b. Teori-teori Penjelas Fenomena Framing Effect
Kompleksnya dunia bisnis kian mendukungberkembangnya kajian- kajian akuntansi manajerial modern yang mengkritisi asumsi
rasionalitas.Menyusul teori prospek, perkembangan kajian tersebut telah memunculkan berbagai teori lainnya yang mampu menjelaskan
bagaimana fenomena framing effect dapat terjadi.Berikut beberapa teori penjelas fenomena framing effect dalam pengaruhnya terhadap
pengambilan keputusan manajer: 1 Teori Prospek
Menurut Keeney dan Raiffa dalam Kahneman dan Tversky 1979, expected utility theory teori utilitas yang diharapkan atau
teori pengambilan keputusan rasional telah lama digunakan sebagai dasar dalam sebagian besar kajian pengambilan keputusan
ekonomi. Teori ini menjadi model normatif sebuah keputusan rasional dan dianggap sebagai teori yang mampu mendeskripsikan
perilaku manusia ekonomi.Namun asumsi ini mengabaikan faktor perilaku manusia dimana kondisi ketidakpastian menyebabkan
seseorang bergantung pada informasi yang terbatas, Von Neuman, Morgenstern, dan Savage dalam Kahneman dan
Tversky 1979 menyatakan bahwa dengan munculnya teori ini, semua orang seharusnya rasional dan mematuhi expected utility
theory sebagai sebuah aksioma yang harus diterapkan pada semua kondisi pengambilan keputusan.
Teori prospek dicetuskan oleh Kahneman dan Tversky 1979 sebagai kritik atas expected utility theory. Menurut Abelson dan
Levi dalam Greenberg 2011: 384, teori prospek dianggap lebih baik karena ia mengakui keterbatasan kemampuan manusia dalam
mengakses semua informasi secara lengkap dan non-bias. Dalam teori prospek, Kahneman dan Tversky 1981
menyatakan bahwa masalah yang sama dapat menimbulkan keputusan yang berbeda tergantung pada bagaimana masalah
tersebut disajikan kepada pengambil keputusan yang disebut dengan fenomena framing effect. Manajer mengolah informasi
yang ia terimamenjadi suatu keputusan atas suatu masalah berdasarkan framing apa yang ia adopsi.
Whyte 1986 menyatakan bahwa tiap keputusan dibuat setelah informasi terlebih dahulu disaring melalui decision frame atau
bingkai keputusan oleh pengambil keputusan. Decision frame yang dianut tergantung pada formulasi masalah yang dihadapi, norma,
kebiasaan, dan karakteristik pembuatan keputusan itu sendiri. Kuhberger
1998 menjelaskan teori
prospek melalui
mekanisme terjadinya framing effect. Framing effect terjadi melalui sebuah proses seleksi alamiah oleh manajer dari berbagai realitas
dimana informasi-informasi ditempatkan dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapat penekanan lebih besar daripada sisi
yang lain.
Terakhir, Andersondalam Sahmudin 2003 menyimpulkan bahwa dalam kondisi ketidakpastian, keterbatasan informasi dapat
menyebabkan manajer terjebak dalam framing trap. Manajer yang terjebak dalam framing trapakan mengambil keputusan yang
menyimpang dari asumsi rasionalitas. Dikatakan demikian karena pengambil keputusan hanya mengambil keputusan berdasarkan
cara ia memandang pilihan dan menyusun pernyataan informasi di sekitarnya sehingga melewatkan tahap-tahap pengambilan
keputusan rasional.Penyimpangan dari pengambilan keputusan rasional oleh Kahneman dan Tversky 1979 disebut sebagai cara
berpikir yang irasional. 2 Teori Model Mental Probabilitas
Pemberian istilah “cara berpikir yang irrasional” oleh Kahneman dan Tversky 1979 tidak disetujui oleh Gigerenzer 1991,
Gigerenzer berpendapat bahwa seorang manusia berada diantara kemampuan berpikir rasional dan tidak rasional sehingga
Gigerenzer memilih menggunakan istilah “rasionalitas terbatas” bounded rational.
Melalui penggunaan istilah “rasionalitas terbatas” ini, Gigerenzer mengklarifikasi bahwa manusia adalah makhluk yang
rasional namun rasionalitas manusia memiliki keterbatasan dan bukan berarti sama sekali tidak rasional irrasional.
Pemilihan penggunaan istilah rasionalitas terbatas oleh Gigerenzer 1991 merujuk pada teori administrative model yang
dicetuskan oleh Simon 1947. Kahneman dan Tversky 1979 bukanlah yang pertama mengkritisi expected utility theory. Simon
dalam Greenberg2011: 383 telah terlebih dahulu mengkritisi expected utility theory yang menuntut seorang decision maker
memiliki rasionalitas yang sempurna. Simon dalam Greenberg 2011: 382 mencetuskan administrative model sebagai alternatif
yang lebih baik daripada rational-economic model.Dalam model administratif tersebut, Simon dalam Greenberg 2011: 383
menggunakan istilah rasionalitas terbatas sebagai lawan dari rasionalitas sempurna.
Gigerenzer 1991 memilih menggunakan istilah rasionalitas terbatas daripada keputusan irrasional dalam teori probabilistic
mental models yang ia cetuskan. Dalam teori tersebut, Gigerenzer 1991 menjelaskan bahwa jika seseorang dihadapkan pada dua
opsi, seseorang akan membentuk local mental models berdasarkan memori jangka panjang yang dimilikinya, dan akan digunakan
untuk membandingkan setiap masalah dengan operasi logika dasar. Namun ketika informasi yang diterimanya berbingkai, maka
memori jangka panjang dan operasi logika dasar tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah secara langsung.
3 Teori Fuzzy-Trace Reyna dan Brainerd 1990 menemukan Teori Fuzzy-Trace
FTT sebagai alternatif dalam menjelaskan pengaruh framing effect. FTT mengasumsikan bahwa saat individu dihadapkan pada
suatu masalah, individu akan menyederhanakan informasi yang diterima untuk memudahkan membandingkan beberapa pilihan.
Saat disediakan informasi kuantitatif, pembuat keputusan akan menyederhanakan informasi yang diterima atas suatu pilihan
dengan mengubah informasi tersebut menjadi kata-kata “lebih banyak” atau “lebih sedikit” dibandingkan dengan pilihan lainnya
untuk memudahkan membedakan pilihan tersebut. Menurut Reyna 1991, pada situasi dimana informasi yang
diterima para manajer menjadi semakin sulit disederhanakan, para pembuat keputusan harus mengusahakan pengetahuan tambahan
untuk menghasilkan keputusan. Pengetahuan tambahan yang dimiliki akan menghilangkan efek dari framing effect.
Reyna dan Ellise 1994 menggunakan pendekatan heuristik sebagai teori pendukung fuzzy trace. Pendekatan heuristik
dikembangkan oleh Nisbett dan Borgidda 1976 yang menyatakan bahwa seseorang seringkali menyederhanakan informasi yang
kompleks dengan menggunakan heuristik-sebuahcara singkat untuk menyederhanakan sejumlah besar informasi.
Baker dan Nosfinger 2002 menjelaskan mekanisme heuristik sebagai berikut, untuk mengurangi sejumlah besar kompleksitas
informasi yang membutuhkan analisis, otak menyaring informasi- informasi yang dibutuhkan saja dan menggunakan cara singkat
tersebut untuk mengeliminasi kompleksitas informasi lainnya. Cara singkat shortcuts ini mengijinkan otak untuk men-generalisir
estimasi sebelum secara sepenuhnya mencerna seluruh informasi yang tersedia. Proses ini disebut dengan penyederhanaan heuristik.
Heuristik kemudian menyebabkan efek bias pada seorang pengambil keputusan karena pengambil keputusan kemudian
menarik kesimpulan secara prematur atas informasi yang tidak diproses secara penuh sebagian-sebagian.
c. Jenis-jenis Framing Effect