Penyebab Tidak Terpenuhinya Hak-Hak Anak

43 c. Kekerasan seksual; atau d. Penelantaran rumah tangga. Berdasarkan beberapa rumusan pengertian tentang kekerasan diatas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa kekerasan merupakan suatu tindakan yang dapat berakibat terjadinya kerusakan pada orang lain yang tidak saja berupa hal- hal yang fisik, tetapi juga menyangkut psikis, ekonomi, seksual, dan sebagainya. Kekerasan tidak hanya terjadi pada ruang lingkup rumah tangga keluarga saja tetapi kekerasan juga dapat terjadi pada relasi personal dan relasi kerja, Dengan demikian dapat diketahui bahwa Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga bertujuan untuk: Pasal4 a. Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga, b. Melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga, c. Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, d. Memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera. Kekerasan terhadap anak merupakan segala bentuk perbuatan dan tindakan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual dan psikis. Potret situasi dan ragam permasalahan anak-anak di Indonesia semakin hari semakin memprihatinkan. Ragam penderitaan yang dialami anak-anak Indonesia tersebut telah menunjukan bahwa hak hidup anak sebagai bagian integral dari hak asasi manusia telah terbiarkan terancam tanpa penanganan dan solusi. 44 KOMNAS Perlindungan Anak sebagai lembaga yang didukung oleh masyarakat setiap tahun telah menerima pengaduan dan mencatat berbagai ragam kekerasan terhadap anak yang terjadi sekitar kita. Jumlah anak korban kekerasan yang dilaporkan dan ditangani KOMNAS Perlindungan Anak sepanjang tahun 2009 sebanyak 1.998 kasus.Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan pengaduan kekerasan terhadap anak pada tahun 2008 yakni 1.736 kasus. 62,7 dari jumlah tersebut adalah kekerasan seksual dalam bentuk sodomi, perkosaan, pencabulan serta etnis atau ras. Pada jurnal kecil fakta dan data pelanggaran hak anak hasil laporan masyarakat kepada komisi nasional perlindungan anak periode Januari-Juni 2010 tercatat 1.649 kasus kekerasan yang diantaranya 453 kasus 27,47 berupakekerasan fisik, 646 kasus 39,18 berupa kekerasan seksual, dan 550 kasus33,35 berupa kekerasan psikis. Angka tersebut dihitung pada saat pertengahan tahun 2010 tetapi alangkah mencengangkan pada akhir tahun 2010 21 Desember 2010 kasus kekerasan terhadap anak meningkat menjadi 2.335 kasus, Hal ini yang membuat tahun 2010 bisa jadi dinobatkan sebagai tahun kekerasan terhadap anak di Indonesia yang tertinggi. Kenaikannya sekitar 17 dibandingkan tahun laiu tahun 2009 Selain jumlahnya meningkat, bentuk kekerasan terhadap anak pada tahun 2010 ini juga semakin kejam dan tidak bisa diterima oleh akal sehat. Jika pada tahun­ tahun yang lalu tidak ditemukan kekerasan terhadap anak dibawah usia 45 satu tahun, namun pada tahun 2010 Komnas Perlindungan Anak menemukan sejumlah kasus kekerasan pada anak yang masih berusia dibawah satu tahun. Angka ini adalah hasil laporan dan aduan, kemungkinan besar jumlah kekerasan anak sesungguhnya lebih besar dari pada ini karena banyak yang .tidak dilaporkan mengingat kebanyakan kasus yang terjadi dilingkungan keluarga wilayah privat.

D. Bentuk Kekerasan Terhadap Anak

Untuk mengenali bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak sesungguhnya tidaklah jauh dari sekitar kita. Realitas kekerasan yang dialami anak-anak sampai saat ini masih menjadi masalah yang cukup besar di Indonesia. Lihat saja pemberitaan pada media masa seperti media cetak dan elektronik mengenai kekerasan terhadap anak dapat dijumpai setiap hari. Bentuk dan modusnya pun cukup beragam. Menurut Siti Musdah MuIia, dkk, membagi kekerasan dalam beberapa bentuk liputi: 1. Kekerasan fisik Bentuknya; memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ketubuh korban, menginjak, melukai dengan tangan kosong, atau alat, atau senjata, membunuh. 2. Kekerasan psikologis Bentuknya; berteriak-teriak, menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, menguntit dan memata-matai, tindakan lain yang menimbulkan 46 rasa takut termasuk diarahkan kepada orang-orang dekat korban, misalnya keluarga, teman terdekat, dan lain-lain. 3. Kekerasan seksual Melakukan tindakan yang mengarah kepada ajakan atau desakan seksual, seperti menyentuh,meraba, mencium, danatau melakukan tindakan lain yang tidak dikehendaki korban,memaksakorbanmenonton produk pornografi, gurauan-gurauan seksual yang tidak dikehendakikorban, ucapan- ucapan yang merendahkandan melecehkan dengan mengarah pada aspek jenis kelamin atau seks korban, memaksa hubungan seks tanpa persetujuan korban dengan kekerasan fisik ataupun tidak, pornografi. 4. Kekerasan finansial Mengambiluang korban, menahan atau tidak membcrikanpemenuhan kebutuhanfinansial korban, mengendalikan dan mengawasipengeluaranuang sampai sekecil-kecilnya dengan maksud untuk dapat mengendalikantindakan korban. 5. Kekerasan spiritual Merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban, memaksa korban untuk meyakini hal-hal yang tidak diyakininya,memaksa korban mempraktikanritual dan keyakinan tertentu. Bentuk-bentuk kekerasan juga diatur dalam Undang-undang Penghapusan kekerasan Dalam Rumah Tangga, yaitu: 1. Kekerasan Fisik 47 Kekerasan fisik adalah perbuatan yang ditujukan terhadap fisik seseorang yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. 2. Kekerasan Psikis Kekerasan psikis adalah perbuatan yang tidak ditujukan kepada fisik seseorang, namun mengakibatkan ketakutan, hilangnya percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, danatau penderitaan psikis berat pada seseorang. 3. Kekerasan Seksual Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berkaitan dengan masalah seksual yang bersifat pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar, danatau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersil, danatau tujuan tertentu. Apapun alasannya bahwa perlakuan salah diatas merupakan pelanggaran dan hak anak, berarti pelanggaran juga terhadap hak asasi manusia. Sebab berdasarkan ketentuan KHA, hak anak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dan hak asasi manusia. Oleh karena itu, semua orang diwajibkan untuk menghentikan segala bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap anak. Masyarakat pada umumnya memandang bahwa apabila orang tua memperlakukan kekerasan terhadap anak, hal itu dianggap sebagai hak orang tua dan masyarakat tidak diperkenankan ikut campur tangan. Sebab oleh sebagian 48 masyarakat kita, anak selalu ditempatkan bukan sebagai nomor satu, maksudnya, anak dapat diperlakukan apa saja oleh orang tuanya sendiri. Pandangan ini sesungguhnya adalah keliru. Sebab sesuai dengan pandangan theologis anak merupakan titipan dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, daIam ketentuan Konvensi Hak Anak KHA maupun ketentuan umum Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 menetapkan bahwa anak adalah seseorang berusia dibawah 18 tahun termasuk anak dalam kandungan, oleh karenanya setiap orang tua, masyarakat, pemerintah dan Negara mempunyai kewajiban melindungi anak agar terhindar dari segala bentuk kekerasan dan penyiksaan, Namun ironisnya, meskipun pemerintah Indonesia telah meratifikasi KHA pada tahun 1990 dan secara yuridis dan politis terikat dalam konvensi internasional tersebut, pada hakekatnya Negara kita belum mampu mencegah dan melindungi anak dari segala bentuk kejahatan, penyiksaan, diskriminasi, penelantaran dan eksploitasi.

E. Dampak-Dampak Tidak Terpenuhinya Hak-Hak Anak

Ketika hak anak tidak terpenuhi maka timbul dampak-dampak yang negative dikarenakan terjadinya kekerasan terhadap anak. Adapun usaha yang dilakukan para pakar dalam mempelajari dan meneliti faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan kekerasan temyata sulit sekali menemukan faktor yang pasti mengenai penyebab seseorang melakukan kekerasan.