102
Hasil perhitungan tersebut selaras dengan tabel 4.23 Symmetric Measures pada kolom Contingency Coefficient yaitu sebesar
0,363 .
Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai C dengan nilai C
max
yang mungkiin bisa terjadi. Perhitungan nilai C
max
adalah sebagai berikut:
= 0,816
Jika koefisien C dibandingkan dengan koefisien C
max
maka hasil yang diperoleh sebesar 0,445 0,3630,816. Maka kriteria rasio CC
max
, koefisien 0,465 berada pada rentang 0,400
– 0,599 dengan interpretasi sedang. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh pendidikan
kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha dapat diinterpretasikan sedang
.
3. Hipotesis Ketiga
a.
Rumusan Hipotesis
H
03
: Tidak ada pemahaman cara akses terhadap modal
kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa – siswi
kelas XI SMK N 1 Sewon, SMK N 1 Pleret dan SMK Bidhi Dharma Piyungan.
Ha
3
: Ada pengaruh pemahaman cara akses terhadap modal
terhadap intensi berwirausaha siswa – siswi kelas XI SMK N
1 Sewon, SMK N 1 Pleret dan SMK Bidhi Dharma Piyungan.
103
b.
Hasil Pengujian Hipotesis Tabel 4.24
Tabel Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Pemahaman cara akses terhadap modal
Terhadap Intensi Kewirausahaan Siswa SMK Di Kabupaten Bantul
Intensi2 Aksesterhadapmodal2 Crosstabulation
Aksesterhadapmodal2 Total
Sulit Mudah
Intensi2 Rendah
Count 13
13 Expected Count
6.2 6.8
13.0 Residual
6.8 -6.8
Tinggi Count
112 139
251 Expected Count
118.8 132.2
251.0 Residual
-6.8 6.8
Total Count
125 139
264 Expected Count
125.0 139.0
264.0
Lampiran 6; Pengujian Hipotesis
Pada tabel 4.24 menunjukkan tabel kontingensi dan frekuensi harapan pengaruh Pemahaman cara akses terhadap modal terhadap
intensi berwirausaha siswa kelas XI SMK di Kabupaten Bantul. Sel matrik frekuensi harapan pada variabel intensi berwirausaha yang
semula terdapat kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi telah diubah dengan kolom kategori yang berdekatan
digabungkan, sedangkan variabel pemahaman cara akses terhadap modal yang semula terdapat kategori sangat sulit, sulit, sedang, mudah
dan sangat mudah telah diubah dalam kolom kategori yang berdekatan digabungkan.
Penggabungan dilakukan
pada variabel
intensi berwirausaha sebagai berikut: untuk kategori sangat rendah kode
104
angka 1 dan rendah kode angka 2 digabungkan diberi kode angka 1 dengan kategori rendah. Untuk kategori sedang kode angka 3 diubah
menjadi diberi kode angka 2 dengan kategori sedang. Untuk kategori tinggi kode angka 4 dan kategori sangat tinggi kode angka 5
digabungkan diberi kode angka 3 dengan kategori tinggi. Karena masih belum memenuhi syarat maka dilakukan penggabungan kembali pada
variabel intensi kewirausahaan kategori rendah kode 1 dan sedang kode 2 digabungkan menjadi rendah kode 1, kategori tinggi kode 3
tetap dan berubah kode menjadi kode 2. Sedangkan penggabungan pada variabel pemahaman cara akses terhadap modal sebagai berikut:
untuk kategori sangat sulit kode angka 1 dan sulit kode angka 2 digabungkan diberi kode angka 1 dengan kategori sulit. Untuk kategori
sedang kode angka 3 diubah menjadi diberi kode angka 2 dengan kategori sedang. Untuk kategori mudah kode angka 4 dan kategori
sangat mudah kode angka 5 digabungkan diberi kode angka 3 dengan kategori mudah. Karena masih belum memenuhi syarat maka dilakukan
penggabungan kembali pada variabel pemahaman cara akses terhadap modal kategori sulit kode 1 dan sedang kode 2 digabungkan menjadi
sulit kode 1, kategori mudah kode 3 tetap dan berubah kode menjadi kode 2.
105
Tabel 4.25 Hasil Analisis Chi-Square
Pengaruh Pemahaman cara akses terhadap modal Terhadap Intensi Kewirausahaan Siswa SMK Di Kabupaten Bantul
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Significance
2-sided Exact Sig. 2-
sided Exact Sig. 1-
sided Pearson Chi-Square
15.205
a
1 .000
Continuity Correction
b
13.064 1 .000
Likelihood Ratio 20.189 1
.000 Fishers Exact Test
.000 .000
Linear-by-Linear Association
15.147 1 .000
N of Valid Cases 264
a. 0 cells .0 have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.16. b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 6; Pengujian Hipotesis
Tabel 4.26 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi
Pengaruh Pemahaman cara akses terhadap modal Terhadap Intensi Kewirausahaan Siswa SMK Di Kabupaten Bantul
Symmetric Measures
Value Asymptotic
Standardized Error
a
Approximate T
b
Approximate Significance
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.233 .000
Interval by Interval
Pearsons R .240
.034 4.001
.000
c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
.240 .034
4.001 .000
c
N of Valid Cases 264
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Lampiran 6; Pengujian Hipotesis
106
Pada tabel 4.25 diketahui hasil Chi-Square x
2
hitung sebesar 15.205 df = 1 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,000 lebih besar dari
0,05 sehingga H
a3
dititerima dan H
03
ditolak, yang artinya ada pengaruh pemahaman cara akses terhadap modal terhadap intensi kewirausahaan
siswa kelas XI SMK di Kabupaten Bantul. Selanjutnya setelah diketahui ada pengaruh pemahaman cara
akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha adalah mencari derajat asosiasi. Besar kecilnya derajat asosiasi dapat dihitung dengan
rumus kontingensi C sebagai berikut: C=
Hasil perhitungan tersebut selaras dengan tabel 4:26 Symmetric Measures pada kolom Contingency Coefficient yaitu sebesar
0,233. Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai C dengan nilai C
max
yang mungkin bisa terjadi. Perhitungan nilai C
max
adalah sebagai berikut:
= 0,816
Jika koefisien C dibandingkan dengan koefisien C
max
maka hasil yang diperoleh sebesar 0,285 0,2330,816. Maka kriteria rasio
CC
max
, koefisien 0,285 berada pada rentang 0,200 – 0,399 dengan
interpretasi rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh pendidikan
107
kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha dapat diinterpretasikan sedang.
4. Hipotesis Keempat