Hak Anak Menurut Hukum Islam

26                                  Artinya:”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara maruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-Baqarah2: 233 Mengenai keterangan diatas sudah jelas bahwa menyusukan anak itu adalah kewajiban menurut agama, bukan menurut agama, bukan menurut peradilan kecuali kalau si ibu itu satu-satunya yang akan menyusukan. Dalam Mazhab Hanafi maka dipihak lain kita tetapkan juga bahwa menyusukan itu adalah hak dari ibu, wajib diberikan kalau dimintanya dan selamanya ibu kandung lebih berhak dari wanita lain untuk menyusukan anaknya. e. Hak untuk diberi pendidikan, ajaran, pembinaan, tuntutan dan akhlak yang baik dan benar 27 Setiap anak membutuhkan orang lain yang akan menjaga dan memeliharanya serta mendidik dan mengajarinya bermacam-macam urusan yang berhubungan dengan jasmani dan pembentukan kepribadiannya. Anak juga membutuhkan orang yang akan mengawasi urusan hak miliknya, supaya dipelihara dan dikembangkan. Anak berhak diasuh oleh ibunya; mendidik dan memelihara anak termasuk mengurus makanan, minuman, pakaian dan kebersihannya dalam periode umurnya yang pertama. Dalam hal ini ibu kandunglah yang berhak mengasuh anaknya daripada keluarga ibu atau laki-laki. Wanita lebih mampu daripada laki-laki untuk mengurus untuk mengurus anak kecil dan memeliharanya dalam usia sekian itu dan juga lebih lembut dan lebih sabar, lebih tekun dan banyak waktu. 16                                  Artinya:”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”QS. Al- Mujadilah58: 11 16 Zakaria Ahmad Al-Barry, Ahkamul Auladi Fii al-Islam, hlm. 51. 28 f. Hak anak untuk mendapatkan nafkah dari kedua orang tuanya Ahli fuqaha menetapkan bahwa hubungan kekeluargaan yang menyebabkan wajib nafkah itu ialah keluarga dekan yang membutuhkan bantuan. Imam malik berpendapat bahwa nafkah wajib diberikan oleh ayah kepada anak kemudian anak kepada ayah dan ibunya dan terbatas hanya disitu saja. Imam Syafi’i berpendapat bahwa nafkah itu wajib diberikan kepada semua keluarga yang mempunyai hubungan vertikal keatas atau ke bawah tanpa membatasinya dengan anggota-anggota tertentu, seorang ayah wajib memberikah nafkah kepada anak dan cucunya sampai kebawah. Jadi, lingkungan wajib nafkah lebih luas dari pada pendapat Imam Malik. Menurut Imam Hanafi kewajiban memberi nafkah itu berlaku kepada semua anggota kaum keluarga yang muhrim dengan dia, dengan demikian lingkungan wajib nafkah bertambah luas lagi. Kewajiban ayah memberi nafkah tercantum dalam firman Allah SWT dalamsurat Al-Baqarahayat 233;                                                       29                     Artinya:” Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara maruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”QS. Al-Baqarah2: 233 g. Hak perwalian terhadap diri dan harta Perwalian berlaku pada setiap anak. Anak yang lahir kedunia ini pasti membutuhkan orang lain yang akan memeliharanya, baik dirinya maupun harta benda, hak miliknya; karena dia membutuhkan orang lain yang akan mengawasi penyusunan dan pengusahaannya, dalam periode kehidupannya yang pertama itu. Maka dari itu, perwalian yang berlaku terhadap anak, sesudah ia lahir ada 3 tiga macam yaitu, pertama, perwalian terhadap pengasuhan dan menyusukannya. Kedua, perwalian terhadap diri anak yang dilaksanakan untuk menjaga kesejahteraan anak itu sendiri, dan untuk mengawasi hal-hal yang berhubungan dengan dirinya dan segala macam kesejahteraan yang belum dapat dikelolahnya sendiri. Ketiga, perwalian 30 terhadap hak milik anak mencakup transaksi dan ‘aqad yang berhubungan dengan hak anak yang diwalikan diantaranya menjual, membeli, mempersewakan, meminjamkan dan sebagainya; urusan itu semuanya dilaksanakan oleh wali karena anak belum sanggup mengurus hak miliknya itu sendiri. 17

3. Status Anak Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Positif

Dalam hukum positif terdapat beberapa pengertian tentang anak. Pengertian anak dalam bidang keperdataan berhubungan erat dengan kedewasaan bagi anak tersebut. Terdapat perbedaan-perbedaan antara batas seorang anak yang belum dewasa dan yang sudah dewasa, terutama dalam segi pembatasan usia. a. Menurut kitab undang-undang hukum perdata BW pasal 330 berbunyi: “belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin”. b. Dalam undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, terdapat pasal-pasal khusus mengenai ketentuan seorang digolongkan sebagai anak, tetapi tidak tersurat secara tegas namun tersirat dalam beberapa pasal yang mengisyaratkan batas-batas dimana seseorang dinyatakan belum dewasa atau sudah dewasa. Pasal 7 ayat 1, memuat batasan minimal ketentuan kawin bagi pria adalah 19 tahun dan bagi wanita adalah 16 tahun. 17 Ibid, hlm. 106-113 31 Pasal 47 ayat 1, memuat ketentuan bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut kekuasaannya. c. Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin pasal 1 ayat 2 Undang-undang kesejahteraan anak. d. Anak adalah orang yang dalam perkara anak telah mencapai usia 8 tahun tetapi belum mencapai usia 18 tahun undang-undang Peradilan Anak. e. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandunganpasal 1 Bab 1 undang-undang perlindungan Anak. Dari berbagai pengertian tentang anak, ada yang menyatakan batas umur kedewasaan seseorang anak adalah 18 tahun atau 21 tahun. Walaupun demikian jika berpatokan dengan batasan umur tersebut dalam hal-hal tertentu masih mengandung permasalah. Tetapi untuk hal perlindungan anak, hak anak dan kesejahteraannya sudah cukup jelas dan nyata mengenai kedewasaan anak, yaitu sesuai dan sebagaimana tertera dalam undang- undang perlindungan anak. Batas usia 18 tahun ditetapkan berdasarkan dimana kematangan sosial, pribadi dan mental seorang anak dicapai pada umur tersebut. Dalam 32 hal ini digunakan sepanajang memiliki keterkaitan dengan anak secara umum, kecuali untuk kepentingan tertentu. 18 Ada 3 tiga proses perkembangan anak menurut Wagianti Soetedjo, yaitu: 1. Fase pertama adalah dimulai pada usia 0 sampai 7 tahun yang biasa disebut sebagai masa anak kecil dan masa perkembangan kemampuan mental, pengembangan fungsi-fungsi tubuh. 2. Fase kedua adalah dimulai dari 7 sampai 14 tahun disebut sebagai masa kanak-kanak, dimana dapat digolongkan kedalam periode: a. Masa anak sekolah dasar dimulai dari 7 sampai 12 tahun adalah periode intelektual, yaitu masa belajar awal dimulai dengan memasuki masyarakat diluar keluarga b. Masa remaja atau pra pubertas atau pubertas awal. Pada periode ini, terdapat kematangan fungsi jasmaniah ditandai dengan berkembangnya tanda fisik yang melimpah-limpah yang menyebabkan tingkah laku anak menajadi kasar, brandal, kurang sopan, dan lain-lain 3. Fase ketiga adalah 14 sampai 21 tahun dinamakan masa remaja dalam arti sebenarnya yaitu masa pubertas dan adolescent, di mana terdapat masa penghubung dan peralihan dari anak menjadi orang dewasa. 18 Wagianti Soetedjo, Hukum Pidana Anak Jakarta: PT. Refika Aditama, 2006, Cet. II, hlm. 7-8. 33 Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak perlu peran masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, atau lembaga pendidikan. 19 Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas harus dipersiapkan sedini mungkin, bahkan semenjak masih berada didalam kandungan. Mereka sudah membutuhkan perlindungan agar dpat tumbuh dan berkembang secara wajar baik jasmani, rohani, maupun sosialnya, sehingga kelak menjadi pewaris masa depan yang berkualitas. Hal ini dapat terwujud apabila anak mendapatkan jaminan perlindungan dan kesejahteraan yang memadai terutama terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya. Setiap manusia berhak atas perlindungan hak asai manusia dan kebebasan dasar manusia tampa diskriminasi. Maka dari itu, upaya penyelanggaraan hukum bagi anak harus selalu ditegakkan dan dilaksanakan dengan seksama demi terwujudnya sebuah keadilan terhadap anak. Dalam Bab IX Undang-undang Perlindungan Anak disebutkan bahwa penyelenggaraan perlindungan hukum bagi anak meliputi: Agama, Kesehatan, Pendidikan, dan Sosial. 1. Agama 19