Pendapatan Pekerjaan Umur Balita Jumlah Anak Sei Balai

2. Pendapatan

Faktor pendapatan atau penghasilan sangat berhubungan erat dengan kesehatan. Soetjiningsih 2007 menyatakan bahwa pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder. Dari Penelitian Wahyuni 1994 didapatkan faktor penghasilan berhubungan dengan partisipasi ibu balita dalam kegiatan penimbangan di posyandu.

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin sebagai upaya untuk membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangga. Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak membawa balitanya ke posyandu adalah karena mereka harus bekerja. Hasil penelitian Raharjo 2003 menyatakan bahwa penggunaan posyandu terkait dengan status pekerjaan ibu. Status pekerjaan berhubungan ibu berhubungan dengan kektifan ibu menimbangkan anak di posyandu. Penelitian Paola 2011 juga menyatakan bahwa pekerjaan ibu mempunyai pengaruh terhadap partisipasi ibu dalam membawa balitanya untuk melakukan penimbangan di posyandu.

4. Umur Balita

Hasil penelitian Hartati 2002 faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan balita ke posyandu adalah faktor umur balita, umur 12 hingga 35 bulan merupakan umur yang paling paling berpengaruh terhadap kunjungan. Pada hasil Universitas Sumatera Utara penelitan Rinaldy 2004 di Kabupaten Kepulauan Riau salah faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu balita pada kegiatan di posyandu adalah faktor umur balital

5. Jumlah Anak

Menurut Bailon 1978 dalam Sambas 2002 menyatakan bahwa Jumlah keluarga yang melebihi sumber daya suatu keluarga, akan menimbulkan berbagai masalah diantaranya ketidaktanggapan di dalam mengambil tindakan kesehatan. Pada penelitian Raharjo 2003 didapat bahwa jumlah tanggungan anak merupakan faktor yang berhubungan dengan keaktifan ibu menimbangkan anak di posyandu.

6. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2005. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behaviour. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2005 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni: Universitas Sumatera Utara a. Awareness kesadaran yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus objek terlebih dahulu. b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus. c. Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Penelitian Rogers dalam Notoatmojo, 2005 menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif long lasting. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif dengan 6 tingkatan yaitu: a. Tahu know. Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami comprehension. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Universitas Sumatera Utara c. Aplikasi application. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. d. Analisis analysis. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut. e. Sintesis synthesis. Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi evaluation. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang telah ada. Berdasarkan penelitian Pamungkas 2008 di Kelurahan Grabag Kabupaten Magelang terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu balita dengan kunjungan ibu keposyandu. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Paola 2011 bahwa pengetahuan ibu mempunyai pengaruh terhadap penimbangan balita di posyandu, dimana dikatakan sebelumnya bahwa penimbangan balita, merupakan indikator kunjungan balita ke posyandu. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hartaty 2006 di Kelurahan Bara-Bara Makassar dari penelitian tersebut didapat bahwa tidak ada hubungan anatara pengetahuan ibu dengan kunjungan ibu ke posyandu Universitas Sumatera Utara 5. Sikap Beberapa pengertian tentang sikap adalah sebagai berikut: a sikap belum merupakan suatu tindakan nyata, melainkan dapat berupa predisposisi tingkah laku Allport dalam Notoatmodjo 1993, b Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah, respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap itu dinamis dan tidak statis. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport dalam Notoatmodjo 1993 menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok : a. Kepercayaan keyakinan, ide, konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave Fisbein dan Ajzen 1975 dalam Ismail 2008 memberi pengertian bahwa attitude atau sikap sebagai faktor predisposisi atau faktor yang ada dalam diri seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara yang konsisten, yaitu menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek yang diberikan. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan Universitas Sumatera Utara mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Menurut Hartaty 2006 ada hubungan antara sikap ibu dengan kunjungan ibu balita ke posyandu di Kelurahan Bara-bara Makassar. Penelitian yang dilakukan Pamungkas 2008 di Kelurahan Grabag Kabupaten Magelang juga terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kunjungan ibu balita ke posyandu. Pada penelitian Paola 2011 di Puskesmas Bosar Maligas Kabupaten Simalungun terdapat pengaruh antara sikap dengan partisipasi ibu dalam penimbangan balita di posyandu. 6. Norma Subjektif Norma subjektif ditentukan oleh dua hal, yaitu : belief seseorang tentang reaksi atau pendapat orang lain atau kelompok lain tentang apakah subjek perlu, harus, atau tidak boleh melakukan suatu perilaku dan motivasi subjek untuk mengikuti pendapat orang lain tersebut dan motivation to comply berhubungan dengan kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki individu atau kelomok yang berpengaruh terhadap subyek yang bersangkutan. Norma subjektif juga diasumsikan dimiliki sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif disebut juga kepercayaan normatif normative beliefs. Seorang individu akan berniat menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa suami, orang Universitas Sumatera Utara tua, tokoh masyarakat, kader, petugas kesehatan dan sebagainya. Hal ini diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang dimaksud. Significant others yang mungkin memengaruhi ibu untuk melakukan kunjungan ke posyandu yaitu : a. Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah suatu persepsi mengenai bantuan berupa perhatian, penghargaan, informasi nasehat maupun materi yang diterima ibu balita dari anggota keluarga untuk membawa balitanya pada kunjungan ke posyandu. Dari penelitian Purnamasari 2010 menyatakan terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu di wilayah kerja puskesmas keboan, ngusikan jombang. b. Dukungan Kader Pelaksana posyandu adalah kader kesehatan. Kader posyandu merupakan seseorang yang berasal dari anggota masyarakat setempat, bisa membaca dan menulis huruf latin, berminat menjadi kader, bersedia bekerja sukarela serta memiliki kemampuan dan waktu luang. Dukungan kader bila dilaksanakan dengan baik akan meningkatkan cakupan posyandu, peran kader dalam kegiatan posyandu sangat penting mulai dari persiapan posyandu, pelaksanaan posyandu dan juga melaksanakan kegiatan di luar posyandu untuk meningkatkan kunjungan ibu ke posyandu Kemenkes RI, 2011. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian Abdul 2010 dukungan dari kader berpengaruh terhadap partisipasi ibu ke posyandu. Hasil penelitian Sambas 2002 diperoleh pembinaan memilki hubungan yang bermakna dengan kunjungan ibu balita keposyandu. c. Petugas Kesehatan Setiap program dengan sasaran masyarakat khususnya program posyandu tidak akan berhasil jika masyarakat tidak mengerti tentang pentingnya posyandu. Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya peran serta dan dukungan dari petugas kesehatan dalam menunjang keberhasilan tersebut. Berdasarkan penelitian Abdul 2010 dukungan dari petugas mempunyai pengaruh terhadap partisipasi ibu dalam membawa balitanya ke posyandu. Hasil penelitian Sambas 2002 diperoleh Bimbingan petugas memiliki hubungan yang bermakna dengan kunjungan ibu balita ke posyandu. d. Dukungan Tokoh Masyarakat Tokoh masyarakat atau sumber daya manusia SDM di masyarakat, yaitu semua orang yang memiliki pengaruh di masyarakat yang bersifat formal dan non formal yang merupakan kekuatan besar dan mampu menggerakkan masayarak dalam tiap pembangunan. Dukungan dari tokoh masyarakat di posyandu adalah memberi dukungan kebijakan, sarana, dana penyelenggaraan posyandu, menaungi dan membina kegiatan posyandu dan menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir dan berperan aktif dalam kegiatan posyandu. Universitas Sumatera Utara 7. Percievied Behavioral Control Ajzen 1985 mendefenisikan percievied behavioral control sebagai suatu acuan yang menunjukkan adanya kesulitan atau kemudahan yang ditemui seseorang dalam intensi berperilaku. Acuan atau keyakinan belief dapat diakibatkan oleh pengalaman masa lalu dengan tingkah laku, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu, tetapi juga di pengaruhi oleh informasi yang tidak langsung yang diperoleh dengan mengobservasi pengalaman orang yang dikenal. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC dapat mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jarak rumah ke posyandu, kelengkapan fasilitas posyandu, kepemilikan KMS dan jumlah kader yang hadir pada saat hari buka posyandu merupakan sumber yang dapat menjadi faktor pendukung dan penghambat bagi ibu untuk mempunyai intensi melakukan kunjungan ke posyandu. Kemudahan akses ke sarana pelayanan kesehatan berhubungan dengan beberapa faktor penentu, antara lain jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana kesehatan termasuk posyandu Depekes RI, 2008. Jarak yang dimaksud disini adalah jauh dekatnya jarak dari rumah atau tempat tinggal ke tempat pelayanan kesehatan posyandu. Universitas Sumatera Utara Dari beberapa hasil penelitan didapatkan bahwa jarak berkontribusi terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu. Berdasarkan hasil penelitian Abdul 2010 di Kota subussalam menyatakan bahwa jarak mempunyai pengaruh terhadap partisipasi ibu ke posyandu. Menurut Rinaldy 2004, dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Keikutsertaan Ibu Balita pada Kegiatan Posyandu di Kabupaten Kepulauan Riau”, salah faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu balita pada kegiatan di posyandu adalah faktor jarak ke rumah ke posyandu. Dari hasil penelitian Pinardi 2003 menyatakan bahwa jarak posyandu tidak berhubungan dengan kehadiran ibu-ibu balita ke posyandu di wilayah puskesmas Lerep Kabupaten Semarang. Sebelum pelaksanaan posyandu petugas kesehatan dengan bantuan kader mempersiapkan perlengkapan dan kebutuhan sarana berupa KMSBuku KIA, alat timbang dacin dan sarung. Pita LILA, obat gizi kapsul vitamin A, tablet tambah darah, oralit, alat bantu penyuluhan, buku pencatatan dan pelaporan lainnya. Kemenkes RI, 2011. Berdasarkan data riskesdas Provinsi Sumatera Utara tahun 2007 ada tiga alasan rumah tangga RT tidak memanfaatkan pelayanan psoyandu yaitu layanan tidak lengkap, letak jauh dan tidak ada posyandu dan persentase terbanyak adalah pada alasan pelayanan tidak lengkap 43,6. Bayi yang dibawa ke puskesmas atau posyandu mendapat kartu menuju sehat atau buku kesehatan ibu dan anak buku KIA, yang mencatat petumbuhan, pemberian minum dan makananan, serta imunisasi yang diperoleh. KMS disimpan oleh ibu untuk memonitor pertumbuhan dan keadaan kesehatan balitanya, tapi tidak Universitas Sumatera Utara semua ibu meyimpan KMS, disamping tidak semua ibu membawa balitanya ke posyandu dan diantara yang datang ke tempat pelayananan kesehatan tidak semua mendapat KMS Depkes RI, 2008. KMS digunakan sebagai alat penyuluhan gizi kepada orang tua berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan anaknya Depkes RI, 2006. Di Sumatera Utara berdasarkan data Riskesdas 2007 ada 32 balita tidak mempunyai KMS, 48 punya KMS tetapi tidak dapat menunjukkannya dan hanya 18 yang dapat menunjukkannya dan persentase balita yang ibunya dapat menunjukkan KMS turun seiring naiknya umur anak. Pada penelitian Sambas 2002 Kepemilikan KMS merupakan variabel yang secara statistik berhubungan bermakna dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur. Menurut Depkes RI 1997 dalam Sambas 2002 jumlah kader aktif adalah jumlah kader posyandu yang bertugas pada waktu posyandu buka. Dari beberapa indikator penentu jenjang antar strata posyandu salah satunya adalah jumlah kader. Kader yang bertugas pada posyandu purnama dan mandiri berjumlah 5 orang yang bertugas pada meja I sampai meja IV. Posyandu akan mencapai strata posyandu mandiri sangat tergantung pada kemampuan, keterampilan diiringi rasa memiliki serta tanggung jawab Kader, PKK, LPM sebagai pengelola mayarakat sebagai pemakai dari pendukung posyandu Wahyuningsih, 2009. Berdasarkan penelitain Pinardi 2003 Bahwa jumlah kader mempunyai hubungan dengan kehadiran ibu-ibu balita di posyandu pada puskesmas lerep Kabupaten Semarang. Universitas Sumatera Utara 8. Intensi Niat Menurut Fisbein dan Ajzen 1975 intensi didefenisikan sebagai dimensi probabiltas lokasi subjektif seseorang yang menghubungkan antara diri orang tersebut dengan suatu tindakan tertentu. Intensi perilaku manusia dibentuk oleh tiga komponen, yaitu : sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Sikap merupakan kumpulan belief dan evaluasi seseorang terhadap belief tersebut. Sedangkan norma subjektif terdiri dari sejumlah orang yang dianggap penting significant others dalam menganjurkan atau melarang seseorang terhadap intensi berperilaku dan sejauh mana seseorang mematuhi anjuran dan larangan tersebut. Sementara perceived behavioral control terdiri dari beberapa kondisi yang dipersepsikan seseorang sebagai faktor yang mendorong atau menghambat dalam menampilkan perilaku tertentu. Berdasarkan penelitian Purnamasari 2010 bahwa niat tidak berhubungan dengan keaktifan ibu balita ke posyandu. Universitas Sumatera Utara

2.2 Landasan Teori

Gambar 2.4 Theory of Planned Behavior Ajzen 1991

2.3 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian Attitude Toward The Behavior Subjective Norms Perceived Behavior Control Intention Behavior Sikap Norma Subjektif Perceived Behavior Control Intensi Kunjungan Balita ke Posyandu Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang mempelajari hubungan dan faktor risiko dengan akibat yang berupa penyakit atau keadaan status kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan Nasir A dkk, 2011. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara tahun 2012.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari proses pengajuan judul, pencarian literatur, konsultasi dengan pembimbing, proposal, penelitian, pengolahan data, penyajian data, pembahasan, kesimpulan dan saran. Keseluruhan proses penelitian tersebut direncanakan akan dilakukan pada bulan Februari 2012-Februari 2013. Universitas Sumatera Utara 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita yang berusia 0–59 bulan yang terdaftar dalam catatan Puskesmas Sei Balai pada tahun 2011. Jumlah ibu yang ada di Kecamatan Sei Balai sebanyak 2940 orang.

3.3.2 Sampel

Berdasarkan rumus perhitungan sampel diatas maka diperoleh besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah orang. Pengambilan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus besar sampel untuk uji hipotesis data proporsi satu populasi yang dikutip oleh Hidayat 2010 sebagai berikut: n= { } 2 2 1 2 1 1 1 o a a P P P Pa Z P P Z − − − + − − β α Keterangan: n = Besar sampel minimal Z ₁-α 2 Z ₁- = Nilai deviasi standar pada α 5 =1,96 β P ₀ = Proporsi kunjungan balita ke posyandu sebesar 74,18 Dinkes Kab. Batu Bara = Nilai deviasi standar pada β 20 = 0,842 Pa = Proporsi kunjungan balita ke posyandu yang diharapkan 84,18 Pa- P ₀ = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi 10 Universitas Sumatera Utara { } 137 74 , 84 , 16 , 84 , 842 , 26 , 74 , 96 , 1 2 2 = − + = n Penentuan besar sampel tiap desa di Kecamatan Sei Balai dengan metode proportional random sampling dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.1 Perhitungan Besar Sampel Penelitian di Kecamatan Sei Balai No Nama Desa Populasi Perhitungan Besar sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

14 Sei Balai

Tanah Timbul Mekar Mulio Sido Mulyo Benteng Jaya Suka Rejo Suka Ramai Kwala Kasim Mekar Baru Durian Perkebunan Sei Bejangkar Perkebunan Sei Balai Siajam Perjuangan 170 253 142 176 96 384 162 164 233 107 376 219 252 206 1702940x137 2532940 x137 1422940 x137 1762940 x137 962940 x137 3842940 x137 1622940 x137 1642940 x137 2332940 x137 1072940 x137 3762940 x137 2192940 x137 2522940x137 2062940 x137 8 12 7 8 4 18 8 8 11 5 17 10 12 9 Jumlah 2940 137 Pengambilan sampel terpilih dari setiap dusun dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu mengambil secara acak dengan menggunakan tabel random sampai memenuhi besar sampel yang diinginkan yaitu 137 ibu yang mempunyai balita. Universitas Sumatera Utara 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan metode kuesioner yang telah diuji coba yang mengacu pada variabel yang akan diteliti.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari puskesmas dan posyandu yang meliputi, jumlah balita yang berusia 0-59 bulan, laporan penimbangan posyandu yang diperoleh dari KMS, register posyandu dan catatan jumlah balita di puskesmas. Sedangkan data mengenai gambaran umum lokasi penelitian diperoleh dari kantor Kecamatan Sei Balai.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau skor yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan nilai corrected item total correlation. Dari hasil analisis dibandingkan dengan r tabel 0,361 pada α 5 df = 28, jika item pertanyaan memiliki nilai corrected item total correlation kurang dari 0,361 maka pertanyaan dinyatakan tidak valid Hidayat, 2010. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Dalam penelitian ini tekhnik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach Alpha, yaitu Universitas Sumatera Utara menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Koefisien yang akan dihasilkan akan bervariasi antara 0 hingga 1, jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa alat ukur dalam hal ini kuesioner dinyatakan reliabel Hidayat, 2010. Uji validitas dan reabilitas dilakukan pada 30 orang ibu yang mempunyai balita di Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara dengan alasan memiliki karakteristik yang relatif sama. Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation Hasil Uji Cronbach Alpha Hasil Uji 1. Membawa anak ke posyandu membuat anak menjadi lebih sehat 30 0,644 Valid 2. Karena tidak dikenakan biaya saya membawa balita saya ke posyandu 30 0,658 Valid 3. Membawa anak balita untuk di timbang secara rutin tiap bulan sampai usia 5 tahun tidak akan membuang waktu 30 0,445 Valid 4. Jarak posyandu yang dekat dari rumah , memungkinkan pergi ke posyandu 30 0,673 Valid 5. Memiliki Kartu menuju sehat KMS membuat saya akan datang mengunjungi posyandu 30 0,626 Valid 0,878 Reliabel 6. Kehadiran petugas kesehatan dan tokoh masyarakat membuat saya lebih rajin ke posyandu 30 0,556 Valid 7. Membawa balita ke posyandu meskipun balita dalam keadaan sakit adalah hal yang baik 30 0,626 Valid Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2 Lanjutan Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation Hasil Uji Cronbach Alpha Hasil Uji 8. Pelayanan di posyandu kurang baik karena fasilitasnya kurang lengkap membuat saya enggan pergi ke posyandu 30 0,730 Valid 9. Kegiatan Pemberian makanan tambahan diposyandu membuat anak saya lebih sehat 30 0,481 Valid 10. Kegiatan penyuluhan di posyandu perlu membuat saya lebih banyak tahu tentang kesehatan balita 30 0,609 Valid Tabel 3.2 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation r hitung lebih besar dari nilai r tabel yang besarnya 0,361, artinya sepuluh item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel sikap semuanya valid. . Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,878 dan lebih besar dari nilai r tabel Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Norma Subjektif , hal ini menunjukkan bahwa sepuluh item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur. Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation Hasil Uji Cronbach Alpha Hasil Uji 1. Saya berkeinginan untuk membawa anak balita saya keposyandu atas saran Keluarga saya 30 0,790 Valid 2. Saya termotivasi membawa balita saya ke posyandu seperti yang disarankan oleh Kader 30 0,407 Valid 3. Pendapat Petugas kesehatan berpengaruh pada saya untuk membawa anak balita saya ke posyandu 30 0,410 Valid 0,781 Reliabel Universitas Sumatera Utara Tabel 3.3 Lanjutan Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation Hasil Uji Cronbach Alpha Hasil Uji 4. Pendapat Tokoh masayarakat memengaruhi saya untuk membawa anak balita saya ke posyandu 30 0,828 Valid 5. Melihat ibu-ibu lain membawa anak ke posyandu mendorong saya untuk membawa anak ke posyandu 30 0,377 Valid Tabel 3.3 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation r hitung lebih besar dari nilai r tabel yang besarnya 0,361, artinya lima item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel norma subjektif semuanya valid. . Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,781 dan lebih besar dari nilai r tabel Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perceived Behavioral Control , hal ini menunjukkan bahwa lima item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur. Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation Hasil Uji Cronbach Alpha Hasil Uji 1. Karena tidak dikenakan biaya, untuk datang ke posyandu memungkinkan saya membawa balita saya ke posyandu 30 0,623 Valid 2. Jarak posyandu yang dekat dengan rumah memudahkan saya untuk datang ke posyandu 30 0,765 Valid 3. Anak sakit bukan hambatan bagi saya untuk membawa balita ke posyandu 30 0,401 Valid 4. Pekerjaan saya bukan hambatan bagi saya untuk membawa balita ke posyandu 30 0,533 Valid 0,832 Reliabel Universitas Sumatera Utara Tabel 3.4 Lanjutan Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation Hasil Uji Cronbach Alpha Hasil Uji 5. Memiliki balita lebih dari satu bukan halangan bagi saya untuk membawa balita ke posyandu 30 0,711 Valid 6. Jika adaanggota keluarga yang mengantar ke posyandu memudahkan saya untuk pergi ke posyandu 30 0,408 Valid 7. Ajakan tetangga pada setiap kegiatan posyandu membuat saya lebih rajin ke posyandu 30 0,623 Valid Tabel 3.4 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation r hitung lebih besar dari nilai r tabel yang besarnya 0,361, artinya tujuh item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel Perceived behavioral control semuanya valid. . Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,832 dan lebih besar dari nilai r tabel Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Intensi , hal ini menunjukkan bahwa tujuh item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur. Item Pernyataan n Corrected item- Total correlation Hasil Uji Cronbach Alpha Hasil Uji 1. Saya akan membawa anak saya ke posyandu bulan depan. 30 0,974 Valid 2. Saya akan membawa anak saya ke posyandu setiap bulan 30 0,946 Valid 0,978 Reliabel 3. Saya akan melakukan kunjungan ke posyandu sampai anak saya berumur 5 tahun 30 0,942 Valid Universitas Sumatera Utara Tabel 3.5 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation r hitung lebih besar dari nilai r tabel yang besarnya 0,361, artinya tiga item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel intensi emuanya valid. . Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,978 dan lebih besar dari nilai r tabel , hal ini menunjukkan bahwa tiga item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

3.5 Definisi Operasional Variabel

1. Sikap adalah kecenderungan responden untuk bereaksi afektif terhadap kunjungan ke posyandu. Kuesioner untuk variabel sikap berjumlah 10 soal. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7. 2. Norma Subjektif adalah motivasi responden untuk mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya untuk melakukan kunjungan. Kuesioner untuk variabel ini berjumlah 5 soal. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7 3. Perceiveid Behavioral Control adalah keyakinan responden terhadap kemampuannya untuk melakukan kunjungan ke posyandu. Kuesioner untuk variabel ini berjumlah 7 soal. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7 4. Intensi adalah kecenderungan responden untuk melakukan atau tidak melakukan kunjungan ke posyandu. Kuesioner untuk variabel ini berjumlah 3 soal. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7 Universitas Sumatera Utara 5. Kunjungan balita ke posyandu adalah kehadiran ibu datang ke posyandu untuk mengikuti kegiatan posyandu dalam 6 bulan terakhir. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7 3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah : kunjungan ibu balita ke posyandu

3.6.2 Variabel Independen

Variabel independen dari penelitian ini adalah sikap, norma subjektif, perceived behavioral control.

3.6.2 Variabel Antara

Variabel Antara dari penelitian ini adalah Intensi.

3.6.3 Aspek Pengukuran Tabel 3.6 Skala Pengukuran Variabel

No Variabel Defenisi Operasional Skala Pengukuran 1. Sikap Kecenderungan responden untuk bereaksi afektif terhadap kunjungan ke posyandu Interval 2. Norma subjektif Motivasi responden untuk mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya untuk melakukan kunjungan ke posyandu Norma subjektif Interval 3. Perceived Behavioral Control Keyakinan responden terhadap kemampuannya untuk melakukan kunjungan ke posyandu Interval

4. Intensi

Kecenderungan responden untuk melakukan kunjungan ke posyandu Interval Universitas Sumatera Utara Tabel 3.6 Lanjutan No Variabel Defenisi Operasional Skala Pengukuran 5. Kunjungan balita ke posyandu Kehadiran ibu datang ke posyandu untuk mengikuti kegiatan posyandu dalam 6 bulan terakhir Interval 3.7 Metode Analisis Data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan program komputer. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis jalur path analysis. Menurut Reterford 1993 dalam Sunyoto 2011 menyatakan analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya memengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung.

3.7.1 Prinsip-prinsip Dasar

1. Adanya linearitas. Hubungan antar variabel bersifat linear. 2. Adanya aditivitas. Tidak ada efek-efek interaksi. 3. Data bersifat interval. Semua variabel yang diobservasi mempunyai data berskala interval. 4. Semua variabel residual yang tidak diukur tidak berkorelasi dengan salah satu variabel-variabel dalam model. 5. Sebaiknya hanya terdapat multikolinearitas yang rendah. Multikolinearitas maksudnya dua atau lebih variabel bebas mempunyai hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang tinggi maka kita akan mendapatkan standar Universitas Sumatera Utara error yang besar dari koefisien beta yang digunakan untuk menghilangkan varians biasa dalam melakukan analisis korelasi secara parsial. 6. Adanya recurcivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh terjadi pemutaran kembali. 7. Spesifikasi model benar diperlukan untuk menginterpretasi koefisien- koefisien jalur. Kesalahan spesifikasi terjadi ketika variabel penyebab yang signifikan dikeluarkan dari model. Semua koefisien jalur akan merefleksikan kovarians bersama dengan semua variabel yang tridak diukur dan tidak akan dapat diinterpresati secara tepat dalam kaitannya dengan akibat langsung dan tidak langsung. 8. Terdapat masukan korelasi kita yang sesuai. Artinya jika menggunakan matriks korelasi sebagai masukan, maka korelasi Pearson digunakan untuk dua variabel berskala interval. 9. Terdapat ukuran sampel yang memadai menggunakan sampel minimal 100 untuk memperoleh hasil analisis yang signifikan dan lebih akurat. 10. Sampel sama dibutuhkan untuk penghitungan regresi dalam model jalur. 11. Asumsi analisis jalur mengikuti asumsi umum regresi linear yaitu : a. Model regresi harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka signifikan pada anova sebesar 0.05 b. Prediktor yang digunakan untuk sebagai variabel bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka standar error of estimate standard deviation. Universitas Sumatera Utara c. Koefisien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan uji T. Koefisien regresi signifikan jika T hitung T tabel d. Tidak boleh terjadi multikolinearitas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang terlalu tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas. e. Tidak terjadi otokorelasi jika angka Dubin dan Watson 1 dan 3

3.7.2 Pemodelan Jalur

e 1 e 2 Gambar 3.1 Pemodelan Jalur Berdasarkan gambar model di atas, dapat dibuat persamaan struktural analisis dua jalur yang meliputi X 1 ,X 2 ,X 3 sebagai variabel bebas, X 4 a. Persamaan substruktur pertama : sebagai variabel antara dan Y` sebagai variabel terikat dan e = error sebagai berikut ; X 4 = b 1 X 4 X 1 + b 2 X 4 X 2 + b 1 X 4 X 3 + e b. Persamaan substruktur kedua : 1 Y = b 1 YX 1 + b 2 YX 3 + b 3 YX 4 + e 2 X 1 X 2 X 3 X 4 Y Universitas Sumatera Utara Keterangan: X 1 X = Sikap 2 X = Norma subjektif 3 X = Perceived behavioral control 4 Y = Kunjungan balita ke posyandu = Intensi Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis

Kecamatan Sei Balai adalah salah satu dari 7 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Batu Bara yang sebelumnya merupakan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Asahan, selanjutnya pada tahun 1993 dimekarkan menjadi Kecamatan Perwakilan Sei Balai dan pada 16 Oktober 2000 resmi menjadi Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan secara depenitif, dan terdiri dari 11 Desa. Pada saat pemekaran Kabupaten Batu Bara pada tahun 2006 jumlah desa yang berada di Kecamatan Sei Balai terdiri dari 8 desa, karena 3 desa masuk ke wilayah Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. Selanjutnya pada Tahun 2011 berdasarkan usulan masyarakat desa dan sesuai dengan kriteria dan perundang-undangan, desa-desa yang ada di wilayah Kecamatan Sei Balai dimekarkan 6 desa, sehingga jumlah desa yang berada di Kecamatan Sei Balai pada saat ini menjadi 14 desa. Batas-batas Kecamatan Sei Balai sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Tiram dan Kecamatan Talawi b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Asahan Universitas Sumatera Utara d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Tiram dan Kabupaten Asahan Kecamatan Sei Balai berada pada ketinggian 0-6 meter dari permukaan laut dan terletak di koordinat 0 Lintang Selatan -3 Lintang Utara dan 96 Bujur Timur – 102 1. Desa Durian 201 Ha Bujur Barat. Luas wilayah Kecamatan Sei Balai 9.286,9 Ha yang terdiri dari 14 Desa yaitu : 2. Desa Sukaramai 208 Ha 3. Desa Kwala Sikasim 211 Ha 4. Desa Perk. Sei Bejangkar 1.619,9 Ha 5. Desa Mekar Mulio 225 Ha 6. Desa Perk. Sei Balai 3.727 Ha 7. Desa Siajam 250 Ha 8. Desa Sei Balai 100 Ha 9. Benteng Jaya 150 Ha 10. Tanah Timbul 150 Ha 11. Mekar Baru 245 Ha 12. Sidomulyo 175 Ha 13. Sukorejo 217 Ha 14. Perjuangan 1.808 Ha Universitas Sumatera Utara Keadaan wilayah Kecamatan Sei Balai mempunyai potensi yang hampir sama dengan Kecamatan-Kecamatan lain yang ada di wilayah Kabupaten Batu Bara. Diantaranya potensi dimaksud adalah : a. Merupakan daerah pertanian tanaman padi juga perkebunan karet dan sawit milik perusahaan BUMN dan Swasta b. Wilayahnya terdiri dari dataran rendah yang dilalui oleh sungai-sungai sehingga cocok untuk lahan pertanian. c. Penduduk terdiri dari beberapa suku, agama, dan kebudayaan yang menyatu dalam ke Bhinekaan. d. Terletak dilintas jalan raya Sumatera Utara.

4.1.2 Kependudukan

Penduduk Kecamatan Sei Balai sampai dengan bulan Agustus 2012 berjumlah 29.651 jiwa. Laki-laki 14.299 jiwa, perempuan 15.352 jiwa dengan jumlah KK 6.648. Distribusi jumlah penduduk menurut kepala keluarga dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Masing-masing Desa Nama Desa Luas Dusun Jumlah KK Jumlah Penduduk Jumlah Laki-Laki Perempuan Sei Balai 100 10 787 1.337 1.543 2.880 Kwala Sikasim 211 7 539 1.189 1.223 2.412 Mekar Mulio 225 7 321 559 656 1.215 Durian 201 7 588 1.135 1.075 2.210 Sukaramai 208 4 390 755 771 1.526 Siajam 250 8 409 1.373 1.490 2.863 Ps. Balai 3.727 9 675 1.558 1.535 3.093 Ps. Bejangkar 1619.9 5 471 1.135 1.155 2.290 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Lanjutan Nama Desa Luas Dusun Jumlah KK Jumlah Penduduk Jumlah Laki-laki Perempuan Benteng Jaya 150 6 334 943 1.064 2.007 Tanah Timbul 150 5 278 600 675 1.275 Mekar Baru 245 6 262 600 734 1.334 Suko Rejo 217 9 546 1.120 1.154 2.274 Sidomulyo 175 7 241 620 632 1.252 Perjuangan 1.808 5 807 1.375 1.645 3.020 Jumlah 7.667 95 6.648 14.299 15.352 29.651 Sumber : Profil Kecamatan Sei Balai tahun 2012 Jumlah balita di Kecamatan Sei Balai berjumlah 2940 orang. Tabel 4.2 Distribusi Balita di Kecamatan Sei Balai Berdasarkan Umur No Nama Desa Umur Bulan Tahun 0-6 7-12 1-2 2-3 3-4 4-5

1. Sei Balai

30 30 27 26 29 28

2. Kwala Sikasim