Permasalahan Tujuan Penelitian Hipotesis Dukun Bayi

pengetahuan dan sikap seorang dukun bayi tersebut dalam melakukan tindakan pertolongan persalinan yang sesuai dengan prosedur kesehatan.

1.2 Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah masih tingginya persalinan yang ditolong atau ditangani oleh dukun bayi. Selain itu masih banyak masyarakat yang lebih memilih bersalin ditolong oleh dukun bayi dibandingkan oleh tenaga kesehatan terlatih di Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap dukun bayi terhadap tindakan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pengetahuan dan sikap dukun bayi terhadap tindakan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : a. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Baktiya dalam meningkatkan pengawasan terhadap tindakan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi, serta meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap tenaga Universitas Sumatera Utara kesehatan untuk melakukan pertolongan persalinan. b. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara dalam menyusun perencanaan pembinaan bagi dukun bayi yang ada di wilayahnya, misalnya pelatihan bagi dukun bayi mengenai persalinan yang aman dan sehat. c. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai kontribusi untuk memperkaya khasanah keilmuan berkaitan dengan ilmu kesehatan masyarakat serta menjadi dasar pemikiran bagi penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup berperilaku karena mereka semua mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati dari luar Notoatmodjo, 1993.

2.1.1. Determinan Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme orang, namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni: Universitas Sumatera Utara 1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

2.1.2. Bentuk Perilaku

Bloom 1908 seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain yaitu kognitif cognitive, afektif affective, dan psikomotor pshycomotor Notoatmodjo, 2007. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni : 1. Pengetahuan Knowledge 2. Sikap Attitude 3. Praktek atau Tindakan Practice

2.1.3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2007. Menurut Notoatmodjo 2007, pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisa Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan Universitas Sumatera Utara masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis Synthetis Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada Notoatmodjo, 2003. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

2.1.4. Sikap

Menurut Notoatmodjo 2007, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang Universitas Sumatera Utara dalam kehidupan sehari – hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi atau kelompok. Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apakah yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan Notoatmodjo, 2007 yaitu : a. Menerima Receiving Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau memperhatikan stimulus yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah. b. Menanggapi Responding Menanggapi diartikan member jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai Valuing Universitas Sumatera Utara Mengahargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain. d. Bertanggung Jawab Responsible Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap objek tertentu.

2.1.5. Tindakan

Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan tersebut bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi inilah yang disebut dengan perilaku, bentuk-bentuk perilaku itu sendiri dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah laku dibedakan atas sikap, dimana sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi tingkah laku. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan atau suatu fasilitas Notoatmodjo, 2007. Universitas Sumatera Utara Menurut Notoatmodjo 1993, tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Secara logis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan,yaitu : a. Persepsi, mengenal dan memilih suatu objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. b. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. c. Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan. d. Adopsi, suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu recall. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Universitas Sumatera Utara 2.2. Persalinan 2.2.1. Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan placenta dari dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah persalinan dengan presentasi verteks, aterm, selesai dalam tempo 4-24 jam, dan tidak melibatkan bantuan artifisial maupun komplikasi Forrer, 2001. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin Prawirohardjo, 2006. Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelolah dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal Mufdillah Hidayat, 2008. Persalinan adalah fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini produksi konesepsi janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban dilepaskan dan dikeluarkan dari uterus melalui vagina kedunia luar Oxorn, 2003. Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plesenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir Bobak, 2005.

2.2.2 Fisiologi Persalinan

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm bukan prematur atau postmatur, mempunyai omset yang spontan tidak di induksi, selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya bukan partus Universitas Sumatera Utara presipitatus atau partus lama , mempunyai janin tunggal dengan persentasi verteks puncak kepala dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial seperti forseps, tidak mencakup komplikasi seperti perdarahan hebat, mencakup kelahiran plasenta yang normal Forrer, 2001. Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran Prawirohardjo, 2008.

2.2.3 Faktor Persalinan

Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan adalah power yang merupakan kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter dari ibu yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan,passage merupakan bagian tulang panggul, servik, vagina dan dasar panggul Displacement dan passenger terutama janin secara khusus bagian kepala janin plus plasenta, selaput dan cairan ketuban amnion Forrer, 2001.

2.2.4 Kala Persalinan

Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu kala pertama dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap 10 cm, proses ini terbagi dalam dua Universitas Sumatera Utara fase yaitu fase laten 8 jam servik membuka sampai 3 cm dan fase aktif 7 jam servik membuka dari 3 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif. Kala dua dimulai dari pembukaan lengkap 10 cm sampai bayi lahir proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Kala tiga dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Dan kala empat dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum Prawirohardjo, 2006. Persalinan terdiri atas empat kala yaitu kala pertama berlangsung dari awal gejala sampai servik berdilatasi sempurna 10 cm. Termasuk awal fase laten, di mana kontraksi masih tak teratur atau sangat lemah ; fase aktif, di mana kontraksi menjadi lebih sering, lebih lama, dan lebih kuat ; dan fase transisi yang singkat, yang terjadi tepat sebelum dilatasi dan pendataran sempurna. Lamanya kala pertama rata- rata 6 sampai 18 jam pada primipara dan 2 sampai 10 jam pada multipara. Kala dua diawali dengan dilatasi sempurna servik dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Kontraksi pada kala ini biasanya sangat kuat. Pada multipara kala dua berakhir sekitar 20 menit dan pada primipara menghabiskan waktu sampai 2 jam untuk bayi melewati serviks yang berdilatasi dan jalan lahir. Kala tiga diawali dengan keluarnya bayi dan uterus dan diakhiri dengan keluarnya plasenta, proses ini biasanya berakhir beberapa menit baik pada multipara maupun primipara. Kala empat diawali dengan keluarnya plasenta dan berakhir ketika uterus tidak relaksasi lagi, kala empat lebih panjang pada multipara dari pada primipara, biasanya dari 4 sampai 12 jam Hamilton, 1995.

2.2.5 Tanda-tanda Mulainya Persalinan

Universitas Sumatera Utara Tanda-tanda mulainya persalinan adalah Lightening yaitu terbenamnya kepala janin kedalam rongga panggul karena berkurangnya tempat didalam uterus dan sedikit melebatnya simfisis. Sering buang air kecil yang disebabkan oleh tekanan kepala janin pada kendung kemih. Kontraksi Brakton-Hicks pada saat uterus yang teregang dan mudah dirangsang yang dapat menimbulkan distenfensi dinding abdomen sehingga dinding abdomen menjadi lebih tipis dan kulit menjadi lebih peka terhadap rangsangan Forrer, 2001. Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering- sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi- kontraksi lemah diuterus. Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah Mochtar M.ph, 1992.

2.2.6 Sebab-sebab yang Menimbulkan Persalinan

Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi. a. Teori penuruman hormon : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot- otot polos yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun. Universitas Sumatera Utara b. Teori plasenta menjadi tua : menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim. c. Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskhemia otot-otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi uteroplasenter. d. Teori iritasi mekanik : dibelakang serviks terletak ganglion servikale, bila ganglion ini digeser dan ditekan oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus. e. Induksi partus :dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban, oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus Mochtar, 1992.

2.2.7 Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan dibagi atas tujuh bagian yaitu engagement merupakan apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul. Penurunan merupakan gerakan bagian presentasi melewati panggul. Fleksi merupakan segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul. Putaran paksi dalam adalah pintu atas panggul ibu memiliki bidang paling luas pada diameter transversanya. Ekstensi merupakan saat kepala janin mencapai perinium, kepala akan defleksi kearah anterior oleh perinium. Restitusi dan putaran paksi luar merupakan setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas panggul. Ekspulsi merupakan setelah bahu keluar, kepala dan Universitas Sumatera Utara bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis pubis Bobak, 2005.

2.2.8 Jenis Persalinan

1. Spontan : Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir atau tanpa usaha dari luar. 2. Persalinan buatan : Persalinan dibantu tenaga dari luar, misalnya : Ektraksi dengan firceps, atau operasi section caesare. 3. Persalinan anjuran : Persalinan setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin Manuaba, 1998.

2.3. Dukun Bayi

Pengertian dukun bayi adalah seseorang wanita yang dapat dan mampu membantu persalinan dan merawat bayi, yang memiliki keterampilan dalam menolong persalinan secara normal, minimal tentang kebersihan dalam menolong persalinan Depkes, 1993. Peran dukun bayi tidak jauh berbeda dengan peran bidan dalam kehidupan masyarakat, namun yang membedakannya adalah latar belakang pendidikan formal yang diperoleh, disamping itu tidak jarang dukun bayi hanya mengandalkan pengalaman dalam menangani persalinan meskipun terkadang akibatnya fatal, yaitu kematian ibu bersalin maupun bayi yang dilahirkan Depkes, 1993. Sampai saat ini para dukun bayi yang membantu persalinan umumnya berusia lanjut dan ketrampilan mereka terbatas. Sering kali persalinan yang seharusnya Universitas Sumatera Utara dilibatkan dokter kebidanan tidak tertangani dengan baik. Secara historis keberadaan dukun bayi sangat dekat dengan proses pertolongan persalinan oleh bidan dalam masyarakat Indonesia. Mengingat dimasa itu jumlah tenaga medis yang mampu menolong persalinan masih sangat sedikit, sehingga masyarakat tidak memiliki sumber alternatif lain dalam persalinan selain dukun bayi. Keadaan ini berlangsung cukup lama sampai akhirnya pemerintah membuat suatu kebijakan dan program penempatan bidan di desa yang bertujuan memberikan pelayanan kesehatan ibu bersalin maupun ibu yang hamil dan pasca kehamilan, sehingga dapat mereduksi kejadian kematian akibat persalinan dan secara tidak langsung membatasi peran dukun bayi Depkes, 1993. Pada umumnya penatalaksanaan persalinan oleh dukun bayi didapat secara otodidak, dapat secara turun temurun dari orang tua mereka yang bekerja sebagai dukun sebelumnya atau pengalaman bekerja dari tenaga medis dengan cara melihat dan membantu sekadarnya. Hal ini tentu sangat riskan terhadap ibu dan bayi seandainya harus mendapat pertolongan segera dari mereka, terutama desa-desa yang jauh dari tempat pelayanan medis serta kekurangan tenaga medis dan minimnya peralatan serta transportasi. Beberapa hal yang sangat penting serta sangat perlu diketahui oleh dukun bayi dan menjadi permasalahan mendasar adalah sebagai berikut : 1. Prinsip sterilitas yang memenuhi standar kesehatan 2. Pemeriksaan ante partum yang memenuhi standar 3. Prinsip penatalaksanaan persalinan normal Universitas Sumatera Utara 4. Perawatan masa nifas Para dukun bayi terlatih yang membantu persalinan tersebut umumnya berusia lanjut dan keterampilan mereka terbatas. Sering kali persalinan yang seharusnya dibantu oleh dokter kebidanan, tidak tertangani dengan baik. Hal ini membuat seorang ibu bisa dalam ancaman maut. Menyikapi situasi tersebut perlu dijalin kemitraan bidan dan dukun bayi terlatih. Dengan adanya kemitraan ini diharapkan tenaga dukun bayi terlatih dapat dimanfaatkan dalam hal memandikan bayi dan membantu ibu yang baru melahirkan untuk memulihkan kesehatannya Suprihatini, 2003.

2.4. Pertolongan Persalinan oleh Dukun Bayi

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor Penyebab Tingginya Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Non Kesehatan (dukun) di Kecamatan Sumay Desa Teluk Singkawang Kabupaten Tebo, Jambi.

21 196 69

Persepsi Stakeholders Tentang Pelaksanaan Kemitraan Pertolongan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

5 49 97

Determinan Pemanfaatan Dukun Bayi Dalam Pertolongan Persalinan Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

1 46 91

Persepsi Masyarakat Terhadap Bidan Dan Dukun Bayi Terlatih Dalam Memberikan Pertolongan Persalinan

1 47 1

perilaku bidan dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 41 81

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 31 64

Kajian Kejadian Pertolongan Persalinan Dukun Bayi

0 3 23

Peranan Dukun Bayi Dalam Perspektif Masyarakat Jawa Terhadap Proses Persalinan Di Dusun Noloprayan Desa Jatirejo Kabupaten Semarang Jawa Tengah (Melalui Pendekatan Teori Solidaritas Mekanik Dan Organik Emile Durkheim)

2 42 131

IMPLEMENTASI “PROGRAM PEMBINAAN DUKUN BAYI” DALAM UPAYA PERTOLONGAN PERSALINAN SEHAT DI KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

0 3 126

Studi Fenomenologi Pengalaman Ibu Melahirkan Ditolong oleh Dukun Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Parung Kabupaten Bogor

0 2 116