41 Universitas Indonesia
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden
Responden yang dijadikan objek penelitian ini terbagi menjadi kelompok aksi responden yang telah mendapatkan pinjaman dana bergulir PUAP dan
kelompok kontrol responden yang belum mendapatkan pinjaman dana bergulir PUAP di dua desa yang berbeda. Deskripsi karakteristik responden dilihat dari
beberapa kriteria antara lain usia, tingkat pendidikan, lama pengalaman bertani, luas kepemilikan lahan, status kepemilikan lahan, jumlah tanggungan keluarga
dan status usaha tani. 1.
Usia Responden Berdasarkan kriteria usia, responden dibagi menjadi empat kelompok
usia yaitu kelompok usia 21-40 tahun, kelompok 41-60 tahun, dan kelompok usia 61-80 tahun. Sebaran responden dari masing-masing kelompok usia dapat dilihat
pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Sebaran Responden Menurut Golongan Umur
Usia Kelompok Aksi
Kelompok Kontrol Frekuensi
Frekuensi 21-40
8 32
9 25
41-60 12
48 23
63,89 61-80
5 20
4 11,11
Total 25
100 36
100
Sumber : Data primer. Telah Diolah.
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa para responden yang melakukan kegiatan usahatani baik yang telah mendapatkan maupun yang belum mendapatkan dana
BLM PUAP sebagian besar berada pada rentang usia 41 – 60 tahun yakni pada
kelompok aksi sebanyak 48 dan pada kelompok kontrol sebanyak 63,89. Namun faktor usia tidak membatasi petani untuk melakukan kegiatan usahatani,
karena pada kelompok aksi dan kelompok kontrol terdapat responden yang berusia lanjut dan tergolong bukan usia produktif yang masih mampu melakukan
aktifitas usahatani yakni sebesar 20 untuk kelompok aksi dan 11,11 untuk kelompok kontrol.
Analisis dampak..., Triane Widya Anggriani, Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, 2012
42
Universitas Indonesia
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang banyak ditempuh oleh petani yang menjadi responden umumnya setingkat sekolah dasar SD. Tingkat pendidikan yang lebih
tinggi dari SD masih sedikit ditempuh oleh responden, hanya sebagian kecil dari mereka yang mengenyam pendidikan setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTP ataupun Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA. Gambaran umum tingkat pendidikan responden disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat
Pendidikan Kelompok Aksi
Kelompok Kontrol Frekuensi
Frekuensi Tidak Sekolah
4 16
11 30,56
SD 16
64 21
58,33 SLTP
3 12
2 5,56
SLTA 2
8 2
5,56 Total
25 100
36 100
Sumber : Data primer. Telah diolah.
Berdasarkan Tabel 4.2. dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden hanya memiliki jenjang pendidikan pada tingkat SD. Hal ini terlihat pada
responden kelompok aksi memiliki persentase sebesar 64 dan kelompok kontrol memiliki persentase 58,33 pada tingkat pendidikan SD, sedangkan untuk tingkat
SLTP dan SLTA tidak sebanyak responden yang lulusan SD. Responden yang tamatan SLTP yakni sebesar 12 untuk kelompok aksi dan sebesar 5,56 untuk
kelompok kontrol. Sedangkan untuk tamatan SLTA kelompok aksi memiliki persentase sebesar 8 dan kelompok kontrol sebesar 5,56. Dari kedua
kelompok responden tidak ada yang lulusan sarjana S1. Secara umum pendidikan petani miskin di kelompok aksi dan kelompok
kontrol adalah tamat SD dan tidak tamat SD. Rendahnya tingkat pendidikan petani miskin menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia petani tidak
memadai di dalam pengembangan agribisnis dan akses kesempatan kerja di luar pertanian.
Analisis dampak..., Triane Widya Anggriani, Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, 2012
43
Universitas Indonesia
3. Lama Pengalaman Bertani
Berdasarkan hasil wawancara melalui kuesioner dengan para responden dapat disampaikan bahwa sebagian besar responden berpengalaman bertani lebih
dari 15 lima belas tahun yakni 56 untuk kelompok aksi dan 72,22 untuk kelompok kontrol. Responden yang memiliki pengalaman bertani kurang dari 5
tahun sebanyak 20 untuk kelompok aksi dan 8,33 untuk kelompok kontrol. Pengalaman usaha bertani dari responden disajikan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Sebaran Responden Menurut Pengalaman Usaha Bertani Pengalaman Usaha
Kelompok Aksi Kelompok Kontrol
Frekuensi Frekuensi
5 tahun 5
20 3
8,33 6
– 10 tahun 3
12 5
13,89 11
– 15 tahun 3
12 2
5,56 15 tahun
14 56
26 72,22
Total 25
100 36
100
Sumber : Data primer. Telah diolah.
4. Luas Lahan Usaha Tani Hasil penyebaran kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar
responden baik yang telah maupun yang belum menerima program PUAP memiliki luas lahan untuk usahatani berkisar antara 0,1 - 0,5 Ha, dimana luas
lahan dibawah 0,1 Ha sebesar 20 untuk kelompok aksi dan 16,67 untuk kelompok kontrol dan untuk luas lahan diantara 0,1
– 0,5 Ha sebesar 56 untuk kelompok aksi dan 75 untuk kelompok kontrol. Responden yang luas lahan
usaha taninya lebih dari 0,5 Ha untuk kelompok aksi sebanyak 24 dan untuk kelompok kontrol sebesar 8,33. Sebaran petani responden menurut luas lahan
usaha tani disajikan dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4. Sebaran Responden Menurut Luas Kepemilikan Lahan
Luas Lahan Kelompok Aksi
Kelompok Kontrol Frekuensi
Frekuensi 0,1 Ha
5 20
6 16,67
0,1 – 0,5 Ha
14 56
27 75
0,6 – 1 Ha
5 20
2 5,56
1 Ha 1
4 1
2,78 Total
25 100
36 100
Sumber : Data primer. Telah diolah.
Analisis dampak..., Triane Widya Anggriani, Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, 2012
44
Universitas Indonesia
Lahan merupakan modal utama produksi pertanian di pedesaan. Penguasaan sumberdaya lahan pertanian bagi petani miskin pada kelompok aksi
dan kelompok kontrol yang relatif sempit kurang dari 0,5 Ha menunjukkan adanya indikasi lemahnya akses lahan bagi petani kecil. Sempitnya lahan
pertanian mengakibatkan keluaran output hasil pertaniannya juga sedikit dan tidak efisien.
5. Status Kepemilikan Lahan Sebagian besar cara yang dilakukan bagi petani kelompok aksi didalam
menggunakan lahan usaha tani adalah dengan sistem bagi hasil sebanyak 48, sewa 36, dan milik pribadi sebesar 16. Sedangkan untuk kelompok kontrol
cara petani didalam menggunakan lahan usaha tani adalah bagi hasil sebesar 33,33, sewa 22,22, milik pribadi 22,22, dan menggunakan tanah proyek
sebesar 22,22. Tanah proyek yang dimaksud merupakan tanah milik pemerintah dimana masyarakat Desa Cibedug memiliki hak untuk menggarap lahan di tanah
proyek secara gratis. Untuk pengaturan penggunaan lahan tanah proyek diatur oleh kepala desa. Status kepemilikan lahan dari responden disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Sebaran Responden Menurut Status Kepemilikan Lahan Status Lahan
Kelompok Aksi Kelompok Kontrol
Frekuensi Frekuensi
Pribadi 4
16 8
22,22 Bagi Hasil
12 48
12 33,33
Sewa 9
36 8
22,22 Tanah Proyek
8 22,22
Total 25
100 36
100
Sumber : Data primer. Telah diolah
Tabel 4.5. menunjukkan bahwa petani miskin pada kelompok aksi dan kelompok kontrol sebagian besar adalah petani penggarap, dimana petani
menguasai lahan pertaniannya dengan cara bagi hasil atau sewa dengan pemilik lahan. Hal ini tentunya akan menjadi biaya tambahan bagi petani miskin di dalam
usahataninya, sehingga akan mengurangi pendapatan petani. Kurangnya modal aset yang dimiliki petani menyebabkan mereka menjalani kesulitan untuk keluar
dari lingkaran kemiskinan.
Analisis dampak..., Triane Widya Anggriani, Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, 2012
45
Universitas Indonesia
6. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga dapat mengukur tingkat kemampuan petani dalam menghidupi keluarganya secara layak dari hasil usahataninya. Dengan luas
lahan usaha tani yang biasanya relatif tetap maka besarnya tanggungan keluarga menjadi faktor yang akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga petani
tersebut. Sebaran jumlah tanggungan keluarga termasuk kepala keluarga petani responden kelompok aksi dan kelompok kontrol disajikan dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah
Tanggungan Kelompok Aksi
Kelompok Kontrol Frekuensi
Frekuensi 1
– 4 orang 5
20 8
22,22 5
– 6 orang 16
64 18
50 7 orang
4 16
10 27,78
Total 25
100 36
100
Sumber : Data primer. Telah diolah.
Berdasarkan Tabel 4.6. terlihat bahwa sebagian besar jumlah tanggungan keluarga di kedua kelompok tersebut berada di kisaran jumlah 5
– 6 orang yakni sebesar 64 untuk kelompok aksi dan 50 untuk kelompok kontrol. Salah satu
ciri yang menonjol petani miskin di Desa Citapen adalah ukuran keluarga yang relatif besar. Jumlah anak cenderung besar, karena anak dinilai bukan sebagai aset
investasi, tetapi sebagai sumber faktor produksi tenaga kerja untuk menambah pendapatan keluarga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga akan
memperkecil pendapatan per kapita, karena dengan tambah anggota keluarga akan menyebabkan biaya pengeluaran semakin meningkat. Hal ini menyebabkan petani
miskin makin sulit untuk keluar dari kemiskinan.
7. Komoditas Utama Usaha
Tanaman pangan dan hortikultura merupakan komoditas tanaman utama di daerah responden. Data menunjukkan sebagian besar komoditas utama petani
adalah usahatani bidang hortikultura. Hal ini dikarenakan komoditas unggulan di Desa Citapen dan Desa Cibedug merupakan hortikultura. Sayuran yang banyak
ditanam adalah sawi, kacang panjang, buncis, jagung dan terung. Hasil sebaran
Analisis dampak..., Triane Widya Anggriani, Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, 2012
46
Universitas Indonesia
kuesioner usahatani petani responden kelompok aksi dan kelompok kontrol menurut komoditas utama usaha disajikan daam Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Sebaran Responden Menurut Komoditas Utama Usaha Komoditas Utama
Kelompok Aksi Kelompok Kontrol
Frekuensi Frekuensi
Tanaman Pangan 8
32 12
33,33 Hortikultura
16 64
21 58,33
Tan. Pangan dan Horti. 1
4 3
8,33 Total
25 100
36 100
Sumber : Data primer. Telah diolah.
4.2. Gambaran Pelaksanaan Program PUAP di Gapoktan Rukun Tani