setelah berinteraksi dengan komponen darah. Apabila terdapat emboli yang tertinggal pada suatu jaringan atau organ maka hal ini akan memicu
pembentukan trombus sehingga sel kanker dapat membelah dan terjadi perkembangan mikrometastatik. Mikrometastatik ini akan berkembang
dan terus berkembang pada jaringan baru yang memicu proliferasi pembuluh darah yang menyebabkan pertumbuhan yang sangat cepat
van Cauteren et al cit Pusparanti, 2003.
D. Kultur Sel
Kultur sel HeLa merupakan continous cell line yang tumbuh sebagai sel semi melekat pada epitel. Kultur sel HeLa diturunkan dari sel epitel kanker rahim
cerviks manusia. Sel ini diisolasi pada tahun 1951 dari seorang wanita penderita kanker rahim bernama Henrietta Lacks, berusia 31 tahun, berasal dari Baltimore,
US. Kultur sel HeLa merupakan sel kanker yang timbul akibat infeksi virus HPV Human Papilloma Virus 18. Kultur sel HeLa cukup aman dan merupakan sel
manusia yang umum digunakan untuk kepentingan kultur sel Anonim, 2000.
E. Uji Sitotoksisitas 1.Penghitungan Sel Tidak Langsung dengan Metode MTT
Uji sitotoksik dilakukan dengan metode mikrotitrasi yang merupakan metode uji yang efisien, dalam satu plate terdapat 96 sumuran sehingga lebih
banyak data yang didapatkan. Tiap sumuran memiliki luas 28–32 mm
2
dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kapasitas medium sebanyak 0,1 atau 0,2 ml. Dengan metode uji ini semua populasi sel terpapar sampel uji Freshney, 2000.
Uji sitotoksik metode MTT merupakan uji yang sederhana, cepat dan aman, dengan deteksi secara kolorimetri. Prinsip uji sitotoksik dengan metode
MTT adalah kemampuan sel hidup mereduksi garam MTT 3-4,5-dimetil-tiazol- 2-il-2,5-dipheniltetrazolium bromid menjadi kristal formazan. Kemampuan
reduksi ini ditunjukkan oleh enzim suksinat dehidrogenase mitokondria pada sel yang viablesel hidup yang masih melangsungkan proses respirasi. Chapdelaine,
2006. Senyawa MTT yang larut dalam air dan berwarna kuning setelah direduksi oleh suksinat dehidrogenase akan menjadi formazan yang berwarna biru. Doyle
and Griffiths, 2000. Agen sitotoksik yang diuji, diinkubasikan bersama kultur sel selama
waktu tertentu dalam inkubator 5 karbondioksida Dash, 2001 setelah masa inkubasi, MTT ditambahkan untuk bereaksi dengan sel hidup, MTT dikonversikan
menjadi kristal formazan oleh suksinat dehidrogenase Chapdelaine, 2006. Kristal formazan yang terbentuk tidak larut dalam air Mossman cit Chapdelaine,
2006. Untuk melarutkan kristal ini digunakan sodium dodesil sulfat Toda cit Chapdelaine, 2006. Dengan menginkubasikan sel dengan MTT dalam lingkungan
yang sesuai, jumlah sel hidup dapat terkuantifikas sesuai dengan formazan yang terbentuk.
Sensitivitas metode ini tergantung pada tipe sel, status metabolik serta teknik melarutkan kristal formazan Chapdelaine, 2006. Kelemahan metode ini
tidak dapat diaplikasikan untuk sampel yang berwarna, karena warna sampel juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan menyerap sinar visibel sehingga absorbansi yang diperoleh menjadi lebih besar dari yang seharusnya dan hasil pengamatan uji sitotoksisitas menjadi tidak
valid Elly, 2002.
2. Metode Direct Counting
Metode yang paling umum dilakukan untuk penghitungan sel yang akurat dan efisien adalah dengan menggunakan haemocytometer. Dalam metode ini
digunakan suatu bilik hitung dengan kedalaman 0,1 mm dan persegi untuk mempermudah penghitungan. Menggunakan zat warna seperti Trypan Blue,
penghitungan sel yang hidup viable dan sel yang tidak hidup non viable dapat dilakukan. Seratus sel dengan kepadatan 1,5 x 10
4
sel 100 μl didistribusikan ke
dalam sumuran – sumuran 96 well plate dan diinkubasi selama 24 jam pada inkubator suhu 37ºC, CO
2
5 . Kemudian ditambah 100 μl seri konsentrasi
senyawa uji ke dalam tiap sumuran berisi sel tersebut, lalu diinkubasi lagi selama 24 jam. Setelah inkubasi, jumlah sel yang hidup dihitung dengan mikroskop
dengan bantuan haemocytometer. Lima puluh μl Trypan blue dimasukkan ke tiap
sumuran kemudian dihomogenkan dan diambil 10 μl dipipetkan ke
haemocytometer lalu dihitung dengan mikroskop jumlah sel yang hidup. Sel yang mati akan berwarna biru sedangkan yang hidup akan berwarna bening. Sampling
yang akurat, pengenceran dan pengisian bilik secara tepat sangat penting. Pengisian yang berlebihan, adanya gelembung udara dan bilik hitung yang kurang
bersih menyebabkan kesalahan penghitungan. Kesalahan statistik dapat dikurangi dengan menghitung cukup sel dengan replikasi yang tetap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penghitungan dengan haemocytometer adalah metode yang paling sederhana dan versatile viable dan non viable dengan keuntungan yaitu
memberikan pengukuran langsung aktual sel Doyle and Griffiths, 2000.
F. Senyawa Antikanker
Menurut National Cancer Institute, senyawa baru yang akan
dikembangkan sebagai antikanker harus mempunyai nilai LC
50
kurang dari 20 µgml Suffness cit, Puspitasari, Sukardiman, Widyawaruyanti, 2003
G. Flavonoid
Flavonoid merupakan suatu senyawa polifenol yang strukturnya merupakan turunan dari inti aromatik flavon atau 2-fenilbenzopiran. Golongan
flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C
6
-C
3
-C
6
. Artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C
6
cincin benzena tersubstitusi disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon Robinson, 1995.
Aktivitas antioksidan dimiliki oleh sebagian besar flavonoid disebabkan oleh adanya gugus hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya. Ketika senyawa-
senyawa ini bereaksi dengan radikal bebas, mereka membentuk radikal baru yang distabilisasi oleh efek resonansi inti aromatik. Dengan demikian, fase propagasi
yang meliputi reaksi radikal berantai dapat dihambat Cuvelier, 1991. Aktivitas flavonoid yang bermanfaat untuk kesehatan antara lain efek
antioksidan, antikarsinogenik, antiproliferatif, antiangiogenik, antiinflamasi dan antiestrogenik dengan tidak ada atau sedikit efek samping atau toksik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan sifat di atas, banyak suplemen makanan atau produk herbal yang mengandung flavonoid dapat diterima secara komersial pada saat ini Zhang dan
Morris, 2003. Ekstraksi flavonoid dari dalam simplisia tumbuhan dapat dilakukan
dengan menggunakan pelarut polar, semi polar, maupun non polar sesuai dengan kelarutan flavonoid yang diekstraksi. Kelarutan flavonoid berbeda-beda sesuai
dengan golongan dan substitusinya Robinson, 1995. Pelarut yang kurang polar digunakan untuk mengekstraksi aglikon flavonoid, sedangkan pelarut yang lebih
polar digunakan untuk glikosida flavonoid atau antosianin. Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksi yang tidak
tersubstitusi, atau suatu gula. Oleh karena itu, umumnya flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida,
dimetilformamid dan air Markham, 1988.
H. Alkaloid