20
Universitas Indonesia
Intervensi pemerintah
di dalam
pembuatan desain
program penanggulangan kemiskinan harus dilihat dari beberapa aspek. Janvry 2004
menyatakan bahwa intervensi pemerintah di dalam pembangunan integral di pedesaan meliputi tiga program yakni program untuk akses kepada kepemilikan
aset, program untuk memperbaiki keadaan, dan program untuk proteksi sosial. Program untuk akses kepemilikan aset bagi masyarakat miskin bisa
dilakukan dengan pembebasan lahan, akses kepada pasar, dan bantuan langsung tunai untuk pengembangan usaha, serta adanya promosi bagi lembaga di
pedesaan. Program untuk memperbaiki keadaan bisa dilakukan pemerintah dengan menciptakan pasar bagi pertanian dengan mengurangi adanya biaya
transaksi, dukungan keuangan dan asuransi, penciptaan pertanian yang baru dengan penggunaan teknologi, adanya kerjasama antara masyarakat miskin
dengan masyarakat tidak miskin, dan juga dukungan organisasi-organisasi di masyarakat. Dan program untuk proteksi sosial bisa dilakukan dengan jaminan
keselamatan, keamanan sosial dan program transfer seperti HIVAIDS. Proses pelaksanaan program dalam pembangunan di pedesaan tersebut harus
memperhatikan aspek-aspek berikut ini : 1 kualitas pelaksanaan proyek, 2 adanya akuntabilitas kepada rakyat miskin, 3 kemudahan akses mendapatkan
manfaat proyek, dan 4 adanya pengawasan penuh dari tindakan korupsi.
2.3. Pengukuran Dampak
Dampak adalah perbedaan antara indikator hasil dengan program dan indikator hasil tanpa program. Tetapi, sulit untuk melihat seseorang atau sesuatu
dalam keadaan yang berbeda pada saat yang bersamaan. Jadi, meskipun indikator hasil setelah program dapat diamati, indikator hasil tanpa program, yang biasa
disebut sebagai kontra-fakta counter-factual, tidak dapat diamati Suharyadi, 2007. Ilustrasi berikut ini menggambarkan suatu indikator sebelum suatu
program dijalankan.
Analisis dampak..., Triane Widya Anggriani, Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, 2012
21
Universitas Indonesia
Gambar 2.2. Indikator Sebelum Intervensi Program
Sumber : Suryahadi 2007
Setelah mendapat intervensi program, keadaan indikator program meningkat seperti gambar berikut ini.
Gambar 2.3. Indikator Setelah Intervensi Program
Sumber : Suryahadi 2007
Y
1
adalah nilai indikator setelah adanya program. Namun peningkatan ini bukan serta merta disebabkan oleh program, karena adanya faktor eksternal yang
mempengaruhi, baik yang teramati maupun tidak teramati. Untuk memastikan bahwa peningkatan indikator terjadi karena dampak program, diperlukan kontra-
fakta yaitu nilai indikator seandainya program tidak dijalankan.
Gambar 2.4. Perbandingan dengan kontra fakta
Sumber : Suryahadi 2007
Y
1
adalah nilai indikator seandainya program tidak dijalankan kontra- fakta. Sehingga dampak dihitung sebagai selisih antara Y
1
dan Y
1
.
teramati
Analisis dampak..., Triane Widya Anggriani, Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, 2012
22
Universitas Indonesia
Gambar 2.5. Pengukuran Dampak dengan Kontra-fakta
Sumber: Suryahadi 2007
Pengukuran kontra-fakta ini seringkali sulit dilakukan, karena tidak semata-mata membandingkan antara individu atau suatu keadaan sebelum dan
sesudah intervensi program, juga tidak hanya membandingkan antara penerima manfaat dan bukan penerima manfaat program. Pembandingan semacam itu
sangat bias terhadap faktor-faktor di luar program yang mungkin mempengaruhi hasil pengukuran sehingga menjadikannya tidak valid. Untuk mengukur kontra-
fakta secara tepat, diperlukan proses netting out yaitu mencari suatu kelompok pembanding control group yang setara dan terpercaya, yakni kelompok bukan
penerima program yang memiliki karakteristik yang persis sama dengan kelompok penerima program atau kelompok aksi treatment group, sebagai
pembanding Suharyadi, 2007. Penentuan kedua kelompok ini, control group dan treatment group, merupakan kunci dalam mengidentifikasi apa yang akan
terjadi bila intervensi tidak ada. Salah satu metode yang digunakan dalam mengukur evaluasi dampak ini,
adalah Selisih-dalam-selisihSelisih ganda Difference-in-differenceDouble difference
. Dalam metode ini data awal baseline kelompok penerima manfaat treatment group atau Kelompok Aksi dan kelompok bukan penerima manfaat
control group sebelum adanya intervensi program dikumpulkan baseline data. Data dikumpulkan lagi setelah adanya intervensi program. Kemudian untuk
masing-masing kelompok, nilai data setelah intervensi program dikurangi dengan data awal sebelum intervensi program. Setelah itu kurangkan kedua selisih ini
asal istilah selisih-dalam-selisih. Nilai yang didapat merupakan perkiraan dampak program Suryahadi, 2007.
Analisis dampak..., Triane Widya Anggriani, Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, 2012
23
Universitas Indonesia
2.4. Kinerja Gapoktan