BAGIAN 2 - Neldysavrino
31
Kendala lain yang juga ditemui dalam mewujudkan keinginan beternak itik adalah kesibukan perempuan pada penanaman padi ladang. Kegiatan penanaman dan
pemeliharaan padi ladang menyita seluruh waktu perempuan, hingga terkadang mereka harus berdiam di lahan. Dapat dikatakan, selama musim penanaman
padi ladang, perempuan tidak lagi mempunyai waktu untuk melakukan kegiatan bersama dalam Kelompok Dasa Wisma.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada CIFOR yang telah menyelenggarakan kegiatan lokatulis untuk buku ini dan kepada program CAPRi-
CIFOR yang telah mendanai kegiatan penelitian pendampingan di dua desa di Jambi. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh masyarakat Desa
Sungai Telang dan Desa Lubuk Kambing yang telah membantu berlangsungnya kegiatan penelitian Collective Action and Property Right CAPRi. Selanjutnya
ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh pihak, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah mendukung seluruh proses penelitian dan
penulisan ini.
BAHAN BACAAN
Kantor BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 2003. Kecamatan Merlung Dalam Angka Tahun 2003. Pemda Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Jambi, Indonesia.
Pemda Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 2003. Sejarah dan Prestasi Singkat Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Tingkat Nasional. http:jambi.wasantara.net.idtungkalpmrtpkk.htm 8 Sep 2005.
BAGIAN 3
Ketika Emas Tak Lagi Bersinar
Aida Rahmah
Foto oleh Rudy SanusiDok. Yayasan Padi Indonesia
Dari Desa ke Desa
Dinamika Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam
34
Dari Desa ke Desa
Dinamika Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam
Di bawah teriknya matahari, seorang perempuan tua sibuk menusukkan sekop ke tanah berair di areal penambangan emas tradisional Desa Batu Butok,
Kalimantan Timur. Usianya, 65 tahun. Dia mencangkul tanah dan menaruhnya ke pendulangan hingga penuh. Setelah penuh, mulailah dia mengayak pendulangan
untuk mendapatkan butir-butir emas. Kegiatan Itu dilakukannya berulang kali.
“Sudah sepuluh tahun lebih saya melakukan ini,” katanya. Dia biasa bekerja dalam kubangan air berlumpur dari pagi hingga siang, kadang sampai sore hari. Tapi,
uang yang dia peroleh tak menentu, bahkan cenderung merosot.
“Emas makin ngalih kami dapatkan. Amun kawa kami dibari pang bibit tanaman gasan behuma Emas semakin sulit untuk kami dapatkan. Kalau bisa, kami diberi
tanaman buat bertani”, katanya dalam bahasa setempat. Ibu tua ini mengaku punya sedikit tanah yang bisa digarap. Namun, harapannya tak terpenuhi hingga
dia meninggal. Perempuan tua itu meninggal karena kecelakaan saat menyeberang jalan raya di depan rumahnya. Cucunya, berumur 13 tahun, mewarisi harapan
itu. Sang cucu mengikuti program pendampingan yang dilakukan Yayasan Padi Indonesia untuk membantu masyarakat setempat mencari mata pencaharian
alternatif yang ramah lingkungan.
DESA PENAMBANG EMAS
Desa Batu Butok terletak di Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Pasir,
Kalimantan Timur. Jaraknya 175 km dari Balikpapan, bisa ditempuh
dalam empat jam, yakni satu jam berlayar dengan kapal motor dan tiga
jam berkendaraan lewat darat. Sebagian besar warganya hidup
dari menambang emas tradisional, di samping bertani, berternak ikan
nila, atau berjualan di rumah. Walaupun terletak di daerah yang
kaya sumberdaya alam, termasuk emas, penduduk desa ini tergolong
menderita. Penduduk
memang masih dapat makan dua kali sehari, atau memiliki rumah yang bisa melindungi
mereka dari hujan dan panas. Tapi, mereka tak mampu memenuhi kebutuhan
Alat tradisional untuk mencari emas p engambuh.
Foto oleh Rudy SanusiDok. Yayasan P adi Indonesia