- Salma Tadjang Dari Desa Ke Desa Dinamika Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam

68 Dari Desa ke Desa Dinamika Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam Menangkar kupu-kupu tergolong pekerjaan yang susah-susah gampang. Bagaimana tidak, serangga gemulai ini sangatlah sensitif. Habitatnya mesti terjaga dalam keadaan yang stabil. Pakan harus fresh segar bugar dan bersih. Untuk menjaga kestabilan suhu dan tanaman pakan, ketersediaan air merupakan suatu hal yang utama. Jika tidak, sulit mendapatkan hasil tangkaran yang maksimal. “Apalagi kalau bukan musim kupu-kupu,’’ ujar Nismawati. Musim kupu-kupu yang dimaksud adalah sebuah musim ketika kupu-kupu memiliki banyak telur. Berdasarkan pengalaman, ia mengetahui kalau setiap Mei-Desember kupu-kupu memiliki banyak telur. “Kalau musimnya, kami bisa panen antara sepuluh sampai duapuluh ekor per jenis tiap harinya. Kalau bukan musimnya, paling banyak 1-5 ekor saja” tambah Nismawati. Selama menangkar, baru enam spesies dari sekian banyak spesies yang bisa ditangkarkan. Keenam spesies itu antara lain Troides hypolitus, Papilio polypontes, Papilio ascalapus, Papilio gigon, Papilio sataspes dan Papilio adamantius. Jadi dalam sebulan bisa dihasilkan sebanyak kira-kira 1800-3600 ekor, tetapi kalau bukan musim kupu-kupu hanya 180-900 ekor saja. PANEN DAN PENGEMASAN Di kala sisik kupu-kupu tumbuh sempurna, panen pun dimulai. Kupu-kupu dewasa ditangkap dengan menggunakan sebuah jala yang berasal dari bahan yang halus. Tentu saja tidak semua kupu-kupu ditangkap. Sebagian kupu-kupu dijual, sebagian lagi disimpan untuk dibiarkan bertelur dan sebagiannya lagi dilepas ke alam. Setelah itu, sisanya diawetkan dengan menyuntikkan formalin ke tubuh kupu-kupu. Tujuannya, agar kupu-kupu tidak membusuk dan kelihatan tetap segar. Sesudah pengawetan proses pengemasan dimulai dengan memasukkan kupu-kupu awetan ke dalam plastik dan kotak putih yang juga diproduksi sendiri. Nismawati ditemani sebuah ‘pelita ’ sedang mengemas kupu-kupu hasil tangk arannya. Foto oleh Salma Tajang

BAGIAN 6 - Salma Tadjang

69 Setelah dikemas, pedagang eceran sampai kolektor datang membeli. “Langganan saya bukan saja pedagang eceran yang biasa menjual di Taman Wisata Bantimurung tapi ada juga dari Jepang, Amerika dan Hongkong,’’ ungkap Nismawati. Hasil penjualan dari penangkaran tidak tetap, tetapi rata-rata Rp15.000 sampai Rp 20.000 bisa diperoleh. Ketika mereka ditanya berapa pendapatan tiap bulannya, mereka hanya tersenyum pertanda keberatan menyebut angka. Tapi dari pendapatan rata-rata yang disebutkan di atas dapat diperkirakan mereka memperoleh pendapatan antara Rp 450.000 sampai Rp 900.000 tiap bulannya. “Apa yang kami peroleh dari menangkar kupu-kupu tidak seberapa, tapi tak apalah daripada tidak ada pendapatan,’’ ujar Nismawati. HIKMAH Penangkaran kupu-kupu yang masih digeluti oleh masyarakat di sekitar kawasan Bantimurung telah memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsungnya adalah peningkatan pendapatan masyarakat terutama di kalangan perempuan. Selain itu, apa yang mereka lakukan bisa menekan laju kepunahan spesies kupu-kupu. Kendatipun tidak ada angka pasti dari laju kepunahan spesies kupu-kupu yang bisa ditekan, tetapi paling tidak warga yang dulunya menjual kupu-kupu dengan menangkap secara langsung dari alam kini berubah menjadi penangkar. Hasil tangkaran mereka bahkan sebagian di lepas kembali ke alam. Manfaat lain yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang keanekaragaman hayati baik lora maupun fauna, masyarakat semakin sadar kalau alam bisa dimanfaatkan tanpa harus merusaknya. Penangkaran yang dilakukan masyarakat bukanlah sesuatu yang berjalan tanpa kendala. Terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang pakan berbagai jenis kupu-kupu menyebabkan terbatasnya pula kupu-kupu yang bisa ditangkarkan. Minimnya pengetahuan dalam mengemas produk menyebabkan kupu-kupu dijual dalam bentuk utuh gelondongan yang nilai ekonominya rendah. Padahal, jika dikemas lebih baik dan menjadi souvenir indah, nilai jualnya bisa lebih tinggi. Kendala lainnya, Badan Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA, Sulawesi Selatan yang justru mempersulit mereka untuk mengurus izin penangkaran. Ironisnya, BKSDA sendiri juga berperan dalam melatih masyarakat melakukan penangkaran. 70 Dari Desa ke Desa Dinamika Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam Penangkaran merupakan salah satu upaya yang memiliki manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar Bantimurung maupun melestarikan lingkungan. Seharusnya langkah ini lebih diperkuat antara lain dengan memperkecil kendala dan didukung oleh semua kalangan termasuk pemerintah. Dukungan yang diperlukan misalnya memberikan berbagai pelatihan yang memperkenalkan berbagai jenis tanaman pakan kupu-kupu sehingga semua spesies bisa ditangkarkan. Peningkatan keterampilan mengemas produk sehingga mempunyai nilai ekonomi tinggi serta mempermudah proses perijinan penangkaran. Jika ini semua dilakukan, maka masyarakat sejahtera, lingkungan lestari dan julukan Bantimurung sebagai The Kingdom of Butterly bisa dipertahankan. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada masyarakat di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, yang menjadi inspirasi utama dari tulisan ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada, JURNAL CELEBES, Rahmad Sabang, tim Redaksi Cagar, Udin di AMAN Sulawesi Selatan, Ali Muntahar dan Nismawati yang banyak terlibat dalam penggalian data di lapangan. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada MFP yang telah mendukung kegiatan ini. BAHAN BACAAN Azis, N.A. 2005. Merestorasi Istana Bantimurung. Kompas. 30 Juli. Djuharsa, E. 1999. Informasi Kawasan Konservasi di Provinsi Sulawesi Selatan. Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Selatan. Makasar, Indonesia. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2004. SK Menteri Kehutanan No. 398Menhut- II2004 tentang Penetapan Fungsi Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Bantimurung- Bulusaraung sebagai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta, Indonesia. Hamdan, A. 2005. Kupu-kupu Bantimurung Nasibmu Kini 1: Dilema Bisnis Kupu-Kupu Hiasan. http:www.fajar.co.idnews.php?newsid=1011 9 Sep 2005. Makkawaru, S. 2004. Menjelajahi The Kingdom of Butterfly. Bisnis Indonesia . 4 Oktober. Suriani. 2005. Kelangkaan Spesies Kupu-Kupu Bantimurung Perlu Perhatian Serius. http: www.jurnalcelebes.comview.php?id=1355 9 Sep 2005. Mardiana, dkk. 2003. Membangun Kerajaan Kupu-kupu: Jilid II. Tabloid CAGAR, Oktober 2003.