Namun hal ini sulit dilakukan terutama pada pasien PGTA dengan penyakit yang sudah terminal Abdelwhab et al, 2009.
2.2 Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel,
pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal Suwitra et al, 2006.
2.2.1 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik
KDOQI Kidney Disease Outcome Quality Initiative membuat klasifikasi PGK dalam 5 tahap berdasarkan tingkat penurunan fungsi ginjal yang dinilai
dengan laju filtrasi glomerular LFG. Untuk menghitung LFG menggunakan rumus Cockroft-Gault, yaitu :
pada perempuan dikalikan 0,85 Suwitra et al, 2006 Tabel 2.5 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Suwitra et al, 2006
Stadium Penjelasan
LFG mlmin1,73m
2
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
meningkat ≥90
2 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG
yang ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG
yang sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG
yang berat 15-29
5 Gagal Ginjal
15 atau dialisis LFG mlmin1,73m
2
= 140-umur X BB kg
72 x Kreatinin Plasma
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Etiologi Penyakit Ginjal Kronik
Etiologi PGK sangat bervariasi antar satu negara dengan yang lainnya. Di Indonesia, etiologi gagal ginjal pasien-pasien yang menjalani HD berupa
glomerulonefritis, DM, obstruksi dan infeksi, hipertensi dan sebab lain nefritis lupus, nefropati urat, intoksikasi obat, penyakit ginjal bawaan, dan penyebab yang
tidak diketahui Suwitra et al, 2006.
2.2.3 Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronik
Penatalaksanaan PGK amat beragam, yaitu terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya, pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid,
memperlambat perburukan fungsi ginjal, pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular, pencegahan dan terapi terhadap komplikasi, dan terapi pengganti
ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Terapi pengganti ginjal dilakukan pada PGK stadium 5 atau gagal ginjal tahap akhir, yaitu pada LFG 15
mlmin1,73m
2
. Terapi pengganti tersebut dapat berupa HD, CAPD maupun transplantasi ginjal, di mana HD merupakan pilihan yang paling umum dijumpai
di Indonesia Clarkson et al, 2005 dan salah satu komplikasi dari pasien PGTA yang menjalani HD adalah HTP Yigla et al, 2009
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Design Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode kuasi eksperimental dimana ingin menilai pengaruh terapi HD reguler terhadap kejadian HTP.
3.2 Waktu dan Tempat enelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2010 – Mei 2010 atau sampai jumlah sampel minimum tercapai. Penelitian dilaksanakan di Instalasi HD dan
Poli Nefrologi RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan serta Unit HD lain
di Medan dengan persetujuan Komisi Etik Penelitian FK USU. Pengambilan sampel darah dan analisis biokimiawi dilakukan ditempat penelitian.
Ekokardiografi dilakukan setelah pasien menjalani HD dan pada pasien konservatif yang dilakukan oleh seorang Kardiologis yang sama di
Poli Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan.
3.3 Populasi terjangkau
Pasien PGK stadium 5 yang berobat jalan di Poli Nefrologi RSUP H. Adam Malik dan RSU Pirngadi Medan dan pasien PGK stadium 5-D reguler di
Unit HD RSUP H. Adam Malik, RSU Pirngadi dan Unit Instalasi HD lain di Medan.
3.4 Kriteria inklusi
• Subjek yang menderita PGK stadium 5 • Subjek yang menderita PGK stadium 5-D reguler
• Subjek menerima informasi serta memberikan persetujuan ikut serta
dalam penelitian secara sukarela dan tertulis informed concent
Universitas Sumatera Utara