Gambaran Klinik Hipertensi Pulmonal Test Diagnosis Hipertensi Pulmonal 1 Ekokardiogarfi

vasokonstriktor pulmonal aktif sama seperti remodeling struktur vaskulatur arteri pulmonalis Abdelwhab et al, 2009 . 2.1.3 Patogenesis Hipertensi Pulmonal Akses vaskular yang dibuat untuk terapi HD adalah artificial sering menyebabkan terjadinya shunting yang besar dari kiri ke kanan dengan kapasitas yang selalu meningkat seiring waktu. Pasien PGTA mempunyai sirkulasi pulmonal yang abnormal secara fungsional. Peningkatan tekanan arteri pulmonalis yang patologis terjadi pada pasien yang tidak mampu mengkompensasi sirkulasi pulmonal terhadap akses AV fistula yang dihubungkan dengan cardiac output yang tinggi Abdelwhab et al, 2009 . Gambar 2.2 Patogenesis Hipertensi Pulmonal Diah et al 2006

2.1.4 Gambaran Klinik Hipertensi Pulmonal

Gejala HTP yang paling sering adalah dispnu saat aktifitas, fatique dan sinkop merupakan refleksi ketidakmampuan menaikkan curah jantung selama aktifitas. Angina tipikal juga dapat terjadi meskipun arteri koroner normal tetapi nyeri dada disebabkan oleh karena peregangan arteri pulmonal atau iskemia ventrikel kanan Diah et al, 2006. Tabel 2.3 Gejala dan Tanda Hipertensi Pulmonal Diah et al, 2006 GEJALA TANDA Dispnu saat aktifitas Fatique Sinkop Nyeri dada angina Hemoptisis Fenomena Raynauld’s Distensi vena jugularis Impuls ventrikel kanan dominan Komponen katup paru menguat P 2 S 3 Murmur trikuspid jantung kanan Hepatomegali Edema perifer. Universitas Sumatera Utara Pasien HTP dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan dengan gambaran kongesti vena sistemik, efusi pleura dan asites. Hal inilah yang menyebabkan menurunnya tekanan arteri sistemik dan hipotensi intradialisis Tarrass et al, 2005.

2.1.5 Test Diagnosis Hipertensi Pulmonal 1 Ekokardiogarfi

Ekokardiografi merupakan skrining test noninvasive yang sangat baik dilakukan untuk pasien yang dicurigai mengalami HTP Schannwell et al, 2007. Tekanan sistolik arteri pulmonal ekuivalen dengan tekanan sistolik ventrikel kanan tanpa adanya obstruksi outflow pulmonal. Untuk menilai tekanan sistolik ventrikel kanan dengan ekokardiografi harus ada trikuspid regurgitasi TR Noordegraaf et al, 2009. Perkembangan TR pada pasien HTP sering dihubungkan dengan adanya dilatasi annular, perubahan ukuran ruang ventrikel kanan dan perubahan letak katup trikuspidal bagian apical. Pemakaian aliran trikuspidal regurgitasi sistolik v merupakan sebuah perhitungan pulmonary artery systolic pressure PASP yang dapat ditentukan dengan ekokardiografi Doppler. Tanpa adanya pulmonary outflow tract obstruction, PASP ekuivalen dengan tekanan sistolik ventrikel kanan, yang dapat dihitung dengan rumus Bernouilli yang sederhana : Color Doppler RVSP = 4v 2 + right atrial pressure RAP , RVSP singkatan dari right ventricular systolic pressure, v diukur dengan signal continuous wave Doppler dan perhitungan nilai RAP menggunakan karakteristik vena cava inferior. Kecepatan puncak early diastolik dan end diastolik regurgitasi pulmonal berkorelasi Universitas Sumatera Utara signifikan dengan rerata dan tekanan arteri pulmonalis diastolik Daniels et al, 2004. Waktu accelerasi Acceleration time right ventricular outflow tract didefinisikan sebagai interval dari onset kecepatan maksimal aliran darah yang dipulsasikan melalui signal yang dihasilkan gelombang Doppler, memiliki korelasi negative dengan mean pulmonary artery pressure mPAP . Waktu accelerasi right ventricular outflow tract 100 ms mencerminkan peningkatan mPAP. Performan miokard ventrikel kanan TEI Index merupakan rasio interval waktu isovolumetrik terhadap waktu ejeksi ventrikel, yang dapat dihitung dari pulsasi gelombang Doppler yang dihasilkan dari lamanya inflow dan outflow. Parameter ini telah menggambarkan sebagai indeks non geometrik global fungsi ventrikel sistolik dan diastolik. Nilai normal index ini adalah 0,28±0,04 dan nilai ini meningkat dengan adanya disfungsi ventrikel kanan Jae et al, 2006. Tabel 2.4 Klasifikasi tekanan arteri pulmonalis sistolik Daniels et al, 2004. Kategori Tekanan arteri pulmonalis Ringan 36 – 50 mmHg Sedang 51 – 69 mmHg Berat ≥ 70 mmHg Karakteristik disfungsi ventrikel kanan pada HTP dengan ekokardiografi Doppler mencakup penurunan kecepatan dan integral waktu aliran darah melalui katup pulmonal dan pemendekan acceleration time AcT yang diukur dari permulaan aliran darah melalui katup pulmonal sampai kecepatan mencapai puncaknya, satuannya milliseconds dapat digunakan untuk menghitung rerata tekanan arteri pulmonal dengan rumus : mPAP = 79 – 0,45 AcT Jae et al, 2006. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3 Short axis menunjukkan gambaran TR yang terlihat pada atrium kanan selama sistolik Daniels et al, 2004 2 Elektrokardiografi Elektrokardiografi EKG juga harus dilakukan pada pasien yang dicurigai HTP, meskipun tidak spesifik. Gambaran tipikal EKG pada HTP adalah :  Pergeseran axis ke kanan  Gelombang RS dengan RS rasio 1 di V  qR kompleks di lead V 1  Pattern rSR’ di lead V 1  Gelombang S besar dan R kecil dengan RS rasio 1 di lead V 1 5 atau V  Pattern S 6 1 , S 2 , S Gambaran gelombang ST depresi dan inversi sering muncul di lead precordial kanan. Pembesaran atrium kiri ditandai dengan gelombang P yang tinggi 2,5mm di lead II, III, AVF dan axis P frontal 75 ˚ Schannwell et al, 2007. 3 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.4 Elektrokardiografi Hipertensi Pulmonal Diah et al, 2006 3 Foto Thoraks Gambaran khas foto thoraks pada HTP ditemukan pembesaran hilar, bayangan arteri pulmonalis dan pada foto thoraks lateral pembesaran ventrikel kanan Diah et al, 2006. Gambar 2.5 Foto Thoraks Hipertensi Pulmonal Rastogi et al, 2006 4 Pemeriksaan Angiografi Kateterisasi jantung merupakan baku emas untuk diagnosis HTP. Kateterisasi membantu diagnosis dengan menyingkirkan etiologi lain seperti penyakit jantung kiri dam memberikan informasi penting untuk dugaan prognostik pada pasien dengan HTP. Kateterisasi jantung dilakukan pada pasien dengan HTP yang signifikan sesudah pemeriksaan klinis dan ekokardiografi, terutama pada yang direncanakan untuk pengobatan Diah et al, 2006. Universitas Sumatera Utara Namun hal ini sulit dilakukan terutama pada pasien PGTA dengan penyakit yang sudah terminal Abdelwhab et al, 2009.

2.2 Penyakit Ginjal Kronik