Pertolongan Persalinan oleh Dukun Bayi

4. Perawatan masa nifas Para dukun bayi terlatih yang membantu persalinan tersebut umumnya berusia lanjut dan keterampilan mereka terbatas. Sering kali persalinan yang seharusnya dibantu oleh dokter kebidanan, tidak tertangani dengan baik. Hal ini membuat seorang ibu bisa dalam ancaman maut. Menyikapi situasi tersebut perlu dijalin kemitraan bidan dan dukun bayi terlatih. Dengan adanya kemitraan ini diharapkan tenaga dukun bayi terlatih dapat dimanfaatkan dalam hal memandikan bayi dan membantu ibu yang baru melahirkan untuk memulihkan kesehatannya Suprihatini, 2003.

2.4. Pertolongan Persalinan oleh Dukun Bayi

Umumnya prinsip pertolongan persalinan menurut prosudur kesehatan oleh dukun bayi masih rendah. Kendala-kendala yang terjadi selama proses persalinan berlangsung kurang diketahui secara pasti. Tata cara melahirkan masih dilakukan secara tradisional sehingga kondisi ibu yang melahirkan sangat tergantung pada letak janin dan tenaga ibu melahirkan saja tanpa adanya prinsip pimpinan persalinan yang tepat. Hal ini dapat berakibat timbulnya beberapa penyulit pada ibu dan janin, terlebih jika adanya kelainan letak janin yang sangat berbahaya maupun adanya faktor penyulit pada ibu seperti penyakit jantung pada ibu, diabetes mellitus pada ibu atau ibu yang sudah tua dan telah melahirkan lebih dari 3 orang anak juga pada ibu yang pertama kali melahirkan. Universitas Sumatera Utara Pendarahan post partum adalah resiko yang sangat sering terjadi di Indonesia, yang merupakan penyebab kematian tertinggi pada ibu melahirkan. Beberapa kasus dapat terjadi perlengketan plasenta yang dikenal sebagai Retensio Plasenta. Manuaba, 1998. Perawatan tali pusat juga dilakukan sebaik mungkin untuk mencegah timbulnya infeksi tetanus maupun infeksi lainnya. Pada saat yang bersamaan pemantauan kondisi ibu dan bayi harus dilakukan dalam waktu I x 24 jam untuk mecegah hal-hal yang tidak diinginkan. Umumnya sesuai tradisi masyarakat, bayi baru lahir langsung dimandikan, tindakan ini sangat beresiko tinggi, apalagi jika bayi baru lahir mempunyai nilai APGAR yang rendah. Bahaya hipotermia pada bayi dapat terjadi karena suhu tubuh bayi yang turun karena dimandikan. Kematian bayi biasa terjadi oleh sebab itu tindakan dan tradisi untuk segera memandikan bayi harus di ubah sedini mungkin. Kebiasaan lainnya dalam masyarakat untuk memakaikan gurita pada bayi juga harus diubah. Penekanan pada otot perut dapat menghambat pernafasan bayi, padahal dalam usia bayi pernafasan perut merupakan pernafasan utama. Penekanan oleh gurita terhadap otot perut dapat membuat bayi sesak nafas dan dapat menimbulkan sindroma gagal pernafasan. Hal-hal lain yang sering terjadi adalah asfiksia neonatorum, yang disebabkan lamanya janin dijalan lahir, hal ini sangat terkait dengan pemerikasaan ante partum yang tidak memadai Manuaba, 2004. Masalah pertolongan persalinan di daerah perdesaan sangat memperihatinkan, hal ini semakin diperparah apabila selama masa Universitas Sumatera Utara kehamilan seorang ibu juga tidak pernah melakukan pemeriksaan kepelayanan kesehatan, kalaupun dilakukan pemeriksaan hanya ke dukun bayi yang tentunya tidak memiliki kemampuan dan fasilitas yang cukup untuk mengetahui dan mendeteksi secara dini apabila terdapat kelainan atau penyakit yang mengiringi kehamilan tersebut Aryanti, 2002. Kurangnya pemeriksaan kehamilan pada daerah perdesaan terkait dengan keterbatasan ekonomi. Keadaan itu cukup memprihatinkan, mengingat seorang ibu harus memeriksakan kehamilannya minimal empat kali selama kehamilan. Data dari profil kesehatan Indinesia menyebutkan bahwa secara nasional baru 74,25 persen ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya Depkes RI, 2002. Angka kematian ibu juga terkait dengan sejumlah indikator, yaitu penyelenggaraan pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, maupun pengelolaan kesehatan bersama. Apabila kinerja seluruh indikator diperbaiki dan pelayanan kesehatan bisa ditingkatkan. Faktor lainnya adalah kondisi dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan ibu. Pada masa lalu berbagai pendekatan untuk menekan angka kematian ibu dan bayi, misalnya dengan pendidikan dukun bayi yang pernah dibantu WHO Anwar, 2003.

2.5. Landasan Teori

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor Penyebab Tingginya Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Non Kesehatan (dukun) di Kecamatan Sumay Desa Teluk Singkawang Kabupaten Tebo, Jambi.

21 196 69

Persepsi Stakeholders Tentang Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

5 49 97

Determinan Pemanfaatan Dukun Bayi Dalam Pertolongan Persalinan Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

1 46 91

Persepsi Masyarakat Terhadap Bidan Dan Dukun Bayi Terlatih Dalam Memberikan Pertolongan Persalinan

1 47 1

perilaku bidan dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 41 81

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 31 64

Kajian Kejadian Pertolongan Persalinan Dukun Bayi

0 3 23

Peranan Dukun Bayi Dalam Perspektif Masyarakat Jawa Terhadap Proses Persalinan Di Dusun Noloprayan Desa Jatirejo Kabupaten Semarang Jawa Tengah (Melalui Pendekatan Teori Solidaritas Mekanik Dan Organik Emile Durkheim)

2 42 131

IMPLEMENTASI “PROGRAM PEMBINAAN DUKUN BAYI” DALAM UPAYA PERTOLONGAN PERSALINAN SEHAT DI KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

0 3 126

Studi Fenomenologi Pengalaman Ibu Melahirkan Ditolong oleh Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Parung Kabupaten Bogor

0 2 116