- Tommy Erwinsyah Dari Desa Ke Desa Dinamika Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam

102 Dari Desa ke Desa Dinamika Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam Selain ide untuk mengembangkan bambu, perempuan Kota Baru Santan juga berniat untuk mengembangkan perpustakaan di madrasah. “Perpustakaan menjadi salah satu sarana pengayaan pengetahuan,” ujar Anizar bersemangat menggebu- gebu. Ruang belajar madrasah ini kan masih luas, jadi bisa digunakan sebagai perpustakaan desa. “Walau sederhana, tapi manfaatnya luar biasa,” lanjutnya. Di samping dapat dimanfaatkan oleh perempuan Kota Baru Santan, perpustakaan juga dapat dimanfaatkan oleh kaum laki-laki. Jadi bukan hanya perempuan saja yang mendapat tambahan pengetahuan tapi laki-laki bahkan anak-anak juga harus memanfaatkannya. Ternyata, sebuah madrasah yang hanya berdinding papan dan memiliki ruangan yang sedikit, dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya sebagai tempat mereka berkumpul. Keterbatasan yang kita miliki bukanlah menjadi penghalang yang berarti. Tinggal apakah kita mau berbuat atau tidak ‚“Itu juga jadi pilihan“ sambung ibu guru madrasah itu. PELAJARAN YANG DIPETIK Madrasah bagi masyarakat Kota Baru Santan, tidak hanya sebagai tempat belajar mengaji anak-anak mereka. Akan tetapi juga sebagai sarana masyarakat khususnya perempuan untuk juga belajar. Meski tidak ada guru dalam proses belajar ini, pengalamanlah yang ternyata menjadi guru terbaik. Ide-ide untuk menghadapi sulitnya hidup bermunculan di sini seiring rutinnya mereka berkumpul di tempat itu. Keragaman hayati yang dalam hal ini adalah keragaman hasil kebun ternyata dirasakan manfaatnya ketika harga pasar terus mengalami luktuasi. Kesadaran akan pentingnya keragaman tersebut muncul dari pengalaman masyarakat sendiri. Pelajaran lainnya yang bisa dipetik adalah bahwa kelompok-kelompok yang sudah terbentuk dengan sukarela seperti kelompok perempuan di madrasah ini bisa dijadikan wadah belajar. Sehingga jika ada program pendampingan baik dari pemerintah maupun dari LSM ke depannya, alangkah layak untuk mulai dari kelompok semacam ini. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada masyarakat Desa Kota Baru Santan yang telah menerima saya dan Yayasan Kelopak untuk melakukan kegiatan di desa. Terimakasih juga kami haturkan untuk Kak Indra dan keluarga

BAGIAN 9 - Tommy Erwinsyah

103 yang telah membantu kami dalam melakukan berbagai aktivitas di Desa Kota Baru Santan. Kepada Datuk dan Nenek kami haturkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi atas diperkenankannya kami tinggal di rumah beliau. Kepada Kepala Desa beserta perangkatnya tak lupa kami sampaikan penghargaan dan terimakasih telah banyak membantu kami. Kepada ibu-ibu dan remaja putri Desa Kota Baru Santan kami juga mengucapkan banyak terimakasih. Kepada Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif JKPP, terimakasih telah memfasilitasi kami, sehingga kegiatan pemetaan partisipatif di Desa Kota Baru Santan dapat kami lakukan. BAHAN BACAAN Dadang, J. 1999. Jeritan Petani Kopi. Kompas.18 Agustus. Erwinsyah, T. 2006. Perjuangan menuntut hak. Dalam Yuliani, E.L., Tadjudin, DJ., Indriatmoko, Y., Munggoro, D.W., Gaban, F., Maulana, F. editor. Kehutanan Multipihak: Langkah Menuju Perubahan. CIFOR, Bogor, Indonesia. Irawan, G. 2003. Kopi Jadi Andalan Ekspor. Sinar Harapan, 17 Agustus. Juliany. 2004. Otonomi Kabupaten Lebong. Kompas, 13 Juli. Yayasan Kelopak. 2003. Laporan Kegiatan Pendampingan Suku Sembilan Kabupaten Lebong. Yayasan Kelopak, Bengkulu, Indonesia. BAGIAN 10 Dilema Kampung Muluy di Kaki Gunung Lumut Amin Jafar Dari Desa ke Desa Dinamika Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam Foto oleh Carol ColferCIFOR