantara yang datang ke tempat pelayananan kesehatan tidak semua
mendapat KMS Depkes RI, 2008. KMS digunakan sebagai alat penyuluhan gizi kepada orang tua berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya Depkes RI,
2006. Di Sumatera Utara berdasarkan data Riskesdas 2007 ada 32 balita tidak mempunyai KMS, 48 punya KMS tetapi tidak dapat menunjukkannya dan hanya
18 yang dapat menunjukkannya dan persentase balita yang ibunya dapat menunjukkan KMS turun seiring naiknya umur anak. Pada penelitian Sambas 2002
Kepemilikan KMS merupakan variabel yang secara statistik berhubungan bermakna dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Bojongherang Kabupaten
Cianjur.
Menurut Depkes RI 1997 dalam Sambas 2002 jumlah kader aktif adalah jumlah kader posyandu yang bertugas pada waktu posyandu buka. Dari beberapa
indikator penentu jenjang antar strata posyandu salah satunya adalah jumlah kader. Kader yang bertugas pada posyandu purnama dan mandiri berjumlah 5 orang yang
bertugas pada meja I sampai meja IV. Posyandu akan mencapai strata posyandu mandiri sangat tergantung pada kemampuan, keterampilan diiringi rasa memiliki
serta tanggung jawab Kader, PKK, LPM sebagai pengelola mayarakat sebagai pemakai dari pendukung posyandu Wahyuningsih, 2009. Berdasarkan penelitain
Pinardi 2003 Bahwa jumlah kader mempunyai hubungan dengan kehadiran ibu-ibu balita di posyandu pada puskesmas lerep Kabupaten Semarang.
Universitas Sumatera Utara
8. Intensi Niat
Menurut Fisbein dan Ajzen 1975 intensi didefenisikan sebagai dimensi probabiltas lokasi subjektif seseorang yang menghubungkan antara diri orang tersebut
dengan suatu tindakan tertentu. Intensi perilaku manusia dibentuk oleh tiga komponen, yaitu : sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Sikap
merupakan kumpulan belief dan evaluasi seseorang terhadap belief tersebut. Sedangkan norma subjektif terdiri dari sejumlah orang yang dianggap penting
significant others dalam menganjurkan atau melarang seseorang terhadap intensi berperilaku dan sejauh mana seseorang mematuhi anjuran dan larangan tersebut.
Sementara perceived behavioral control terdiri dari beberapa kondisi yang dipersepsikan seseorang sebagai faktor yang mendorong atau menghambat dalam
menampilkan perilaku tertentu. Berdasarkan penelitian Purnamasari 2010 bahwa niat tidak berhubungan
dengan keaktifan ibu balita ke posyandu.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Landasan Teori
Gambar 2.4 Theory of Planned Behavior Ajzen 1991
2.3 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian
Attitude Toward
The Behavior
Subjective Norms
Perceived Behavior
Control Intention
Behavior
Sikap
Norma Subjektif
Perceived Behavior
Control Intensi
Kunjungan Balita ke Posyandu
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang mempelajari hubungan dan faktor risiko dengan akibat
yang berupa penyakit atau keadaan status kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan Nasir A dkk, 2011.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara tahun 2012.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari proses pengajuan judul, pencarian literatur, konsultasi dengan pembimbing, proposal, penelitian, pengolahan data, penyajian
data, pembahasan, kesimpulan dan saran. Keseluruhan proses penelitian tersebut direncanakan akan dilakukan pada bulan Februari 2012-Februari 2013.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita yang berusia 0–59 bulan yang terdaftar dalam catatan Puskesmas Sei Balai pada tahun 2011.
Jumlah ibu yang ada di Kecamatan Sei Balai sebanyak 2940 orang.
3.3.2 Sampel
Berdasarkan rumus perhitungan sampel diatas maka diperoleh besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah orang. Pengambilan besar sampel dalam
penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus besar sampel untuk uji hipotesis data proporsi satu populasi yang dikutip oleh Hidayat 2010 sebagai berikut:
n=
{ }
2 2
1 2
1
1 1
o a
a
P P
P Pa
Z P
P Z
− −
− +
− −
β
α
Keterangan: n
= Besar sampel minimal Z
₁-α
2
Z ₁-
= Nilai deviasi standar pada α 5 =1,96
β
P ₀ = Proporsi kunjungan balita ke posyandu sebesar 74,18 Dinkes Kab. Batu
Bara = Nilai deviasi standar
pada β 20 = 0,842
Pa = Proporsi kunjungan balita ke posyandu yang diharapkan 84,18
Pa- P ₀ = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi 10
Universitas Sumatera Utara
{ }
137 74
, 84
, 16
, 84
, 842
, 26
, 74
, 96
, 1
2 2
= −
+ =
n
Penentuan besar sampel tiap desa di Kecamatan Sei Balai dengan metode proportional random sampling dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Perhitungan Besar Sampel Penelitian di Kecamatan Sei Balai No
Nama Desa Populasi
Perhitungan Besar
sampel
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
12 13
14 Sei Balai
Tanah Timbul Mekar Mulio
Sido Mulyo Benteng Jaya
Suka Rejo Suka Ramai
Kwala Kasim Mekar Baru
Durian Perkebunan Sei Bejangkar
Perkebunan Sei Balai Siajam
Perjuangan 170
253 142
176 96
384 162
164 233
107 376
219 252
206 1702940x137
2532940 x137 1422940 x137
1762940 x137 962940 x137
3842940 x137 1622940 x137
1642940 x137 2332940 x137
1072940 x137 3762940 x137
2192940 x137 2522940x137
2062940 x137 8
12 7
8 4
18 8
8 11
5 17
10 12
9
Jumlah 2940
137
Pengambilan sampel terpilih dari setiap dusun dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu mengambil secara acak dengan menggunakan tabel
random sampai memenuhi besar sampel yang diinginkan yaitu 137 ibu yang mempunyai balita.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan metode kuesioner yang telah diuji coba
yang mengacu pada variabel yang akan diteliti.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder di peroleh dari puskesmas dan posyandu yang meliputi, jumlah balita yang berusia 0-59 bulan, laporan penimbangan posyandu yang diperoleh dari
KMS, register posyandu dan catatan jumlah balita di puskesmas. Sedangkan data mengenai gambaran umum lokasi penelitian diperoleh dari kantor Kecamatan Sei
Balai.
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau skor yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara
mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan nilai corrected item total correlation. Dari hasil analisis
dibandingkan dengan r tabel 0,361 pada α 5 df = 28, jika item pertanyaan memiliki nilai corrected item total correlation kurang dari 0,361 maka pertanyaan
dinyatakan tidak valid Hidayat, 2010. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Dalam penelitian ini tekhnik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach Alpha, yaitu
Universitas Sumatera Utara
menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Koefisien yang akan dihasilkan akan bervariasi antara 0 hingga 1, jika nilai Cronbach Alpha lebih besar
dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa alat ukur dalam hal ini kuesioner dinyatakan reliabel Hidayat, 2010.
Uji validitas dan reabilitas dilakukan pada 30 orang ibu yang mempunyai balita di Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara dengan alasan memiliki
karakteristik yang relatif sama.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap
Item Pernyataan n
Corrected item- Total correlation
Hasil Uji
Cronbach Alpha
Hasil Uji
1. Membawa anak ke posyandu membuat anak menjadi lebih
sehat 30
0,644 Valid
2. Karena tidak dikenakan biaya saya membawa balita saya ke
posyandu 30
0,658 Valid
3. Membawa anak balita untuk di timbang secara rutin tiap
bulan sampai usia 5 tahun tidak akan membuang waktu
30 0,445
Valid
4. Jarak posyandu yang dekat dari rumah , memungkinkan
pergi ke posyandu 30
0,673 Valid
5. Memiliki Kartu menuju sehat KMS membuat saya
akan datang mengunjungi posyandu
30 0,626
Valid
0,878 Reliabel
6. Kehadiran petugas kesehatan dan tokoh masyarakat
membuat saya lebih rajin ke posyandu
30 0,556
Valid
7. Membawa balita ke posyandu meskipun balita dalam
keadaan sakit adalah hal yang baik
30 0,626
Valid
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2 Lanjutan
Item Pernyataan n
Corrected item- Total correlation
Hasil Uji
Cronbach Alpha
Hasil Uji
8. Pelayanan di posyandu kurang baik karena
fasilitasnya kurang lengkap membuat saya enggan pergi
ke posyandu 30
0,730 Valid
9. Kegiatan Pemberian makanan tambahan
diposyandu membuat anak saya lebih sehat
30 0,481
Valid
10. Kegiatan penyuluhan di posyandu perlu membuat
saya lebih banyak tahu tentang kesehatan balita
30 0,609
Valid
Tabel 3.2 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation
r
hitung
lebih besar dari nilai r
tabel
yang besarnya 0,361, artinya sepuluh item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel sikap semuanya valid.
.
Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,878 dan lebih besar dari nilai r
tabel
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Norma Subjektif
, hal ini menunjukkan bahwa sepuluh item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
Item Pernyataan n
Corrected item- Total correlation
Hasil Uji
Cronbach Alpha
Hasil Uji
1. Saya berkeinginan untuk membawa anak balita saya
keposyandu atas saran Keluarga saya
30 0,790
Valid
2. Saya termotivasi membawa balita saya ke posyandu
seperti yang disarankan oleh Kader
30 0,407
Valid
3. Pendapat Petugas kesehatan berpengaruh pada saya untuk
membawa anak balita saya ke posyandu
30 0,410
Valid 0,781
Reliabel
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3 Lanjutan
Item Pernyataan n
Corrected item- Total correlation
Hasil Uji
Cronbach Alpha
Hasil Uji
4. Pendapat Tokoh masayarakat memengaruhi saya untuk
membawa anak balita saya ke posyandu
30 0,828
Valid
5. Melihat ibu-ibu lain membawa anak ke posyandu
mendorong saya untuk membawa anak ke posyandu
30 0,377
Valid
Tabel 3.3 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation
r
hitung
lebih besar dari nilai r
tabel
yang besarnya 0,361, artinya lima item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel
norma subjektif
semuanya valid.
.
Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,781 dan lebih besar dari nilai r
tabel
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perceived Behavioral
Control
, hal ini menunjukkan bahwa lima item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
Item Pernyataan n
Corrected item- Total correlation
Hasil Uji
Cronbach Alpha
Hasil Uji
1. Karena tidak dikenakan biaya, untuk datang ke
posyandu memungkinkan saya membawa balita saya
ke posyandu 30
0,623 Valid
2. Jarak posyandu yang dekat dengan rumah memudahkan
saya untuk datang ke posyandu
30 0,765
Valid
3. Anak sakit bukan hambatan bagi saya untuk membawa
balita ke posyandu 30
0,401 Valid
4. Pekerjaan saya bukan hambatan bagi saya untuk
membawa balita ke posyandu 30
0,533 Valid
0,832 Reliabel
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.4 Lanjutan
Item Pernyataan n
Corrected item- Total correlation
Hasil Uji
Cronbach Alpha
Hasil Uji
5. Memiliki balita lebih dari satu bukan halangan bagi
saya untuk membawa balita ke posyandu
30 0,711
Valid
6. Jika adaanggota keluarga yang mengantar ke posyandu
memudahkan saya untuk pergi ke posyandu
30 0,408
Valid
7. Ajakan tetangga pada setiap kegiatan posyandu membuat
saya lebih rajin ke posyandu 30
0,623 Valid
Tabel 3.4 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation
r
hitung
lebih besar dari nilai r
tabel
yang besarnya 0,361, artinya tujuh item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel Perceived behavioral control semuanya
valid.
.
Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,832 dan lebih besar dari nilai r
tabel
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Intensi
, hal ini menunjukkan bahwa tujuh item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
Item Pernyataan n
Corrected item- Total correlation
Hasil Uji
Cronbach Alpha
Hasil Uji
1. Saya akan membawa anak saya ke posyandu bulan
depan. 30
0,974 Valid
2. Saya akan membawa anak saya ke posyandu setiap
bulan 30
0,946 Valid
0,978 Reliabel
3. Saya akan melakukan kunjungan ke posyandu
sampai anak saya berumur 5 tahun
30 0,942
Valid
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.5 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation r
hitung
lebih besar dari nilai r
tabel
yang besarnya 0,361, artinya tiga item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel intensi emuanya valid.
.
Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,978 dan lebih besar dari nilai r
tabel
, hal ini menunjukkan bahwa tiga item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
3.5 Definisi Operasional Variabel
1. Sikap adalah kecenderungan responden untuk bereaksi afektif terhadap kunjungan ke posyandu. Kuesioner untuk variabel sikap berjumlah 10 soal.
Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7. 2. Norma Subjektif adalah motivasi responden untuk mematuhi pandangan
orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya untuk melakukan kunjungan. Kuesioner untuk variabel ini berjumlah 5 soal. Kuesioner menggunakan skala
semantic difference dengan skor 1-7 3. Perceiveid Behavioral Control adalah keyakinan responden terhadap
kemampuannya untuk melakukan kunjungan ke posyandu. Kuesioner untuk variabel ini berjumlah 7 soal. Kuesioner menggunakan skala semantic
difference dengan skor 1-7 4. Intensi adalah kecenderungan responden untuk melakukan atau tidak
melakukan kunjungan ke posyandu. Kuesioner untuk variabel ini berjumlah 3 soal. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7
Universitas Sumatera Utara
5. Kunjungan balita ke posyandu adalah kehadiran ibu datang ke posyandu untuk mengikuti kegiatan posyandu dalam 6 bulan terakhir. Kuesioner
menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7 3.6 Aspek Pengukuran
3.6.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah : kunjungan ibu balita ke posyandu
3.6.2 Variabel Independen
Variabel independen dari penelitian ini adalah sikap, norma subjektif, perceived behavioral control.
3.6.2 Variabel Antara
Variabel Antara dari penelitian ini adalah Intensi.
3.6.3 Aspek Pengukuran Tabel 3.6 Skala Pengukuran Variabel
No Variabel
Defenisi Operasional Skala
Pengukuran
1. Sikap Kecenderungan responden untuk bereaksi
afektif terhadap kunjungan ke posyandu Interval
2. Norma
subjektif Motivasi responden untuk mematuhi
pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya untuk melakukan kunjungan
ke posyandu Norma subjektif Interval
3. Perceived
Behavioral Control
Keyakinan responden terhadap kemampuannya untuk melakukan kunjungan
ke posyandu Interval
4. Intensi
Kecenderungan responden untuk melakukan kunjungan ke posyandu
Interval
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.6 Lanjutan No
Variabel Defenisi Operasional
Skala Pengukuran
5. Kunjungan
balita ke posyandu
Kehadiran ibu datang ke posyandu untuk mengikuti kegiatan posyandu dalam 6 bulan
terakhir Interval
3.7 Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan program komputer. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan
pendekatan analisis jalur path analysis. Menurut Reterford 1993 dalam Sunyoto 2011 menyatakan analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan
sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya memengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung.
3.7.1 Prinsip-prinsip Dasar
1. Adanya linearitas. Hubungan antar variabel bersifat linear. 2. Adanya aditivitas. Tidak ada efek-efek interaksi.
3. Data bersifat interval. Semua variabel yang diobservasi mempunyai data berskala interval.
4. Semua variabel residual yang tidak diukur tidak berkorelasi dengan salah satu variabel-variabel dalam model.
5. Sebaiknya hanya terdapat multikolinearitas yang rendah. Multikolinearitas maksudnya dua atau lebih variabel bebas mempunyai hubungan yang sangat
tinggi. Jika terjadi hubungan yang tinggi maka kita akan mendapatkan standar
Universitas Sumatera Utara
error yang besar dari koefisien beta yang digunakan untuk menghilangkan varians biasa dalam melakukan analisis korelasi secara parsial.
6. Adanya recurcivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh terjadi pemutaran kembali.
7. Spesifikasi model benar diperlukan untuk menginterpretasi koefisien- koefisien jalur. Kesalahan spesifikasi terjadi ketika variabel penyebab yang
signifikan dikeluarkan dari model. Semua koefisien jalur akan merefleksikan kovarians bersama dengan semua variabel yang tridak diukur dan tidak akan
dapat diinterpresati secara tepat dalam kaitannya dengan akibat langsung dan tidak langsung.
8. Terdapat masukan korelasi kita yang sesuai. Artinya jika menggunakan matriks korelasi sebagai masukan, maka korelasi Pearson digunakan untuk
dua variabel berskala interval. 9. Terdapat ukuran sampel yang memadai menggunakan sampel minimal 100
untuk memperoleh hasil analisis yang signifikan dan lebih akurat. 10. Sampel sama dibutuhkan untuk penghitungan regresi dalam model jalur.
11. Asumsi analisis jalur mengikuti asumsi umum regresi linear yaitu : a. Model regresi harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka signifikan
pada anova sebesar 0.05 b. Prediktor yang digunakan untuk sebagai variabel bebas harus layak.
Kelayakan ini diketahui jika angka standar error of estimate standard deviation.
Universitas Sumatera Utara
c. Koefisien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan uji T. Koefisien regresi signifikan jika T hitung T tabel
d. Tidak boleh terjadi multikolinearitas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang terlalu tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas.
e. Tidak terjadi otokorelasi jika angka Dubin dan Watson 1 dan 3
3.7.2 Pemodelan Jalur
e
1
e
2
Gambar 3.1 Pemodelan Jalur
Berdasarkan gambar model di atas, dapat dibuat persamaan struktural analisis dua jalur yang meliputi X
1
,X
2
,X
3
sebagai variabel bebas, X
4
a. Persamaan substruktur pertama : sebagai variabel antara
dan Y` sebagai variabel terikat dan e = error sebagai berikut ;
X
4
= b
1
X
4
X
1
+ b
2
X
4
X
2
+ b
1
X
4
X
3
+ e b. Persamaan substruktur kedua :
1
Y = b
1
YX
1
+ b
2
YX
3
+ b
3
YX
4
+ e
2
X
1
X
2
X
3
X
4
Y
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: X
1
X = Sikap
2
X = Norma subjektif
3
X = Perceived behavioral control
4
Y = Kunjungan balita ke posyandu
= Intensi
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Keadaan Geografis
Kecamatan Sei Balai adalah salah satu dari 7 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Batu Bara yang sebelumnya merupakan Kecamatan Tanjung Tiram
Kabupaten Asahan, selanjutnya pada tahun 1993 dimekarkan menjadi Kecamatan Perwakilan Sei Balai dan pada 16 Oktober 2000 resmi menjadi Kecamatan Sei Balai
Kabupaten Asahan secara depenitif, dan terdiri dari 11 Desa. Pada saat pemekaran Kabupaten Batu Bara pada tahun 2006 jumlah desa yang
berada di Kecamatan Sei Balai terdiri dari 8 desa, karena 3 desa masuk ke wilayah Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan.
Selanjutnya pada Tahun 2011 berdasarkan usulan masyarakat desa dan sesuai dengan kriteria dan perundang-undangan, desa-desa yang ada di wilayah Kecamatan
Sei Balai dimekarkan 6 desa, sehingga jumlah desa yang berada di Kecamatan Sei Balai pada saat ini menjadi 14 desa.
Batas-batas Kecamatan Sei Balai sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Tiram dan Kecamatan
Talawi b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Asahan
Universitas Sumatera Utara
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Tiram dan Kabupaten Asahan
Kecamatan Sei Balai berada pada ketinggian 0-6 meter dari permukaan laut dan terletak di koordinat 0
Lintang Selatan -3 Lintang Utara dan 96
Bujur Timur – 102
1. Desa Durian 201 Ha
Bujur Barat. Luas wilayah Kecamatan Sei Balai 9.286,9 Ha yang terdiri dari 14 Desa yaitu :
2. Desa Sukaramai 208 Ha
3. Desa Kwala Sikasim 211 Ha
4. Desa Perk. Sei Bejangkar 1.619,9 Ha
5. Desa Mekar Mulio 225 Ha
6. Desa Perk. Sei Balai 3.727 Ha
7. Desa Siajam 250 Ha
8. Desa Sei Balai 100 Ha
9. Benteng Jaya 150 Ha
10. Tanah Timbul 150 Ha
11. Mekar Baru 245 Ha
12. Sidomulyo 175 Ha
13. Sukorejo 217 Ha
14. Perjuangan 1.808 Ha
Universitas Sumatera Utara
Keadaan wilayah Kecamatan Sei Balai mempunyai potensi yang hampir sama dengan Kecamatan-Kecamatan lain yang ada di wilayah Kabupaten Batu Bara.
Diantaranya potensi dimaksud adalah : a. Merupakan daerah pertanian tanaman padi juga perkebunan karet dan sawit
milik perusahaan BUMN dan Swasta b. Wilayahnya terdiri dari dataran rendah yang dilalui oleh sungai-sungai
sehingga cocok untuk lahan pertanian. c. Penduduk terdiri dari beberapa suku, agama, dan kebudayaan yang menyatu
dalam ke Bhinekaan. d. Terletak dilintas jalan raya Sumatera Utara.
4.1.2 Kependudukan
Penduduk Kecamatan Sei Balai sampai dengan bulan Agustus 2012 berjumlah 29.651 jiwa. Laki-laki 14.299 jiwa, perempuan 15.352 jiwa dengan jumlah KK 6.648.
Distribusi jumlah penduduk menurut kepala keluarga dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Masing-masing Desa Nama Desa
Luas Dusun
Jumlah KK
Jumlah Penduduk Jumlah
Laki-Laki Perempuan
Sei Balai 100
10 787
1.337 1.543
2.880 Kwala Sikasim
211 7
539 1.189
1.223 2.412
Mekar Mulio 225
7 321
559 656
1.215 Durian
201 7
588 1.135
1.075 2.210
Sukaramai 208
4 390
755 771
1.526 Siajam
250 8
409 1.373
1.490 2.863
Ps. Balai 3.727
9 675
1.558 1.535
3.093 Ps. Bejangkar
1619.9 5
471 1.135
1.155 2.290
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Lanjutan
Nama Desa Luas
Dusun Jumlah
KK Jumlah
Penduduk Jumlah
Laki-laki Perempuan
Benteng Jaya 150
6 334
943 1.064
2.007 Tanah Timbul
150 5
278 600
675 1.275
Mekar Baru 245
6 262
600 734
1.334 Suko Rejo
217 9
546 1.120
1.154 2.274
Sidomulyo 175
7 241
620 632
1.252 Perjuangan
1.808 5
807 1.375
1.645 3.020
Jumlah 7.667
95 6.648
14.299 15.352
29.651
Sumber : Profil Kecamatan Sei Balai tahun 2012 Jumlah balita di Kecamatan Sei Balai berjumlah 2940 orang.
Tabel 4.2 Distribusi Balita di Kecamatan Sei Balai Berdasarkan Umur No
Nama Desa Umur
Bulan Tahun
0-6 7-12
1-2 2-3
3-4 4-5
1. Sei Balai
30 30
27 26
29 28
2. Kwala Sikasim