Efektivitas dapat diukur dengan 2 dua kriteria, yaitu apakah alternatif realistik bila dihubungkan dengan tujuan dan sumber
daya organisasi dan seberapa baik alternatif tersebut akan memecahkan masalah.
5 Pemilihan alternatif terbaik. Alternatif merupakan hasil daripengolahan informasi yang
hanya dimiliki manajer dan alternatif mana yang terbaik juga akan sangat relatif menurut kebijaksanaan manajer.
6 Implementasi keputusan. Setelah alternatif terbaik dipilih, pengambilan keputusan
tidak berhenti begitu saja pada implementasi keputusan.Para manajer selanjutnya harus membuat rencana-rencana untuk
mengatasi berbagai masalah yang mungkin dijumpai dalam penerapan keputusan.
d. Kriteria Data Dalam Pengambilan Keputusan Rasional
Ke-enam langkah pengambilan keputusan yang telah diuraikan pada pelaksanaannya membutuhkan data-data yang memenuhi
beberapa kriteria tertentu agar dapat menghasilkan sebuah keputusan yang relevan, realistis, dan rasional.Malayu S.P. Hasibuan 2004: 62
secara ringkas menyebutkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar sebuah data dapat digunakan untuk menghasilkan keputusan
yang rasional, antara lain sebagai berikut:
1 Well identified, berarti bahwa data tersebut berasal dari sumber
resmi. 2
Up to date, berarti bahwa data tersebut merupakan data terkini. 3
Relevant, sebuah data disebut relevan hanya jika berhubungan langsung dengan masalah yang bersangkutan.
4 Reliable, berarti bahwa data tersebut benar-benar dapat
dipercaya. 5
Complete, berarti bahwa data yang diperoleh mengandung informasi yang lengkap, non-bias, dan tidak sebagian-
sebagian.
e. Kendala-kendala Pengambilan Keputusan Rasional
Pengambilan keputusan rasional mensyaratkan informasi yang lengkap, non-bias, dan tidak sebagian-sebagian, sedangkan pada
kenyataannya keputusan strategis seperti pengambilan keputusan investasi dibuat di atas kondisi ketidakpastian dan berisiko.Kondisi
ketidakpastian tidak memungkinkan seorang manajer memperoleh informasi yang lengkap dan sempurna.
Pendekatan kuantitatif sesungguhnya adalahberupa estimasi perkiraan sehingga apapun keputusan investasi yang diambil oleh
manajer adalah berdasarkan pada informasi dari beberapa estimasi dan kemungkinan, bukan kepastian.
Model pengambilan keputusan rasional didasarkan pada suatu anggapan bahwa manusia adalah “manusia rasional” sehingga
mereka dapat membuat keputusan dengan mendasarkan pada pilihan-pilihan optimal yang dapat dibuat di atas kendala-kendala
yang ada. Pandangan ini menjelaskan tentang pembuatan keputusan sebagai suatu proses pemilihan yang konsisten dalam usaha untuk
memaksimalkan nilai yang dibatasi oleh kendala-kendala yang ada. Supriyono, 1987: 169
William 2001: 207 juga mengkritisi model pengambilan keputusan rasional ini dalam pernyataannya sebagai berikut,
Model pengambilan keputusan rasional mengasumsikan bahwa manajer dapat melihat ke dalam bola kristalnya dan memprediksi
secara akurat seberapa baik kemungkinan pemecahan dapat menyelesaikan masalah.Selanjutnya, diasumsikan bahwa manajer
membuat keputusan di bawah kondisi yang pasti, dengan informasi yang lengkap tentang semua hasil yang mungkin diperoleh.
Tentu saja, apabila pengambilan keputusan semudah ini maka perusahaan tidak membutuhkan begitu banyak manajer.Dalam
sebagian besar situasi, manajer membuat keputusan di bawah kondisi yang berisiko, dimana ada kemungkinan yang sangat nyata
untuk kalah membuat keputusan yang salah.Risiko dan kondisi berisiko menyebabkan manajer sulit untuk membuat keputusan
yang sangat rasional dan optimal.
Sepaham dengan Supriyono dan William, Malayu S.P. Hasibuan 2004: 63 menyatakan bahwa model pengambilan keputusan rasional
mengasumsikan manusia selalu berpikir secara rasional, yaitu berpikir tanpa perasaan apapun dan seolah-olah hanya berpikir secara
“mengolah data” saja, dan seolah-olah pengambil keputusan bukanlah warga atau bagian dari dunia ini manusia.
William 2001: 209 kembali menegaskan, dalam dunia nyata, proses pengambilan keputusan dibatasi oleh keterbatasan sumber
daya, informasi yang tidak lengkap, dan keterbatasan kemampuan manajer dalam pengambilan keputusan. Namun, di atas segala kendala
dan keterbatasan yang ada dalam proses untuk menghasilkan keputusan yang rasional dan terbaik, William 2001:200
menyimpulkan,
Secara umum, manajer yang dengan tekun menyelesaikan langkah-langkah model pengambilan keputusan rasional akan
membuat keputusan yang lebih baik daripada manajer yang tidak melakukannya. Jadi, para manajer sebaiknya mencoba mengikuti
langkah-langkah tersebut, khususnya untuk keputusan besar dan mempunyai pengaruh dalam jangka panjang.
Pendekatan kuantitatifdapat diandalkan seorang manajer untuk
mempertimbangkan suatu pengambilan keputusan investasi, namun kondisi ketidakpastian menyebabkan informasi yang diperoleh
manajer hanyalah berupa estimasi perkiraan saja. Keterbatasan manusia dalam menganalisis informasi yang
kompleks menyebabkan manajer seringkali menggunakan rumor, spekulatif, dan mass behaviour dalam pengambilan keputusan
investasi. Pengambilan keputusan investasi menyimpang dari asumsi rasionalitas karena keputusan investasi yang diambil merupakan
manifestasi dari faktor psikologis dan emosi pengambil keputusan Sjahrir dalam Arrozi Adhikara dan Dihin Septyanto, 2009.
f. Perkembangan Teori-teori Pengambilan Keputusan Investasi