Status Anak Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Positif

33 Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak perlu peran masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, atau lembaga pendidikan. 19 Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas harus dipersiapkan sedini mungkin, bahkan semenjak masih berada didalam kandungan. Mereka sudah membutuhkan perlindungan agar dpat tumbuh dan berkembang secara wajar baik jasmani, rohani, maupun sosialnya, sehingga kelak menjadi pewaris masa depan yang berkualitas. Hal ini dapat terwujud apabila anak mendapatkan jaminan perlindungan dan kesejahteraan yang memadai terutama terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya. Setiap manusia berhak atas perlindungan hak asai manusia dan kebebasan dasar manusia tampa diskriminasi. Maka dari itu, upaya penyelanggaraan hukum bagi anak harus selalu ditegakkan dan dilaksanakan dengan seksama demi terwujudnya sebuah keadilan terhadap anak. Dalam Bab IX Undang-undang Perlindungan Anak disebutkan bahwa penyelenggaraan perlindungan hukum bagi anak meliputi: Agama, Kesehatan, Pendidikan, dan Sosial. 1. Agama 19 34 Dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945 Bab XI Pasal 29 ayat 2 secara tegas Negara menjamin seseorang untuk memeluk agama sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Termasuk seseorang anak pun diberi kebebasan untuk memilih agama sesuai dengan keinginananya. Namun kebebasan yang diberikan tersebut bukan berarti memberikan kebebasan yang penuh sehingga anak memeluk agama yang dapat menyesatkan dirinya. Dalam hal ini Negara, pemerintah, masyarkat dan orang tua pada khususnya wajib memberikan perlindungan bagi anak. Perlindungan yang dimaksud disini adalah upaya orang tua untuk memberikan pembinaan dan bimbingan sesuai dengan keinginan anak. Bahkan hal ini juga sudah diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Anak, setiap anak mendapat perlindungan untuk beribadaha menurut agamanya. Pasal 42 ayat 1. Dalam pasal 43 ayat 1 menyatakan bahwa negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, orang tua, wali dan lembaga sosial menjamin perlindungan anak dalam memeluk agamanya, sebagaimana yang dimaksud dengan perlindungan anak dalam memeluk agamanya meliputi, pembinaan, pembimbingan, dan pengamalan ajaran agama bagi anak. Dalam Islam pun Allah SWT telah memeberikan suatu bentuk kebebasan tanpa adanya paksaan dalam memeluk dan memilih agama. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 256: 35                             Artinya:“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam; Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” QS. Al-Baqarah 2:256 2. Kesehatan Dalam upaya membentuk anak Indonesia yang berkuaitas, sehat, berakhlak mulia, dan sejahtera maka penyelenggaraan perlindungan bagi anak dalam hal kesehatan sangat diperlukan, bukan saja menjadi tanggung jawab orang tua dan keluarga tetapi juga kepada pemerintah dan negara. Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak pun sudah diatur mengenai perlindungan kesehatan bagi anak. Permerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang komperhensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan pasal 44 ayat 1. Penyediaan fasilitas dan penyelenggaraan kesehatan didukung oleh peran serta masyarakat pasal 44 ayat 2. 36 Upaya kesehatan tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, baik untuk pelayanan dasar kesehatan maupun rujukan pasal 44 ayat 3. Dan diselenggarakan secara Cuma-Cuma bagi keluarga yang tidak mampu pasal 44 ayat 4. Orang tua dan keluarga bertanggungjawab menjaga kesehatan anak dan merawat anak sejak dalam kandungan pasal 45 ayat 1. Tetapi ketika orang tua dan keluarga tidak memenuhinya maka pemerintah wajib memenuhinya pasal 45 ayat 2. Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib mengusahakan agar anak yang lahir terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup danatau menimbulkan kecacatan. pasal 46. Penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan menimbulkan kecacatan misalnya HIVAIDS, TBC, kusta, polio.Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib melindungi anak dari upaya transplantasi organ tubuhnya untuk pihak lain seperti: pasal 47 ayat 1 dan 2 a. Pengambilan organ tubuh anak danatau jaringan tubuh anak tanpa memperhatikan kesehatan anak; b. Jual beli organ danatau jaringan tubuh anak; dan c. Penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebgai objek penelitian tanpa seizin orang tua dan tidak mengutamakan kepentingan yang terbaikbagi anak. 37 3. Pendidikan Orang tua wajib memberikan pendidkan yang layak bagi anak- anaknya, tetapi pendidkan yang diberikan orang tua kepada anak bukan saja sekedar kewajiban menyerahkan anak kepada lembaga pendidikan sekolah tetapi lebih jauh dari itu. Orang tua harus bisa menjadi guru yang paling utama untuk anak. Orang tua tidak hanya memberikan pengetahuan-pengetahuan yang mereka tahu kepada anak atau sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh anak, tetapi orang tua harus menjadi suri teladan yang baik untuk anak-anaknya. Melalui keteladanan dan kebiasaan orang tua, anak-anak bisa meniru dan menarik pelajaran berharga sebagaimana yang termuat dalam Undang-Undang Perlindungan Anak. Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 sembilan tahun untuk semua anak. pasal 48 Negara, pemeritah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan. pasal 49 Pendidikan sebagaimana dimaksud diatas diarahkan pada: pasal 50 a. Pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal; 38 b. Pengembangan pernghormatan atas hak asasi manusia dan kebebasan asasi; c. Pengembangan rasa hormat terhadap orang tua, identitas budaya, bahasa, dan nilai-nilainya sendiri, nilai-nilai nasional dimana anak bertempat tinggal, dari mana anak berasal, dan peradaban-peradaban yang berbeda-beda dari peradaban sendiri; d. Persiapan anak untuk kehidupan yang bertanggungjawaban; dan e. Pengembangan rasa hormat dan cinta terhadap lingkungan hidup. Anak yang menyandang cacat fisik danatau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksebilitas untuk memperolehpendidikan biasa dan pendidikan luar biasa. pasal 51 Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksebilitas untuk memperoleh pendidikan khusus. Pasal 52 Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan danatau bantuan Cuma-Cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil. pasal 53 ayat 1 Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah, atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya. pasal 54 4. Sosial 39 Penyelenggaraan perlindungan anak dalam masalah sosial termuat dalam pasal 55-56 Undang-Undang Perlindungan Anak. Pemerintah wajib menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan anak terlantar, baik dalam lembaga maupun diluar lembaga. pasal 55 ayat 1 Penyelenggaraan pemeliharaan tersebut dapat dilakukan oleh lembaga masyarakat. pasal 55 ayat 2 Untuk menyelenggarakan hal tersebut, lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat dapat mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait. pasal 55 ayat 3 Dalam hal penyelenggaraan dan perawatan tersebut pengawasannya dilakukan oleh menteri sosial. pasal 55 ayat 4 Pemerintah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan wajib mengupayakan dan membantu anak, agar anak dapat: pasal 56 ayat 1 a. Berpartisipasi; b. Bebas menyatakan pendapat dan berfikir sesuai dengan hati nurani dan agamanya; c. Bebas menerima informasi lisan atau tertulis sesuai dengan tahapan usia dan perkembangan anak; d. Bebas berserikat dan berkumpul; 40 e. Bebas beristirahat, bermain, berekreasi, berkreasi, dan berkarya seni budaya; dan f. Memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan. Upaya yang dimaksud di atas dikembangkan dan disesuaikan dengan usia, tingkat kemampuan anak, dan lingkungan agar tidak menghambat dan mengganggu perkembangan anak. pasal 56 ayat 2.

C. Penyebab Tidak Terpenuhinya Hak-Hak Anak

Salah satu aspek tidak terpenuhinya hak-hak anak dikarenakan sering terjadi kekerasan yang menyebabkan perubahan secara fisik maupun mental. Pengertian kekerasan adalah suatu penggunaan fisik terhadap orang lain. Kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: 1. Perihal yang bersifat, berciri keras 2. Perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cidera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain 3. Paksaan Sedangkan dalam Kamus Oxford kata kekerasan dipahami tidak hanya berkaitan dengan penggunaan fisik saja tetapi juga terkait dengan tekanan emosional psikis, seperti ulasan berikut ini, Violence is: 1. Using, showing or caused by physical force that is intended to hurt or kill; 2. Using, showing or caused by very strong emotion. 41 Melihat penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kekerasan disini tidak hanya menggunakan fisik tetapi juga kekerasan dengan verbal. Kemudian yang lebih jauh dari kekerasan psikis, karena selama ini orang lebih tertarik bahkan mengatakan bahwa yang disebut kekerasan itu adalah yang menggunakan fisik, sementara permasalahan psikis dapat dilihat dalam Pasal 7 Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, danatau penderitaan psikis berat pada seseorang. Penjelasan Pasal 7 tersebut tidak memberikan penjelasan lebih jauh mengenai disi seseorang yang mengalami kekerasan psikis berat. Sementara didalam usul perbaikanatas Rancangan Undang-Undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang diusulkan oleh Badan Legislatif DPR tanggal 6 Mei 2003, penjelasan Pasal 4b tentang psikis berat adalah: Kondisi yang menunjuk kepada terhambatnya kemampuan untuk menikmati hidup, mengembangkan konsepsi positif tentang diri orang lain, kegagalan menjalankan fungsi-fungsi manusiawi, sampai pada dihayatinya masalah-masalah psikis serius, misalnya depresi, gangguan trauma, destruksi diri, bahkan hilangnya kontak dengan realitas. Penjelasan ini penting karena untuk membuktikan kekerasan psikis termasuk mudah dan tidak setiap orang dapat menilai bahwa seseorang mengalami kekerasan psikis, termasuk hakim. Untuk mengatasi pembuktian ini Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga memberikan 42 terobosan dengan cara mengajukan visum psikiatrium yang dilakukan oleh yang ahli di bidangnya. Kemudian pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Domestic Violence adalah: Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan dalam hal ini adalah anak, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, danatau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk lakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Sedangkan ruang lingkup domesticrumah tangga dalam Undang-Undang ini adalah: Pasal 2 a. Suami, isteri, dan anak: b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana yang dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga; danatau c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. Adapun ruang lingkup kekerasan dalam rumah tangga yang dimaksudkan dalam Undang-Undang ini adalah setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga Pasal 5 dengan cara: a. Kekerasan fisik; b. Kekerasan psikis; 43 c. Kekerasan seksual; atau d. Penelantaran rumah tangga. Berdasarkan beberapa rumusan pengertian tentang kekerasan diatas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa kekerasan merupakan suatu tindakan yang dapat berakibat terjadinya kerusakan pada orang lain yang tidak saja berupa hal- hal yang fisik, tetapi juga menyangkut psikis, ekonomi, seksual, dan sebagainya. Kekerasan tidak hanya terjadi pada ruang lingkup rumah tangga keluarga saja tetapi kekerasan juga dapat terjadi pada relasi personal dan relasi kerja, Dengan demikian dapat diketahui bahwa Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga bertujuan untuk: Pasal4 a. Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga, b. Melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga, c. Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, d. Memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera. Kekerasan terhadap anak merupakan segala bentuk perbuatan dan tindakan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual dan psikis. Potret situasi dan ragam permasalahan anak-anak di Indonesia semakin hari semakin memprihatinkan. Ragam penderitaan yang dialami anak-anak Indonesia tersebut telah menunjukan bahwa hak hidup anak sebagai bagian integral dari hak asasi manusia telah terbiarkan terancam tanpa penanganan dan solusi.