Jenis-jenis anak Jenis-Jenis Anak dan Hak-Haknya

21 Anak tiri adalah anak suami atau istri dari perkawinan dengan orang lain. Anak yang dibawa serta dalam perkawinan baru, maka ia menjadi anak tiri bagi sang suami atau sang istri. f. Anak Zina Anak zina adalah anak yang dilahirkan oleh ibunya dari hubungan yang tidak sah. 10 Maka “zina” itu berarti bergaul antara pria dan wanita tidak menurut ajaran Islam.Kalau anak zina yang timbul dari perkawinan yang tidak sah antara pria adan wanita, hal ini berarti bahwa pergaulan itu tidak dapat terjadi antara siapa saja baik antara adik-kakak, ayah-anak, ibu-anak maupun dengan yang lain. Anak ini adalah manusia biasa dan normal serta ia memiliki hak hidupnya yang sama dengan manusia lain, hanya ia kehilangan hak lainnya seperti hak warisan, sebab ia tidak mempunyai bapak yang sah. Dalam Islam juga dibedakan antara anak yang masih kecil ghairu baligh dan anak yang sudah baligh. Anak yang masih kecil ada yang mumayiz dan ada yang belum mumayiz belum bisa membedakan yang hak dan batil. 11 Adapun tanda-tanda kebalighan seseorang dapat ditentukan dengan umur dan tanda-tanda tertentu seperti telah keluar mani, haid, dan lain- 10 Fathurrahman Djamil, Pengakuan Anak Luar Nikah dan Akibat Hukumnya, dalam Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary, Problematika Hnkum Islam Komtemporer, Buku Pertama, Jakarta: Firdaus, 2002, hlm. 129. 11 A. Rahman Ritonga, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, Cet. I, Jil. I, hlm. 112. 22 lain.Mengenai masalah umur seseorang dapat dikatakan baligh, para ulama berbeda pendapat. Imam Abu Hanifah mengatakan seseorang anak belum bisa dikatakan baligh kalau belum berumur 18 tahun bagi laki-laki dan umur 17 tahun bagi perempuan, karena perempuan pertumbuhannya lebih cepat daripada laki-laki. Imam Syafi’i dan Hambali serta jumhur ulama berpendapat bahwa anak disebut baligh baik laki-laki maupun perempuan adalah berumur 15 tahun. 12 Ada 3 tiga fase yang dilalui manusia sejak lahir sampai usia dewasa, yaitu sebagai berikut: 13 1 Fase tidak adanya kemampuan berpikir Sesuai dengan kesepakatan fuqaha, fase ini dimulai sejak manusia dilahirkan dan berakhir sampai usia 7 tahun. Pada fase ini seseorang anak dianggap tidak mempunyai kekuatan berpikir, ia pun disebut anak yang belum mumayiz. Anak dapat dianggap belum mumayiz usianya belum sampai 7 tahun meskipun ada anak dibawah 7 tahun lebih cepat untuk dapat membedakan yang baik dan buruk dari pada anak lain seusianya. 2 Fase kemampuan berfikir lemah Fase ini dimulai sejak si anak menginjak usia 7 tahun sampai ia mencapai usia baligh. Mayoritas fuqaha membatasinya sampai usia 15 12 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 2005, Cet. III, Jil. I, hlm. 394. 13 Abdul Qadir Audah, al-Tasyri’ al-Jina’iy al-Islami, Terj. Tim Tsalisah, T.tp: PT. Kharisma Ilmu, t.th, Jil. II, hlm. 256-257. 23 tahun. Apabila seseorang anak telah mencapai usia tersebut, ia dianggap telah dewasa secara hukum meskipun ia belum dewasa dalam arti sebenarnya. Imam Abu Hanifah membatasi kedewasaan pada usia 18 tahun. 3 Fase kekuatan berfikir penuh sempurna Menurut pendapat mayoritas fuqaha, fase ini dimulai sejak si anak menginjak usia 15 tahun, atau 18 tahun menurut pendapat Imam Abu Hanifah dan Mazhab Maliki.

2. Hak Anak Menurut Hukum Islam

Dalam sistem seseorang anak mempunyai hak yang harus diakui, hak yang harus diterima oleh anak dari orang tua, masyarakat, bangsa dan negara. Hak-hak anak yang mutlak dalam pandangan kehidupan agama Islam terdiri dari: a. Hak nasab keturunan Yang dimaksud dengan hak nasab adalah hak anak atas kepastian status diri anak dan diri orang tuanya. Anak berhak memperoleh identitas pribadi, karena identitas pribadi berpengaruh kepada status dan kedudukan anak diman hal tersebut bertujuan untuk menjaga kehormatan anak. Seseorang anak berhak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Nasab berakibat timbulnya hubungan hukum antara anak dengan ayahnya dan menimbulkan adanya hak bagi anaknya, seperti hak waris, nafkah, wali, dan lainnya. 24 Agama Islam memelihara keturunan agar jangan didustakan dan jangan dipalsukan. Islam menetapkan bahwa ketentuan keturunan itu menjadi hak anak, anak dapat menangkis penghinaan atau musibah terlantar yang mungkin menimpa dirinya. Setiap ibu bertugas menolak hal-hal yang menghinakan dari tuduhan-tuduhan yang tidak baik terhadap anaknya. Demikian juga setiap ayah bertugas memelihara keturunannya dan keturunan cucu-cucunya agar jangan sampai tersia-sia atau dihubung- hubungkan dengan orang lain. 14 b. Hak anak untuk tetap hidup Allah SWT berfirman didalam Al-Qur’an:                Artinya:”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.”QS.Al-Isra17:31 c. Hak anak untuk mendapat perlindungan dari ketika masih dalam kandungan Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:                          14 Zakaria Ahmad Al-Barry, Ahkamul Auladi Fii al-Islam, Terj: Chadidjah Nasution, Jakarta: Bulan Bintang, 1997, Cet. I, hlm. 13. 25                          Artinya:”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri. QS.Al-Ahqaaf46:15 d. Hak anak untuk disusui selama 2 dua tahun Setiap bayi berhak menyusu semata-mata dengan kelahirannya agar ia bertambah besar, tumbuh dan makan makanan yang wajar yaitu air susu ibunya. Ibu wajib menyusui anaknya, kalau memang ia ditentukan untuk itu; maksudnya tidak ada wanita lain yang akan mengambil alih tugas itu darinya atau bayi itu tidak mau menyusu kecuali kepada ibunya saja. 15 dan perintah penyusuan itu tercantum dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 233;                                          15 Zakaria Ahmad Al-Barry, Ahkamul Auladi Fii al-Islam, hlm. 43. 26                                  Artinya:”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara maruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-Baqarah2: 233 Mengenai keterangan diatas sudah jelas bahwa menyusukan anak itu adalah kewajiban menurut agama, bukan menurut agama, bukan menurut peradilan kecuali kalau si ibu itu satu-satunya yang akan menyusukan. Dalam Mazhab Hanafi maka dipihak lain kita tetapkan juga bahwa menyusukan itu adalah hak dari ibu, wajib diberikan kalau dimintanya dan selamanya ibu kandung lebih berhak dari wanita lain untuk menyusukan anaknya. e. Hak untuk diberi pendidikan, ajaran, pembinaan, tuntutan dan akhlak yang baik dan benar