- Asmanah Widiarti dan Chiharu Hiyama

BAGIAN 8 - Asmanah Widiarti dan Chiharu Hiyama

91 Pelaksanaan PHBM di lapangan khususnya di Kecamatan Pelabuhan Ratu, Sukabumi saat ini masih banyak kendala dan belum dilaksanakan sesuai dengan apa yang tercantum dalam nota kesepahaman. Sehingga masih belum berpihak pada kepentingan kaum miskin. Jangan pula terjadi sebaliknya pemerintah dibantu merehabilitasi hutan oleh kaum miskin. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan terimakasih kepada masyarakat Desa Buniwangi dan Citarik, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi yang telah menjadi inspirasi tulisan ini. Juga kepada teman-teman Tim Latin Sukabumi, Sodara Dayat, Adji dan Asep yang telah banyak terlibat dalam penggalian data di lapangan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada CIFOR atas dukungan pendanaan untuk kegiatan ini. BAHAN BACAAN Pudjiwati.1990. Peranan Wanita dalam Perhutanan Sosial: Suatu Studi Integrasi Wanita dalam Pembangunan Kehutanan Menuju Era Tinggal Landas. IPB, Bogor. Rahayu, L.W.F. 2001. Gender dalam Program Pembangunan Hutan. Jurnal Hutan Rakyat, Volume III No.1. Pustaka Hutan Rakyat, Yogyakarta. Rahayu, Y.D.S., dan Awang, S. A. 2003. Analisa Gender dalam Pengelolaan Hutan Rakyat: Studi Kasus di Desa Pecekelan, Kec. Sapura, Kab. Wonosobo, Jurnal Hutan Rakyat, Volume V No. 1, Pustaka Hutan Rakyat, Yogyakarta. Suharjito, D., dan Sarwoprasodjo, S. 1996. Organisasi Keluarga dan Status Wanita: Studi Kasus Peranan Wanita pada Keluarga Penyadap Getah Pinus dan Keluarga Petani Hutan Rakyat. Proyek Operasional dan Perawatan Fasilitas OPF, LP-IPB, Bogor. Pertumbuhan pohon mahoni di ar eal PHBM Desa Citarik Foto oleh Chiharu Hiyama BAGIAN 9 Inspirasi dari Sebuah Madrasah Tommy Erwinsyah Dari Desa ke Desa Dinamika Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam Foto oleh Carol ColferCIFOR 94 Dari Desa ke Desa Dinamika Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam Sebuah bangunan madrasah mampu menjadi sarana dari munculnya ide-ide perempuan desa. Banyak pikiran-pikiran baru perempuan Kota Baru Santan muncul dengan berkumpul di madrasah tersebut. Hanya dengan obrolan-obrolan ringan seputar kehidupan yang mereka rasakan maka inspirasi perempuan Kota Baru Santan mengalir begitu deras. KOTA BARU SANTAN: DESA DI TEPI HUTAN Perjalanan ke Kota Baru Santan dari Bengkulu ke Muara Aman, Lebong pada umumnya melewati Curup, Rejang Lebong. Namun sejak tahun 2004, akses jalan menuju Kota Baru Santan dapat juga dijangkau melalui Giri Mulya, Bengkulu Utara. Dari Bengkulu lewat Curup menuju Muara Aman memakan waktu 5 jam perjalanan, sejauh kira-kira 78 km. Jalan lintas dari Curup ke Muara Aman melewati banyak tikungan yang berliku- liku dan jurang dalam yang menganga di bibir jalan itu. Sepanjang perjalanan terlihat hutan yang cukup lebat, termasuk Taman Nasional Kerinci Seblat yang luasnya 113.512 ha, Hutan Lindung dan Suaka Alam 24.358,24 ha yang berada di kiri dan kanan jalan penghubung itu. Alat transportasi umum utama dari Bengkulu menuju Muara Aman adalah bis. “Harga tiket bis dua puluh lima ribu rupiah tiap orang,” ujar Indra Jaya tokoh pemuda yang tinggal di Kota Baru Santan. Dari Muara Aman ke Kota Baru Santan memakan waktu tempuh setengah jam. Angkutan desa tidak ada yang ke sana. Satu satunya alat transportasi menuju ke desa tersebut adalah ojeg motor dengan tarif lima ribu rupiah. Kota Baru Santan termasuk bagian wilayah Lebong Atas, Bengkulu. Desa ini terletak di tepi hutan lindung Bukit Resam yang melintang dari Barat ke Timur. Luas wilayahnya 1.450 ha. Wilayah desa Kota Baru Santan merupakan dataran tinggi dengan ketinggian 579 meter di atas permukaan laut. Terdapat tiga sungai Sungai yang membelah wilayah desa Foto oleh Carol ColferCIFOR