Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul.

(1)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA SMK DI KABUPATEN BANTUL

Studi Kasus Pada Siswa SMK Kelas XII di-Bantul

Akwilina Astry Riani Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif dan signifikan: (1) kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul; (2) pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul; (3) akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul; (4) kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul; (5) latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2016 – Oktober 2016. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK di SMK Negeri 1 Pandak, SMK Negeri 1 Pundong, SMK Binawiyata Srandakan dengan jumlah 575 siswa. Jumlah sampel sebanyak 236 siswa diambil dengan teknik Purposive Sampling. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan dianalisis dengan teknik Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh positif dan signifikan kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 1,930; dengan nilai Asymp. Sig 0,000) (2) ada pengaruh positif dan signifikan pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 60,006; dengan nilai Asymp. Sig 0,000) (3) ada pengaruh positif dan signifikan akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 29,719; dengan nilai Asymp. Sig 0,000) (4) ada pengaruh positif dan signifikan kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 1,128; dengan nilai Asymp. Sig 0,000) (5) tidak ada pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua (pekerjaan ayah) terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 1,383 (df) = 1 dan nilai Asymp. Sig 0,240) (6) tidak ada pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua (pekerjaan ibu) terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 0,750 (df) = 1 dan nilai Asymp. Sig 0,387).


(2)

ABSTRACT

FACTORS THAT AFFECT STUDENTS’ INTENTION IN

ENTREPRENEURSHIP OF SMK STUDENTS IN BANTUL REGENCY A Case Study On The Twelfth Grade Students In SMK-Bantul

Akwilina Astry Riani Sanata Dharma University

2016

This research aims to find out if there is a positive and significant influence in: (1) need for the achievement against students’ intention in entrepreneurship; (2) entrepreneurship education against students’ intention in entrepreneurship; (3) the accessment of capital against students’ intention in entrepreneurship; (4) creativity and innovative against students’ intention in entrepreneurship; (5) background of parents against students’ intention in entrepreneurship.

This type of research is a case study. The research was carried out from July to October, 2016. The population of this research were 575 students of the twelfth grade of SMK Negeri 1 Pandak, SMK Negeri 1 Pundong, SMK Negeri 1 Binawiyata Srandakan. The samples were 236 students taken by Purposive Sampling technique. Data were collected by using a questionnaire and analyzed by Chi-Square technique.

The results show that: (1) there is a significant and positive influence in the need for achievement to students’ intention in entrepreneurship (the Pearson Chi-Square x2 count of 1,930; Asymp value. SIG 0,000); (2) there is a significant and positive influence of entrepreneurship education to students’ intention of entrepreneurship (the Pearson Chi-Square x2 count of 60,006; Asymp value. SIG 0,000); (3) there is a significant and positive influence accessment to capital to students’ intention in entrepreneurship (the Pearson Chi-Square x2 count of 29,719; Asymp value. SIG 0,000); (4) there is a significant and positive influence in creativity and innovation to students’ intention in entrepreneurship (the Pearson Chi-Square x2 count of 1,128; Asymp value. SIG 0,000); (5) there is no influence of the background of parents (fathers’ occupation) against the students’ intention in entrepreneurship (the Pearson Chi-Square x2 count of 1,383; (df) = 1; Asymp value. SIG 0,240); (6) there is no influence of the background parents (mothers’ occupation) against the students’ intention in entrepreneurship (the Pearson Chi-Square x2 count of 0,750; (df) = 1; Asymp value. SIG 0,387);


(3)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI

BERWIRAUSAHA SISWA SMK DI KABUPATEN BANTUL

Studi Kasus Pada Siswa SMK Kelas XII di-Bantul SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Akwilina Astry Riani NIM: 121334033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan untuk:

TUHAN YESUS KRISTUS

Terimakasih Tuhan Yesus atas kelancaran dan kemudahan yang engkau berikan dalam mengerjakan skripsiku ini.

Orang tuaku tercinta, Bapak Aben dan Ibu Intan Theresia yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi dan selalu mendengarkan keluh kesah ku ketika aku merasa lelah dan bosan

dalam mengerjakan skripsiku.

Kakakku, Katarina Menuneda yang selalu memberikan semangat, dorongan, dan doa dalam mengerjakan skripsi ini.

Abangku, Trudo Maryesno yang selalu memberikan doa, dukungan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Adikku, Hendrikus Fery yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan doa dalam mengerjakan skripsiku.

Pacarku, Agustinus Suko Pranyoto yang selalu memberi ide, menemani, mendukung, dan menyemangatiku dalam penyusunan skripsi ini. Albertin Nopi Yundari, yang selalu memberikan dukungan, semangat,

saran, masukan, dan perhatian dalam penyusunan skripsi ini. Yuliana Kartika Tri Utami, yang selalu memberikan semangat,

dukungan, saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. Maria Sarwi Mitayani, yang selalu memberikan doa dan dukungan

dalam mengerjakan skripsiku.

Teman-teman satu bimbingan skripsi: Tina, Bima, Marsel, Ayu Puspita, Tio, Vero yang selalu setia menjadi teman diskusi saat mengerjakan

skripsi ini.

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku, Universitas Sanata Dharma


(7)

Motto

“Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya

didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya” (Abraham Lincoln)

“Orang yang bisa mengendalikan emosinya adalah pemenang hidup sejati” (Mario Teguh)

Kemenangan yang paling indah adalah bisa menaklukkan hati sendiri (La Fontaine)


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA SMK DI KABUPATEN BANTUL

Studi Kasus Pada Siswa SMK Kelas XII di-Bantul

Akwilina Astry Riani Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif dan signifikan: (1) kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul; (2) pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul; (3) akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul; (4) kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul; (5) latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2016 – Oktober 2016. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK di SMK Negeri 1 Pandak, SMK Negeri 1 Pundong, SMK Binawiyata Srandakan dengan jumlah 575 siswa. Jumlah sampel sebanyak 236 siswa diambil dengan teknik Purposive Sampling. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan dianalisis dengan teknik Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh positif dan signifikan kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 1,930; dengan nilai Asymp. Sig 0,000) (2) ada pengaruh positif dan signifikan pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 60,006; dengan nilai Asymp. Sig 0,000) (3) ada pengaruh positif dan signifikan akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 29,719; dengan nilai Asymp. Sig 0,000) (4) ada pengaruh positif dan signifikan kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 1,128; dengan nilai Asymp. Sig 0,000) (5) tidak ada pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua (pekerjaan ayah) terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 1,383 (df) = 1 dan nilai Asymp. Sig 0,240) (6) tidak ada pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua (pekerjaan ibu) terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 0,750 (df) = 1 dan nilai Asymp. Sig 0,387).


(11)

ABSTRACT

FACTORS TH

AT AFFECT STUDENTS’ INTENTION IN

ENTREPRENEURSHIP OF SMK STUDENTS IN BANTUL

REGENCY

A Case Study On The Twelfth Grade Students In SMK-Bantul

Akwilina Astry Riani Sanata Dharma University

2016

This research aims to find out if there is a positive and significant influence in: (1) need for the achievement against students’ intention in entrepreneurship; (2) entrepreneurship education against students’ intention in entrepreneurship; (3) the accessment of capital against students’ intention in entrepreneurship; (4) creativity and innovative against students’ intention in entrepreneurship; (5) background of parents against students’ intention in entrepreneurship.

This type of research is a case study. The research was carried out from July to October, 2016. The population of this research were 575 students of the twelfth grade of SMK Negeri 1 Pandak, SMK Negeri 1 Pundong, SMK Negeri 1 Binawiyata Srandakan. The samples were 236 students taken by Purposive Sampling technique. Data were collected by using a questionnaire and analyzed by Chi-Square technique.

The results show that: (1) there is a significant and positive influence in the need for achievement to students’ intention in entrepreneurship (the Pearson Chi -Square x2 count of 1,930; Asymp value. SIG 0,000); (2) there is a significant and positive influence of entrepreneurship education to students’ intention of entrepreneurship (the Pearson Chi-Square x2 count of 60,006; Asymp value. SIG 0,000); (3) there is a significant and positive influence accessment to capital to students’ intention in entrepreneurship (the Pearson Chi-Square x2 count of 29,719; Asymp value. SIG 0,000); (4) there is a significant and positive influence in creativity and innovation to students’ intention in entrepreneurship (the Pearson Chi-Square x2 count of 1,128; Asymp value. SIG 0,000); (5) there is no influence of the background of parents (fathers’ occupation) against the students’ intention in entrepreneurship (the Pearson Chi-Square x2 count of 1,383; (df) = 1; Asymp value. SIG 0,240); (6) there is no influence of the background parents (mothers’ occupation) against the students’ intention in entrepreneurship (the Pearson Chi-Square x2 count of 0,750; (df) = 1; Asymp value. SIG 0,387);


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kebutuhan Akan Prestasi, Pendidikan Kewirausahaan, Akses Terhadap Modal, Kreatifitas dan Inovatif, Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua” dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Selama menyusun dan penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.

4. Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing, terimakasih untuk doa, bimbingan, serta bantuannya selama ini. Terimakasih pula untuk motivasi, nasihat, perhatian yang telah Bapak berikan kepada saya.


(13)

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan membimbing saya selama proses perkuliahan.

6. Staf Kesekretariatan Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi yang telah membantu saya dalam urusan administrasi selama proses perkuliahan. 7. Kedua Orang tuaku tercinta, Bapak Aben dan Ibu Intan Theresia yang selalu

memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi dan selalu mendengarkan keluh kesah ku ketika aku merasa lelah dan bosan dalam mengerjakan skripsiku.

8. Kakakku, Katarina Menuneda yang selalu memberikan semangat, dorongan, dan doa dalam mengerjakan skripsi ini.

9. Abangku, Trudo Maryesno yang selalu memberikan doa, dukungan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

10.Adikku, Hendrikus Fery yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan doa dalam mengerjakan skripsiku.

11.Pacarku, Agustinus Suko Pranyoto yang selalu memberi ide, menemani, mendukung, dan menyemangatiku dalam penyusunan skripsi ini.

12.Albertin Nopi Yundari, yang selalu memberikan dukungan, semangat, saran, masukan, dan perhatian dalam penyusunan skripsi ini.

13.Yuliana Kartika Tri Utami, yang selalu memberikan semangat, dukungan, saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

14.Maria Sarwi Mitayani, yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam mengerjakan skripsiku.


(14)

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Kewirausahaan ... 14

B. Intensi Berwirausaha ... 17

C. Pendidikan Kewirausahaan ... 22

D. Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua ... 28

E. Kebutuhan Akan Prestasi ... 32

F. Kreatifitas dan Inovatif ... 34


(16)

H. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan ... 44

I. Kerangka Berpikir ... 47

J. Paradigma Penelitian ... 51

K. Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III METODE PENELITIAN ... 54

A. Jenis Penelitian ... 54

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 54

C. Subyek dan Obyek Penelitian... 55

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 55

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 58

F. Teknik Pengumpulan Data ... 61

G. Operasionalisasi Variabel ... 62

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 65

I. Teknik Analisis Data ... 74

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Deskripsi Data ... 85

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 95

C. Pengujian Hipotesis ... 97

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 117

BAB V PENUTUP ... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Keterbatasan ... 128

C. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 132


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan ... 16

Tabel 3.1 Nama dan Alamat Lokasi Penelitian ... 54

Tabel 3.2 Jumlah Populasi Siswa kelas XII di Kabupaten Bantul ... 56

Tabel 3.3 Data Siswa Kelas XII SMK Sebagai Sampel Penelitian ... 58

Tabel 3.4 Skala pengukuran ... 61

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Intensi Berwirausaha. ... 62

Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Kebutuhan Akan Prestasi ... 63

Tabel 3.7 Operasionalisasi Variabel pendidikan Kewirausahaan ... 63

Tabel 3.8 Operasionalisasi Variabel Akses Terhadap Modal ... 64

Tabel 3.9 Operasionalisasi Variabel Kreatifitas dan Inovatif ... 64

Tabel 3.10 Oprerasionalisasi variabel Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua . 65 Tabel 3.11 Nilai r Tabel ... 66

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Intensi Berwirausaha ... 67

Tabel 3.13 Hasil Pengujian Ulang Validitas Instrumen Variabel Intensi Berwirausaha ... 67

Tabel 3.14 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Kebutuhan Akan Prestasi ... 68

Tabel 3.15 Hasil Pengujian Ulang Validitas Instrumen Variabel Kebutuhan Akan Prestasi ... 69

Tabel 3.16 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Pendidikan Kewirausahaan ... 69

Tabel 3.17 Hasil Pengujian Ulang Validitas Instrumen Variabel Pendidikan Kewirausahaan ... 70


(18)

Tabel 3.18 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel Akses Terhadap

Modal ... 70

Tabel 3.19 Hasil Pengujian validitas Instrumen Variabel Kreatifitas dan Inovatif ... 71

Tabel 3.20 Hasil Pengujian Ulang Validitas Instrumen Variabel Kreatifitas dan Inovatif ... 72

Tabel 3.21 Hasil Pengujian Ulang Validitas Instrumen Variabel Kreatifitas dan Inovatif ... 72

Tabel 3.22 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 74

Tabel 3.23 Nilai Presentil PAP Tipe II ... 75

Tabel 3.24 Rentang Intensi Berwirausaha ... 77

Tabel 3.25 Rentang Kebutuhan Akan Prestasi ... 77

Tabel 3.26 Rentang Pendidikan Kewirausahaan ... 78

Tabel 3.27 Rentang Akses Terhadap Modal ... 79

Tabel 3.28 Rentang Kreatifitas dan Inovatif ... 80

Tabel 3.29 Kriteria Rasio C/Cmax ... 83

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Asal Sekolah .... 85

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Status Sekolah .. 86

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 86

Tabel 4.4 Perhitungan dan Intepretasi Penilaian Intensi Berwirausaha ... 87

Tabel 4.5 Nilai-nilai Statistik Variabel Intensi Berwirausaha ... 88

Tabel 4.6 Perhitungan dan Intepretasi Penilaian Kabutuhan Akan Prestasi . 89

Tabel 4.7 Nilai-nilai Statistik Variabel Kebutuhan Akan Prestasi ... 90

Tabel 4.8 Perhitungan dan Intepretasi Penilaian Pendidikan Kewirausahaan 91


(19)

Tabel 4.10 Perhitungan dan Intepretasi Penilaian Akses Terhadap Modal ... 92 Tabel 4.11 Nilai-nilai Statistik Variabel Akses Terhadap Modal ... 93 Tabel 4.12 Perhitungan dan Intepretasi Penilaian Kreatifitas dan Inovatif .... 94 Tabel 4.13 Nilai-nilai Statistik Variabel Kreatifitas dan Inovatif ... 95 Tabel 4.14 Rangkuman Pengujian Normalitas Masing-masing Variabel

Penelitian ... 96 Tabel 4.15 Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Kebutuhan Akan

Prestasi Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK

di Kabupaten Bantul ... 97 Tabel 4.16 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Kabutuhan Akan Prestasi

Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul 99 Tabel 4.17 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Kebutuhan Akan

Prestasi Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK

di Kabupaten Bantul ... 99 Tabel 4.18 Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh pendidikan

Kewirausahaan Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di

Kabupaten Bantul ... 101 Tabel 4.19 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan

Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul 102 Tabel 4.20 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Pendidikan

Kewirausahaan Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK

di Kabupaten Bantul ... 103 Tabel 4.21 Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Akses

Terhadap Modal Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK

di Kabupaten Bantul ... 104 Tabel 4.22 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Akses Terhadap Modal

Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK

di Kabupaten Bantul ... 106 Tabel 4.23 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Akses Terhadap

Modal Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK


(20)

Tabel 4.24 Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Kreatifitas dan Inovatif Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK

di Kabupaten Bantul ... 108 Tabel 4.25 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Kreatifitas dan Inovatif

Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK

di Kabupaten Bantul ... 109 Tabel 4.26 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Kreatifitas dan

Inovatif Terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK

di Kabupaten Bantul ... 110 Tabel 4.27 Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Latar Belakang

Pekerjaan Orang Tua (Pekerjaan Ayah) Terhadap Intensi

Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul ... 112 Tabel 4.28 Hasil Analisis Chi-Chi Square Pengaruh Latar Belakang

Pekerjaan Orang Tua (Pekerjaan Ayah) Terhadap Intensi

Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul ... 113 Tabel 4.29 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Latar Belakang

Pekerjaan Orang Tua (Pekerjaan Ayah) Terhadap Intensi

Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul ... 114 Tabel 4.30 Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Latar Belakang

Pekerjaan Orang Tua (Pekerjaan Ibu) Terhadap

Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul ... 114 Tabel 4.31 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Latar Belakang

Pekerjaan Orang Tua (Pekerjaan Ibu) Terhadap

Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten Bantul ... 116 Tabel 4.32 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Latar Belakang

Pekerjaan Orang Tua (Pekerjaan Ibu) Terhadap


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner dan Lembar Jawaban ... 135

Lampiran 2. Data Induk Penelitian ... 143

Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas... 186

Lampiran 4. Deskripsi Data ... 203

Lampiran 5. Pengujian Normalitas ... 208

Lampiran 6. Pengujian Hipotesis ... 212

Lampiran 7. Tabel r ... 222


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengangguran di Indonesia saat ini merupakan salah satu permasalahan yang masih menjadi pemikiran pemerintah dalam pembangunan suatu Negara. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2015 jumlah penduduk di Indonesia berjumlah 255.461.686 jiwa. Jumlah angkatan kerja bertambah 510 ribu orang menjadi 122,38 juta dibanding Agustus 2014 sebanyak 121,87 juta jiwa, ada pemutusan hubungan kerja (PHK) dan daya serap yang agak menurun sehingga pengangguran meningkat. Tingkat penggangguran terbuka menurut Tingkat Pendidikan didominasi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,65%, disusul Sekolah Menengah Atas (SMA) 10,32%, Diploma 7,54%, Sarjana 6,40%, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6,22% dan Sekolah Dasar Kebawah 2,74% (www.BPS.com). Jadi jumlah pengangguran yang berasal dari Diploma dan Perguruan Tinggi adalah sekitar 13,94%, angka yang dapat dikatakan tinggi. Dari data tersebut dapat kita lihat tingkat pengangguran di Indonesia masih sangat tinggi. Padahal mereka-merekalah yang diharapkan menjadi generasi muda yang dapat meningkatkan pembangunan di Indonesia.

Salah satu lembaga pendidikan formal yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), memiliki peran penting dalam menyiapkan lulusan yang siap menciptakan lapangan pekerjaan dan menyiapkan peserta didik untuk siap


(23)

terjun kelapangan pekerjaan, karena kurikulum SMK dirancang agar siswa memiliki kecakapan sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing, namun tidak dapat dipungkiri masih banyak lulusan SMK yang kesulitan mendapatkan pekerjaan, akibatnya angka pengangguran semakin bertambah.

Apabila pengangguran dibiarkan begitu saja tanpa ada tindak lanjutnya maka kemungkinan hal dapat terjadi. Misalkan saja seseorang yang tidak memiliki pekerjaan bisa terjadi sesuatu yang tidak baik seperti kriminalitas, pergaulan bebas, premanisme dan lain sebagainya. Padahal generasi-generasi muda inilah yang diharapkan bangsa untuk membangun dan membentuk bangsa ini.

Ada pula orang yang berpikir santai yaitu setelah lulus dari SMK mereka bekerja pada orang lain sebagai karyawan saja. Karena mereka beranggapan bahwa apabila mereka menjadi karyawan maka tidak memikirkan modal atau biaya-biaya yang dikeluarkan dalam perusahaan. Mereka hanya memikirkan bagaimana menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan perusahaan. Ketika saatnya tiba maka mereka akan mendapatkan gaji bulanan sesuai dengan kesepakatan yang sudah disepakat di awal kontrak kerja. Pola pikir semacam ini memiliki pengaruh besar pada diri seseorang untuk berkembang. Seseorang yang berasal dari keluarga menengah kebawah akan cenderung memutuskan untuk bekerja menjadi karyawan, namun jika seseorang berasal dari kalangan menengah keatas cenderung mengikuti pekerjaan orang tuanya.


(24)

Namun disisi lain ada yang beranggapan bahwa apabila menjadi karyawan dapat dinilai sebagai sesuatu yang lamban dalam berproses. Menjadi karyawan ditempat orang lain itu harus melalui proses terlebih dahulu untuk bisa naik ke level yang lebih tinggi lagi. Disamping itu apabila bekerja dibawah pimpinan orang maka kita harus siap mematuhi peraturan yang sudah dimiliki diperusahaan tersebut. Dan tidak dipungkiri bahwa akan ada tekanan atau perasaan tidak nyaman pada pimpinan misalkan saja ketika tidak sepikir atau memiliki pendapat yang berbeda atau selisih paham lainnya.

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada yaitu dengan cara berwirausaha. Berwirausaha merupakan salah satu pendukung yang menentukan maju mundurnya perekonomian, Karena dengan berwirausaha seseorang dapat berkreasi dan mandiri. Apabila seseorang menjadi wirausaha maka akan memiliki penghasilan sendiri tanpa harus bekerja dengan orang lain, selain itu juga menciptakan lapangan pekerjaan yang memungkinkan untuk mempekerjakan orang lain. Oleh sebab itu generasi muda diharapkan mampu mendapatkan peluang untuk berwirausaha agar potensi diri dapat tersalurkan (Yogi Herdani, 2010).

Keinginan berwirausaha (intensi berwirausaha) di kalangan siswa SMK yang masih kurang sangat disayangkan, karena intensi berwirausaha para siswa SMK dapat menjadi sumber lahirnya wirausaha-wirausaha masa depan. Salah satu faktor penting dalam menciptakan wirausaha adalah niat. Niat atau intensi merupakan kesungguhan seseorang untuk melakukan kegiatan usaha. Niat seseorang berwirausaha yang semakin besar akan semakin baik dalam


(25)

memulai usahanya. Niat seseorang yang diimbangi dengan keyakinan terhadap dirinya akan berdampak baik terhadap lahirnya wirausahawan baru sehingga dapat menciptakan peluang atau lapangan kerja.

Niat berwirausaha sangat didukung dari pendidikan kewirausahaan. Program keahlian bertujuan untuk mempersiapkan siswa SMK untuk membekali siswa tersebut dengan pemberian materi pelajaran, pelatihan dan berbagai praktek. Pembekalan tersebut diharapkan dapat membantu siswa untuk terjun kedunia kerja setelah lulus. Sebagai contoh, para siswa dibekali pendidikan kewirausahaan agar siswa tersebut dapat menerapkan materi yang didapatkan di sekolah tentang kewirausahaan tersebut ke dalam dunia kerja, diharapkan para siswa termotivasi dan dapat menerapkan ilmu-ilmu kewirausahaan yang di dapat disekolah ke dalam dunia pekerjaan setelah mereka lulus nantinya.

Upaya tersebut di atas diharapkan selain membekali siswa dengan teori dan keterampilan dasar kewirausahaan, upaya ini juga dapat membentuk persepsi yang baik tentang kewirausahaan dalam diri siswa. Jika persepsi baik terhadap kewirausahaan telah tertanam dalam diri siswa SMK maka akan menjadi keinginan bagi mereka untuk memiliki keinginan berwirausaha.

Salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan disuatu Negara terletak pada peranan lembaga pendidikan formal melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. Lembaga pendidikan formal bertanggung jawab dalam mendidik dan memberikan kemampuan wirausaha kepada para lulusanya dan memberikan motivasi untuk berani memilih


(26)

berwirausaha sebagai karir mereka. Niat untuk berwirausaha harus ditanamkan dalam benak siswa SMK, sehingga ketika siswa lulus maka mereka sudah memiliki gambaran apa yang akan mereka lakukan untuk memulai berwirausaha.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada siswa-siswi SMK maka dapat disimpulkan bahwa siswa dan siswi lebih cenderung atau tidak ingin memiliki niatan untuk berwirausaha. Hal tersebut dikarenakan mereka beranggapan bahwa bekal yang sudah mereka miliki belum cukup untuk terjun langsung kedunia usaha, baik secara teori, konsep dan metode ilmiah tentang kewirausahaan. Mereka juga mengatakan bahwa wirausaha bukanlah suatu karir yang menarik bagi mereka karena dengan berwirausaha banyak hal yang harus dilakukan salah satunya yaitu harus memiliki keterampila atau skill untuk berwirausaha. Oleh sebab itu mereka lebih memilih pekerjaan lain selain wirausaha. Dari hasil wawancara tersebut seharusnya sebagai siswa-siswi SMK mereka harusnya berani terjun langsung kedunia usaha karena pada saat mereka mendapatkan pendidikan kewirausaan mereka sudah menguasai ilmu-ilmu kewirausaan yang dapat menjadi bekal untuk sukses. Pada wawancara yang peneliti lakukan terlihat bahwa persepsi baik terhadap wirausaha belum terbentuk, sama halnya dengan keinginan untuk berwirausaha belum terbentuk pada siswa-siswi yang peneliti wawancarai.

Latar belakang pekerjaan orang tua sangat penting bagi anak karena pekerjaan orang tua mempengaruhi standar yang ditentukan orang tua bagi


(27)

anaknya, dari pengalaman kerjanya orang tua mengetahui sikap, kecakapan, dan kualitas apa saja yang perlu untuk keberhasilan. Kemudian orang tua mencoba memupuk sikap dan sifat itu pada anaknya. Jadi, standar dunia pekerjaan orang tua mempengaruhi pola asuh anak. Hal ini berarti jika orang tuanya sebagai wirausahawan, maka orang tua akan mendorong anaknya supaya mempunyai minat yang tinggi berwirausaha, oleh sebab itu latar belakang pekerjaan orang tua dapat menentukan perkembangan anak dan dapat mempengaruhi pola pikir anak.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada siswa-siswi SMK maka dapat disimpulkan bahwa siswa dan siswi lebih cenderung atau tidak ingin memiliki niatan untuk berwirausaha. Hal tersebut dikarenakan mereka lebih tertarik dengan pekerjaan yang tidak beresiko tinggi. Pada saat peneliti mewawancari salah satu siswa yang berasal dari keluarga pedagang di salah satu kecamatan di kabupaten Bantul, siswa tersebut mengatakan bahwa jika memiliki pekerjaan sebagai wirausaha maka keuntungan yang diperoleh tidak menentu. Kemudian saat peneliti melakukan wawancara kepada siswa yang berasal dari keluarga pegawai disalah satu instansi, siswa tersebut mengatakan bahwa memiliki pekerjaaan sebagai pegawai disalah satu instansi merupakan pilihan yang tepat karena pekerjaan tersebut dapat menjamin masa depan. Sesuai dengan tujuan Sekolah Menengah Kejuruan yaitu menghasilkan peserta didik yang siap kerja maka sebagai peserta didik yang latar belakang pekerjaan orang tua sebagai pedagang atau memiliki usaha sendiri seharusnya mereka lebih memiliki niatan untuk berwirausaha atau mampu


(28)

mengembangkan usaha yang lebih besar lagi dari apa yang telah dijalankan orang tuanya. Sebenarnya keinginan untuk berwirausaha sudah muncul pada diri siswa-siswi tetapi mereka belum menyadari sepenuhnya dan belum mampu mengembangkan apa yang akan mereka lakukan, hal yang mereka lakukan selama ini hanya membayangkan saja tanpa adanya upaya untuk memulai dan menjalankan suatu usaha.

Kebutuhan akan prestasi merupakan suatu kesatuan watak yang memotivasi seseorang untuk menciptakan sesuatu, hal ini mendorong individu untuk sukses. Orang-orang inilah yang memiliki kebutuhan akan berprestasi yang tinggi yang dinilai akan berani dalam mengambil keputusan yang telah mereka buat. Selain itu, adanya keinginan yang tinggi untuk berhasil dalam mencapai sesuatu. Untuk mencapai suatu tujuan yang menjadi standar yang telah ditentukan ada upaya yang secara terus-menerus dilakukan. Tidak serta-merta menyerah begitu saja jika tujuan yang diinginkan belum tercapai. Seseorang cenderung melakukan tindakan untuk sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dari sebelumnya.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada siswa-siswi SMK maka dapat disimpulkan bahwa siswa dan siswi lebih cenderung atau tidak ingin memiliki niatan untuk berwirausaha. Hal tersebut dikarenakan siswa atau siswi tidak memiliki standar yang tinggi untuk mencapai kesuksesan atau keunggulan. Tidak ada upaya yang dilakukan untuk mencapai sesuatu yang ingin diraih. Keberanian untuk mengambil keputusan secara mandiri tidak tampak pada siswa-siswi sehingga mereka tidak memiliki


(29)

keinginan untuk selalu belajar dari keputusan yang telah diambil, padahal untuk menjadi wirausaha yang sukses dan unggul sangat diperlukan upaya secara terus-menerus agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Dalam hal ini siswa-siswi tidak memiliki motivasi atau dorongan untuk berhasil yang tinggi dalam memulai dan menjalankan suatu usaha. Mereka takut jika usaha yang akan mereka jalankan tidak membuahkan hasil yakni tidak akan suskes jika mereka memiliki usaha, selain itu siswa-siswi mengatakan bahwa mereka tidak mampu mengatasi kesulitan yang akan muncul jika usaha sudah didirikan karena dengan memiliki usaha tanggung jawab yang harus dipenuhi juga sangat tinggi. Seharusnya sebagai siswa-siswi SMK mereka harus memiliki standar yang tinggi untuk memulai suatu usaha karena lulusan SMK diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi untuk membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.

Menumbuhkan kreatifitas dan inovatif siswa SMK dipercaya merupakan alternatif jalan keluar untuk mengurangi tingkat pengganguran, Karena siswa SMK diharapkan dapat menjadi wirausahawan muda terdidik yang mampu merintis usahanya sendiri. Bukan hanya menjadi karyawan yang bekerja dibawah kekuasaan orang lain bahkan harus menaati sebuah peraturan kerja, tetapi mampu menyiapkan lapangan pekerjaan untuk orang lain.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada siswa-siswi SMK maka dapat disimpulkan bahwa siswa dan siswi lebih cenderung atau tidak ingin memiliki niatan untuk berwirausaha. Hal tersebut dikarenakan mereka beranggapan bahwa usaha yang akan mereka dirikan tidak ada


(30)

bedanya dengan usaha yang pernah ada sebelumnya. Oleh sebab itu mereka takut jika tidak ada yang spesial dari usaha mereka maka usaha yang mereka jalankan tidak akan berhasil. Seharusnya mereka menyadari bahwa lulusan dari SMK merupakan lulusan yang memiliki kreatifitas dan inovatif tinggi dan tidak menutup kemungkinan untuk mereka berhasil di dunia usaha.

Untuk mendirikan atau menjalankan suatu usaha sangat diperlukan sejumlah uang maupun tenaga. Modal dalam bentuk uang akan digunakan untuk membiayai usaha yang akan dijalankan mulai dari biaya pra investasi sampai dengan berjalannya suatu usaha. Untuk menjalankan suatu usaha seorang wirausahawan dapat memperoleh modal awal usaha melalui beberapa sumber, seperti tabungan pribadi, teman anggota keluarga, malaikat penolong, mitra, modal ventura korporasi, perusahaan modal ventura, dan penjualan saham ke publik. Zimmerer dalam Slamet Franky dkk (2013:107).

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada siswa-siswi SMK maka dapat disimpulkan bahwa siswa dan siswi lebih cenderung atau tidak ingin memiliki niatan untuk berwirausaha. Hal tersebut dikarenakan mereka merasa kesulitan mendapatkan sumber-sumber modal untuk memulai usaha yang akan mereka jalankan. Mereka juga mengatakan dengan mendirikan suatu usaha maka membutuhkan biaya yang sangat besar dan memiliki resiko tinggi, oleh karena itu siswa-siswi merasa belum memiliki keberanian jika harus menanggung resiko kerugian yang akan mereka terima. Seharusnya siswa-siswi tersebut memiliki keinginan tinggi untuk memulai usaha, kesulitan mendapatkan sumber modal bukanlah alasan yang tepat


(31)

karena jika kita memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk memulai usaha maka akan banyak sumber-sumber modal yang dapat kita manfaatkan untuk membangun usaha yang kita impikan.

Tinggi atau rendahnya intensi berwirausaha dipengaruhi oleh banyak faktor yang sudah dijelaskan di atas. Penelitian ini memfokuskan pada faktor kebutuhan akan prestasi, pendidikan kewirausaan, akses pada modal, latar belakang pekerjaan orang tua, kreatifitas dan inovatif. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti akan melakukan penelitian di SMK-SMK yang berada di daerah pesisir. Alasan peneliti melakukan penelitian di daerah pesisir yaitu siswa dan siswi SMK tidak memiliki dorongan untuk berhasil. Mereka cenderung tidak memiliki motivasi untuk sukses, tampak pada diri siswa-siswi tidak memiliki standar yang tinggi untuk memiliki prestasi yang tinggi dalam menjalankan usaha sebagai wirausaha.

Hal lain yang menjadi alasan peneliti melakukan penelitian di daerah pesisir adalah latar belakang pekerjaan orang tua yang sebagian besar sebagai buruh dan pedagang. Kita mengetahui bahwa pedangan juga dikatakan sebagai wirausaha karena kegiatan dari pedagang yaitu membeli dan menjual. Oleh karena daerah pesisir merupakan daerah pariwisata maka sangat cocok jika penduduk bekerja sebagai pedagang di daerah yang sering di kunjungi oleh wisatawan. Hal ini lah yang menjadi salah satu alasan peneliti ingin melakukan penelitian di daerah pesisir. Dengan alasan latar belakang pekerjaan orang tua sebagai pedangan atau wirausaha diyakini bahwa anak dari orang tua tersebut juga memiliki keinginan untuk menjalankan usaha


(32)

sebagai wirausaha. Diharapkan anak mampu menjalankan usaha sendiri dan mampu mengembangkan usaha yang lebih besar lagi, apalagi didukung oleh daerah yang disebut sebagai daerah pariwisata, dipastikan akan banyak wisatawan yang datang untuk mengunjungi usaha yang dimiliki.

Namun hal tersebut berbanding terbalik, terlihat pada diri siswa-siswi mereka tidak memiliki keinginan untuk memiliki usaha oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian dengan tujuan ingin melihat intensi wirausaha siswa-siswi SMK.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah kebutuhan akan prestasi berpengaruh terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul?

2. Apakah pendidikan kewirausahaan berpengaruh terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul?

3. Apakah akses terhadap modal berpengaruh terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul?

4. Apakah kreatifitas dan inovatif berpengaruh terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul?

5. Apakah latar belakang pekerjaan orang tua berpengaruh terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul?


(33)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas maka tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai serikut :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendidikan kewirausahaan

terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh akses terhadap modal terhadap

intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul.

4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul.

5. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha siswa SMK kelas XII di Kabupaten Bantul.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk dapat menumbuhkan minat berwirausaha pada siswa SMK.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana aktualisasi pengetahuan yang telah didapatkan penulis selama melaksanakan studi, dan juga


(34)

sebagai bahan perbandingan antara teori dan dengan fakta faktor-faktor yang mempengaruhi intensi wirausaha siswa SMK.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan literatur perpustakaan, sehingga mempermudah peneliti selanjutnya untuk mendapatkan referensi jika peneliti selanjutnya meneliti faktor-faktor apa saja yang diperlukan dalam meningkatkan minat berwirausaha terhadap siswa SMK.


(35)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kewirausahaan

1. Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan menurut Basrowi (2011:1) berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, bekerja berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Menurut Hendro (2011:29) wirausahaa adalah pelaku utama dalam pembangunan ekonomi dan fungsinya adalah melakukan inovasi atau kombinasi-kombinasi yang baru untuk sebuah inovasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak yang berpikir bahwa kewirausahaan itu identik dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh usahawan atau wiraswasta. Namun pikiran itu salah, karena jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan, namun juga dimiliki oleh setiap orang yang bisa berpikir kreatif dan mampu bertindak inovatif. Menurut Suryana (2006:2) kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Jadi, dengan memiliki pemikiran yang kreatif dan didukung dengan tindakan yang inovatif maka akan terciptanya sesuatu yang baru sebagai sebuah peluang.


(36)

Menurut Thomas W. Zimmerer dalam Suryana (2013:11)

mengemukakan “Entrepreneurship is applying creativity and innovation

to solve the problems and to exploit opportunities that people face everyday”. Kewirausahaan adalah penerapan kreatifitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreatifitas, inovasi, dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.

Pengertian kewirausahaan menurut Intruksi Presiden RI (dalam Basrowi, 2002:2) No. 4 Tahun 1995: “kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh yang lebih besar.”

Sedangkan menurut Sumarsono (2013) entrepreneur (wirausaha) merupakan seseorang yang mengmbil resiko yang diperlukan untuk mengorganisasi dan mengelola suatu bisnis dan menerima imbalan atau balas jasa berupa keuntungan (profit) dalam bentuk financial maupun non financial. Seseorang mampu dan berani menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain, yang bertujuan mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri dan masyarakat pada umumnya.


(37)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa entrepreneur (wirausaha) adalah orang yang mendirikan, menjalankan, dan melembagakan usaha yang dimilikinya. Dalam usaha tersebut diperlukan sikap dalam melaksanakan usaha atau kegiatan dan proses menciptakan sesuatu yang lain dengan sikap kreatifitas yang tinggi, tindakan inovasi dan berani menghadapi risiko dalam rangka penciptaan tambahan kekayaan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Dalam berwirausaha sikap kreatif dan inovatif dibutuhkan untuk menciptakan sesuatu karya atau ide-ide yang baru yang berbeda dari yang lain.

2. Karakteristik Kewirausahaan

Seorang wirausahaan itu pasti memiliki karakteristik tertentu yang dapat kita liat. Menurut Suryana (2013:22) ada 6 karakteristik dan watak kewirausahaan yang dapat kita liat sebagai berikut:

Tabel 2.1

Karakteristik dan Watak Kewirausahaan

No Karakteristik Watak

1. Percaya diri dan optimis Memiliki kepercayaan diri yang kuat, ketidakbergantungan terhadap orang lain, individualistis.

2. Berorientasi pada tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan tabah, bertekad kerja keras serta inisiatif.

3. Berani mengambil resiko dan menyukai tantangan

Mampu mengambil resiko yang wajar. 4. Kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah

beradaptasi dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran dan kritik.

5. Keorisinalitasan Inovatif, kreatif dan fleksibel

6. Berorientasi masa depan Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan.


(38)

Menurut Suryana (2013:108) keberhasilan dalam kewiausahaan ditentukan oleh tiga faktor, yaitu yang mencakup hal-hal berikut:

1. Kemampuan dan kemuan. Orang yang tidak memiliki kemampuan, tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses. Sebaliknya, orang yang memiliki kemauan dan dilengkapi dengan kemampuan akan menjadi orang yang sukses. Kemauan tidak cukup bila tidak dilengkapi dengan kemampuan.

2. Tekat yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak memiliki tekat yang kuat, tetapi memiliki kemauan untuk berkerja keras dan orang yang suka bekerja keras, tetapi tidak memiliki tekat yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.

3. Kesempatan dan peluang. Ada solusi ada peluang sebaliknya tidak ada solusi tidak akan ada peluang. Peluang ada jika kita menciptakan peluang itu sendiri, bukan mencari-cari atau menunggu peluang yang datang kepada kita.

B. Intensi Berwirausaha

Riyanti (2008) dalam Sumarsono (2013) mengatakan bahwa intensi merupakan posisi seseorang dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan beberapa tindakan. Intensi merupakan faktor motivasional yang mempengaruhi tingkah laku. Intensi dipandang sebagai ubahan yang paling dekat dari individu untuk melakukan


(39)

perilaku, maka dengan demikian intensi dapat dipandang sebagai hal yang khusus dari keyakinan yang obyeknya selalu individu dan atribusinya selalu perilaku.

Intensi, menurut Sanjaya (2007) dalam Sumarsono (2013) memainkan peranan yang khas dalam mengarahkan tindakan, yakni menghubungkan antara pertimbangan yang mendalam yang diyakini dan diinginkan oleh seseorang dengan tindakan tertentu. Selanjutnya intensi adalah kesungguhan niat seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu. Maka intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai niat atau keinginan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan wirausaha (Wijaya, 2007 dalam Sumarsono, 2013).

Dari pendapat tentang intensi dan wirausaha yang telah dikemukakan, intensi wirausaha adalah keinginan/ niat yang ada pada diri seseorang (siswa SMK) untuk melakukan suatu tindakan wirausaha.

Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Tony Wijaya (2007) mengemukakan bahwa berdasarkan teori tersebut, intensi merefleksikan keinginan individu untuk mencoba menetapkan perilaku, yang terdiri dari tiga determinan, yaitu: 1. Sikap Terhadap Perilaku

Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Individu yang memiliki keyakinan yang positif terhadap suatu perilaku akan memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan tersebut. Atau dengan kata lain, sikap yang mengarah pada perilaku


(40)

ditentukan oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku, yang disebut dengan istilah keyakinan terhadap perilaku.

2. Norma Subjektif

Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (yang diharapkan orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif dalam individu. Keyakinan yang mendasari norma subjektif yang dimiliki individu disebut sebagai keyakinan normatif. Individu memiliki keyakinan bahwa individu atau kelompok tertentu akan menerima atau tidak menerima tindakan yang dilakukannya. Apabila individu meyakini apa yang menjadi norma kelompok, maka ia akan mematuhi dan membentuk perilaku yang sesuai dengan kelompoknya. Dapat disimpulkan, bahwa norma kelompok inilah yang membentuk norma subjektif dalam diri individu, yang akhirnya akan membentuk perilakunya.

3. Kontrol Perilaku yang Disadari

Kontrol perilaku merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor-faktor yang memfasilitasi dan menghalangi performansi perilaku individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Keyakinan ini didasari oleh pengalaman terdahulu tentang perilaku tersebut, yang dipengaruhi oleh informasi dari orang lain, misalnya dari pengalaman orang-orang yang dikenal/teman-teman.


(41)

Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang meningkatkan atau mengurangi kesulitan yang dirasakan jika melakukan tindakan atau perilaku tersebut. Kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi lemah. Van Gelderen, et al. (2006:6) intensi diwakili oleh empat faktor, yaitu: desires, preferences, plans dan behavior expectancies. Desires adalah sesuatu dalam diri seseorang yang berupa keinginan untuk memulai suatu usaha. Preferences adalah suatu dalam diri seseorang yang menujukkan bahwa berwirausaha adalah suatu kebutuhan yang harus dicapai. Plans adalah suatu harapan yang ada dalam diri seseorang untuk memulai suatu usaha dimasa akan datang. Sedangkan behavior exspectancies adalah suatu kemungkinan untuk berwirausaha dengan diikuti oleh target memulai usaha.

Terdapat beberapa alasan yang dapat dijadikan alasan untuk mengembangkan intensi berwirausaha yang ada dalam diri individu, yaitu (Muhammad, 2009, p. 25):

a. Keuangan, berwirausaha dapat dijadikan jalan untuk mencari nafkah, pendapatan tambahan, menjaga kestabilan keuangan dan menjadi orang yang kaya.

b. Sosial, memiliki gengsi dan status yang berbeda agar lebih di hargai dan di hormati, memberikan contoh pada orang lain bahwa menjadi wirausaha bukanlah pekerjaan yang rendah status sosialnya. Bahkan wirausaha dapat memiliki status sosial yang jauh lebih tinggi dari seorang karyawan jika ia berhasil menjadi orang yang sukses dalam menjalankan bisnisnya.


(42)

c. Pelayanan, dapat memberikan pelayanan pada masyarakat luas karena dengan berwirausaha dapat memberikan lapangan pekerjaan, membantu perekonomian masyarakat, mensejahterakan orang lain, membahagiakan keluarga dengan keberhasilan yang di raihnya.

d. Memuaskan diri, berwirausaha dapat membentuk diri orang menjadi mandiri, memenuhi tujuan hidup yang di inginkan, menjadi orang yang lebih produktif.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa intensi berwirausaha adalah keinginan atau niat pada diri seseorang untuk melakukan tindakan wirausaha yaitu secara mandiri dan bersungguh-sungguh dengan yakin untuk memulai usaha yang tidak terlepas dengan resiko dan ketidakpastian, namun dengan adanya ide-ide kreatif dan tindakan inivatif maka suatu usaha akan berkembang. Dengan mempunyai intensi, seseorang yang akan memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik pada usaha yang dijalaninya.

Kesimpulan tentang intensi berwirausaha yag paling utama dari pendapat Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Tony Wijaya (2007); Van Gelderen, et al. (2006:6); dan Muhammad, 2009, p. 25: yang pertama adalah sikap terhadap perilaku, intensi berwirausaha merefleksikan keinginan seseorang untuk menatap sesuatu yaitu keyakinan yang positif bahwa perilaku membawa kepada hasil yang diinginkan dan cenderung melakukan tindakan, sehingga mengarahkan seseorang untuk melakukan tindakan wirausaha. Yang kedua adalah preferences, suatu dorongan pada diri seseorang yang


(43)

menunjukka bahwa berwirausaha merupakan sesatu yang hendaknya dicapai sebagai sebuah kebutuhaan. Yang ketiga adalah plans, dalam melakukan sesuatu hendaknya dimulai dengan perencanaan yang didsari dengan harapan untuk memuai suatu usaha di masa yan akan datang. Yang keempat adalah sosial, keinginan untuk menunjukan bahwa dengan menjadi wirausaha bukanlah pekerjaan yang rendah status sosialnya, namun dengan berwirausaha dapat memiliki status sosial yang jah lebih tinggi dari karyawan jika sukses dalam menjalankan bisnisnya. Yang kelima adalah pelayanan, dengan berwirausaha dapat memberikan lapangan pekerjaan, membantu perekonomian masyarakat, mensejahterakan orang lain, dan membahagiakan keluarga atas hasil yan di raih. Dan yang ke enam adalah memuaskan diri, denan berwirausaha maka membantu seseorang membentuk dirinya menjadi mandiri, memiliki tujuan hidup yang di inginkannya dan menjadi orang lebih prodktif dengan keberhasilan dalam menjalankan usahanya.

C. Pendidikan Kewirausahaan 1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan proses pendidikan. Pendidikan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat dan pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Redja Mudyaharjo (2012:11), pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan


(44)

oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.

Pendidikan nantinya akan berguna bagi masyarakat dikemudian hari. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin banyak pula pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Menurut W.J.S. Poerwadarminta (1985) dalam Tatang (2012: 13) menjelaskan secara linguistis sebagai kata benda, pendidikan berarti proses perubahan sikap dan tingkahlaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan akan memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada peserta didik sehingga mereka dapat berfikir ke depan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wasty Soemanto (1999:21), pendidikan adalah proses pengalaman yang menghasilkan pengalaman yang memberikan kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar mendewasakan peserta didik dan mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki pengetahuan dan pengalaman. Proses pembelajaran dapat terjadi di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah maupun di luar sekolah.


(45)

2. Pendidikan Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses (Suryana, 2006:2). Intinya bahwa kewirausahaan merupakan suatu pemikiran kreatif dan tindakan inovatif yang akan terciptanya peluang. Kewirausahaan berisi bidang pengetauan yang utuh dan nyata, yaitu terdapat teori, konsep, dan metede ilmu yang lengkap.

Dengan menunjuk definisi pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar mendewasakan peserta didik dan mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki pengetahuan dan penngalaman dan definisi kewirausahaan adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif dalam menciptakan sesuatu yang baru memiliki manfaat bagi diri sendiri dan orang lain serta mampu menghadapi masalah dan memanfaatkan peluang, maka pendidikan kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan lembaga pendidikan untuk menanamkan pengetahuan, nilai, jiwa dan sikap kewirausahaan kepada peserta didik guna membekali diri menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan inovatif. Hal ini juga bertujuan untuk menciptkan wirausaha-wirausaha baru yang handal dan berkarakter dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Yunita Widyaning, 2014).

Pendidikan kewirausahaan adalah senjata penghancur pengangguran dan kemiskinan, dan menjadi tangga menuju impian setiap masyarakat untuk mandiri secara finansial, memiliki kemampuan membangun


(46)

kemakmuran individu, sekaligus ikut membangun kesejahteraan

masyarakat (Jamal Ma’mur Asmani, 2011 dalam Yunita Widyaning,

2014). Pemerintah telah mengeluarkan Intruksi Presiden No 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan. Instruksi ini mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia untuk mengembangkan program-program kewirausahaan. Banyaknya wirausaha merupakan salah satu penopang perekonomian nasional sehingga harus diupayakan untuk ditingkatkan terus-menerus.

Pendidikan kewirausahaan mengajarkan penanaman nilai-nilai kewirausahaan yang akan membentuk karakter dan perilaku untuk berwirausaha agar peserta didik dapat mandiri. Pendidikan kewirausahaan juga mampu membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi kewirausahaan yang nantinya akan membawa manfaat besar bagi kehidupannya (Yunita Widyaning, 2014). Kriteria keberhasilan pendidikan kewirausahaan, adalah memiliki kemandirian yang tinggi, memiliki kreatifitas yang tinggi, berani mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, memiliki karakter kepemimpinan yang tinggi, memiliki keterampilan/skill berwirausaha, memahami konsep-konsep kewirausahaan dan memiliki karakter pekerja keras.

Menurut Buchari Alma (2011) dalam

http://www.pendidikanekonomi.com/p/blog-page.html?m=1 nilai-nilai kewirausahaan tersebut antara lain:


(47)

a. Percaya Diri, indikatornya: penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin dan tanggung jawab.

b. Inisiatif, indikatornya: energik, cekatan dalam bertindak dan aktif. c. Memiliki Motif Berprestasi, indikatornya: orientasi pada hasil dan

wawasan kedepan.

d. Memiliki Jiwa pemimpin, indikatornya: dapat dipercaya, tangguh dalam bertindak.

e. Orisinalitas, indikatornya: punya referensi yang cukup, tidak menyontek atau plagiat.

Menurut Churchill dalam Rambat Lupyoadi (2007) dalam (Yunita Widyaning, 2014), pendidikan sangat penting bagi keberhasilan wirausaha. Kegagalan pertama dari seorang wirausaha adalah karena lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun, juga tidak menganggap remeh arti pengalaman bagi seorang wirausaha. Baginya kegagalan kedua adalah jika seorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi miskin pengalaman lapangan. Oleh karena itu perpaduan antara pendidikan dan pengalaman adalah faktor utama yang menentukan keberhasilan wirausaha.

3. Alasan Perlu Diajarkan Pendidikan Kewirausaaan

Menurut Soeharto Prawirokusumo dalam Daryanto (2012:4), pendidikan kewirausahaan perlu diajarkan sebagai disiplin ilmu tersendiri yang independen, karena:


(48)

a. Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata, yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.

b. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu venture start-up dan venture-growth, ini jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum yang memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha.

c. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki obyek tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

d. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan

Adapun perlunya pendidikan kewirausahaan di Indonesia menurut R. Djatmiko Danuhadimedjo (1998) dalam http://assetanita.blogspot.co.id/ 2012/12/pendidikan-kewirausahaan.html adalah:

a. Untuk mengembangkan, memupuk dan membina bibit atau bakat pengusaha sehingga bibit tersebut lebih berbobot dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir.

b. Untuk memberikan kesempatan kepada setiap manusia supaya sedapat mungkin dan menumbuhkan kepribadian wirausaha.

c. Pendidikan kewirausahaan menjadi manusia berwatak dan unggul, memberikan kemampuan untuk membersihkan sikap mental negatif meningkatkan daya saing dan daya juang.


(49)

d. Dengan demikian apabila kepribadiaan kewirausaha kita miliki, maka negara kita yang sedang berkembang ini akan dapat menyusul ketinggalan atau menyamai negara yang sudah maju.

e. Untuk menumbuhkan cara berpikir yang rasional dan produktif dalam memanfaatkan waktu dan faktor-faktor modal yang dimiliki oleh wirausaha tradisonal pribumi.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan pada dasarnya terfokus pada upaya untuk mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan inovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk sikap.

D. Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua 1. Pengertian Jenis Pekerjaan Orang Tua

Definisi jenis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) adalah yang mempunyai ciri (sifat, keturunan dan sebagainya) yang khusus, sedangkan pekerjaan adalah kegiatan melakukan sesuatu, kegiatan yang dilakukan untuk mencari nafkah sebagai mata pencaharian. Sedangkan pekerjaan adalah hal-hal yang diperbuat, dilakukan, tugas kewajiban, suatu yang dapat dikerjakan, dilakukan atau dijalankan untuk mendapatkan nafkah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis pekerjaan adalah segala sesuatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan penghasilan.


(50)

2. Pengertian Orang Tua

Pengertian orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya), orang-orang yang dihormati (disegani) dikampung, tertua. Jadi orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari yang biasanya disebut ayah dan ibu. Merekalah yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan kehidupan keluaga suatu rumah tangga. Sedangkan anggota keluarga adalah semua anak-anaknya yang berada dalam penguasaan maupun asuhan orang tua.

Secara umum dapat dikatakan bahwa orang tua adalah sekelompok sosial terkecil yang terdiri dari ayah dan ibu atau salah satu dari keduanya serta wali yang bertanggung jawab terhadap anak (suhartin, 1984:6). Pekerjaan atau lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan/instansi di mana seseorang berkerja atau pernah bekerja (Riwanto, 1994:7).

Pekerjaan dibedakan menjadi 2 jenis menurut Kumaladewi (2013:33), yaitu:

1. Pekerjaan pokok

Adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sifat pekerjaan ini adalah tetap. Apabila penghasilan dari pekerjaan pokok ini tidak atau belum mencukupi untuk keperluan hidupnya, maka perlu diusahakan adanya penghasilan lain di luar penghasilan pokok.

2. Pekerjaan sampingan atau tambahan

Adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan sambilan untuk melengkapi pekerjaan pokok.


(51)

Jenis pekerjaan dalam penelitian ini adalah bidang pekerjaan yang ditekuni orang tua setiap hari. Spillane (1982) dalam Raga (2013:21), mengelompokkan pekerjaan atau jabatan dalam 9 golongan sebagai berikut:

1. Golongan A terdiri dari : mandor, pedagang, pegawai kantor, pegawai sipil, ABRI, pemilik perusahaan/toko/pabrik/perikanan, pemilik bus/colt/penggarap tanah, pengawas keamanan, petani pemilik tanah, peternak, tuan tanah.

2. Golongan B terdiri dari: buruh nelayan, petani kecil, penebang kayu. 3. Golongan C terdiri dari: ABRI (tamtama s.d Bintara), guru SD, kepala

bagan, kepala kantor pos (cabang), manager perusahaan kecil, pamong praja pegawai badan hukum, pegawai negeri golongan Ia s.d Id, supervisor/pengawas.

4. Golongan D terdiri dari: meninggal dunia, pensiunan, tak mempunyai pekerjaan tetap.

5. Golongan E terdiri dari: guru (SMP s.d SMA), juru rawat, pekerja sosial, kepala sekolah, kontraktor kecil, pegawai negeri golongan IIa s.d Iid, perwira ABRI (Letnan II, Letnan I dan Kapten), wartawan. 6. Golongan F terdiri dari: buruh tidak tetap, petani, penyewa,

tukang/penarik becak.

7. Golongan G terdiri dari: ahli hukum, ahli ilmu tanah/ahli ukur tanah, apoteker, arsitek, dokter, dosen/guru besar, gubernur, insinyur, kepala kantor pos (pusat), kontraktor besar, manager perusahaan, menteri, pegawai negeri golongan Ia s.d Id, perwira ABRI (mayor s.d jenderal), pengarang, peneliti, penerbang, walikota/bupati.

8. Golongan H terdiri dari: pembantu, pedagang keliling, tukang cuci. 9. Golongan I terdiri dari: artis/seniman, buruh tetap, montir, pandai

besi/emas/perak, penjahit, penjaga, supir bus/colt, tukang kayu, tukang listrik, tukang mesin.

Dengan demikian dapat disimpulkan pekerjaan orang tua yaitu kegiatan aktif yang dilakukan orang bertanggung jawab (ayah,ibu) yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang yang kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam keluarganya (anak-anaknya). Pekerjaan orang tua tersebut menjadi faktor pendorong anak dalam berfikir dan dalam menekuni suatu pekerjaan yang kelak diinginkannya.


(52)

Pengaruh keluarga, pendidikan dan pengalaman kerja pertama adalah faktor penting dalam pengembangan niat berwirausaha (Krueger & Brazeal, 1994; Segal, Borgia, & Schoenfeld, 2002 dalam Farzier & Niehm, 2008). Orang tua memberikan dampak kuat pada pemilihan niat berwirausaha, penelitian menunjukkan para wirausaha biasanya memiliki orang tua yang juga seorang wirausaha (Peterman & Kennedy, 2003 dalam Farzier & Niehm, 2008).

Jenis pekerjaan yang ada dalam keluarga, khususnya orang tua siswa akan mempengaruhi pola pikir seseorang terhadap dunia berwirausaha. Orang tua yang sukses didalam pekerjaanya (berwirausaha), akan memotivasi anak untuk melakukan hal yang sama dengan orang tuanya. Dengan begitu tidak menutup kemungkinan bahwa anak tersebut akan menentukan pilihan untuk berwirausaha sebagai warisan orang tua siswa. Walaupun anak tersebut juga tertarik untuk mencari pekerjaan di perusahaan atau instansi lain, kemungkinan mereka untuk berwirausaha sangat kuat karena mereka telah menyasikan dan menikmati keberhasilan orang tuanya dalam berwirausaha. Bagi yang orang tuanya bukan seorang wirausahawan pun tidak akan menutup kemungkinan bagi anak mereka nanti untuk berwirausaha. Hal itu dapat terjadi melihat kondisi saat ini dimana mencari pekerjaan sudah sangat sulit.

Dalam penelitian ini, peneliti membedakan pekerjaan orang tua menjadi dua jenis, yaitu:

a. Wirausaha (Pedagang, Pengusaha dan sejenisnya)

b. Bukan wirausaha (Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, Petani, Buruh, dll).


(53)

Dalam penelitian ini, wirausaha berarti kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok orang yang menciptakan nilai melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi. Sedangkan kegiatan yang tidak berhubungan dengan kegiatan jual beli barang dan jasa disebut buka wirausaha.

E. Kebutuhan Akan Prestasi

McClelland (1961,1971) dalam Indarti & Rostiani (2008) kebutuhan akan prestasi dapat diartikan suatu kesatuan watak yang memotivasi seseorang untuk menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan. Individu yang mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi akan terus berupaya sampai sesuatu yang diinginkan mampu diraih. Sedangkan menurut Mulyana dan Puspitasari (2014) kebutuhan akan prestasi merujuk pada keinginan seseorang terhadap prestasi yang tinggi, penguasaan keahlian, pengendalian atau standart yang tinggi.

Berdasarkan kesimpuan di atas kebutuhan akan prestasi dapat diartikan sebagai keinginan dari diri seseorang untuk menghadapi tantangan dalam mencapai kesuksesan dan keunggulan yang merujuk pada keingginan atas prestasi yang tinggi, penguasaan keahlian, dan pegendalian atau standar yang tinggi. Dengan memiliki kebutuhann akan prestasi, maka seseorang akan memiliki dorongan untuk berhasil yang tinggi dalam memulai dan menjalankan usaha sebagai wirausaha.


(54)

Selanjutnya Indarti & Rostiani (2008) menjelaskan bahwa ada tiga atribut yang melekat pada seseorang yang mempunyai kebutuahan akan prestasi yang tinggi, yaitu (a) menyukai tanggung jawab pribadi dalam mengambil keputusan, (b) mau mengambil resiko sesuatu dengan kemampuannya, dan (c) memiliki minat untuk selalu belajar dari keputusan yang telah diambil.

Kebutuhan berprestasi wiruausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan susuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi memiliki ciri-ciri menurut lerry farel dalam Anwar Muhammad (2014:24), antara lain:

1. Mengatasi kesulitan yang terjadi pada dirinya. 2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera. 3. Memiliki tanggungjawab personal yang tinggi. 4. Berani menghadapi resiko dan penuh perhitungan. 5. Menyukai tantangan.

Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dari sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri menurut Clayton Alderter dalam Anwar Muhammad (2014:25) sebagai berikut:

1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan yang timbul pada dirinya. 2. Memiliki tanggujawab personal yang tinggi.


(55)

4. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.

Berdasarkan penjelasan menurut Indarti & Rostiani (2008); lerry farel dalam Anwar Muhammad (2014:24); dan Clayton Alderter dalam Anwar Muhammad (2014:25) dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kebutuhan akan prestasi memiliki ciri-ciri yaitu: (a) berani mengambil resiko, (b) mau mengatasi kesulitan, (c) memiliki tanggung jawab yag tinggi, (d) menyukai tantangan, dan (e) memerlukan umpan balik.

F. Kreativitas dan Inovatif 1. Pengertian Kreativitas

Kreatif adalah memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan. (Kurniawan, 2015:19). Orang berusaha berpikir kreatif karena adanya keinginan yang kuat pada pribadinya untuk menghasilkan sesuatu kemajuan, akbiat dari adanya dorongan untuk berprestasi tinggi, serta adanya kesadaran akan pentingnya sesuatu yang baru tersebut. (Riani Laksmi Asri, dkk, 2014:55).

Bagi seorang wirausaha, kreativitas adalah modal penting. Sebagai wirausaha, setiap saat harus siap menghadapi persaingan. Oleh sebab itu menjadi seorang wirausaha hrus mampu berpikir kreatif. Tanpa kreativitas wirausaha tidak akan mampu berkembang dan mempertahankan bisnisnya.


(56)

2. Pentingnya Kreativitas

Menurut (Kurniawan, 2015:18), kreativitas menjadi penting karena: a. Wirausaha yang kreatif mampu mengeluarkan produk yang belum

dibuat di pasar. Di sini wirausaha tak harus menjadi penemu, tetapi menjadi jembatan antara penemuan dengan pasar. Mampu memberikan arahan pada para penemu, dan mengemasnya sebagai produk komersial yang harganya terjangkau dan mampu diterima konsumen. b. Dengan menjadi manusia kreatif menjadikan wirausahawan menjadi

pemimpin bukan peniru. Pemimpin pasar adalah orang yang disegani dan memiliki citra positif. Wirausahawan menjadi legenda, kemungkinan produk dapat ditiru, tetapi pengikut tak mampu membuat yang lebih bagus dari sang pioneer.

c. First mover. Dengan kreativitas, menjadikan wirausahawan sebagai market leader, dan siap dengan ide atau gagasan-gagasan baru.

d. Kreativitas akan mencari cara atau solusi membuka terobosan baru, dan menciptakan pembeda yang menonjol dan disukai pasar.

e. Kreativitas bermula dari sebuah ide yang muncul dari pengamatan terhadap keadaan sehari-hari di sekitar wirausahawan.

3. Ciri-ciri Kreatif

Menurut A. Roe (Kao,1989) dalam (Basrowi, 2011:38-39), manusia kreatif mempunyai ciri-ciri:

a. Keterbukaan dalam pengalaman;


(57)

c. Keingintahuan;

d. Menerima dan menyesuaikan yang kelihatannya berlawanan; e. Dan menerima perbedaan;

f. Percaya pada diri sendiri; g. Tekun;

h. Berani mengambil resiko; dan

i. Tidak hanya tunduk pada standar dan pengawasan kelompok. 4. Pengertian Inovatif

Inovasi adalah suatu proses mengubah peluang menjadi gagasan atau ide-ide yang dapat dijual dan merupakan hal atau trobosan baru. Sedangkan kemampuan inovatif adalah seorang wirausahawan merupakan proses mengubah peluang atau gagasan dan ide-ide yang dapat dijual. (Basrowi,2011:35).

5. Pentingnya Inovatif

Apabila wirausahawan ingin suksesdan terus dapat menjalankan usahanya, ia harus membuat produk-produk yang dihasilkan dengan inovasi-inovasi baru sebab dalam dunia bisnis pada zaman sekarang, produk-produk dan pelayanannya tanpa adanya inovasi tidak akan berkembang dan tidak akan mungkin sukses dalam berwirausaha. Keterlambatan berinovasi dalam produk dan pelayanan akan mengakibatkan kegagalan bagi seorang wirausaha. Dengan adanya bisnis, akan membawa perkembangan dan perubahan dalam otonomi (Joseph Schumpeter) dalam (Basrowi,2011:35).


(58)

Menurut basrowi, ada beberapa hal yang harus dijadikan dasar untuk meningkatkan kemampuan inovatif produk dan pelayanannya, antara lain sebagai berikut:

a. Berorientasi kepada tindakan untuk selalu berinovasi.

b. Membuat produk dengan penuh inovatif dengan proses secara sederhana dan dapat dipahami serta dikerjakan.

c. Memulai membuat produk dengan inovatif yang terkecil. d. Menentukan tujuan dalam berinovatif.

e. Menjalankan uji coba dan revisi.

f. Mulailah belajar berinovasi dari pengalaman.

g. Mengikuti jadwal yang sudah ditentukan dalam berinovatif.

h. Menghargai karyawan yang mempunyai gagasan dalam berinovatif. i. Mempunyai keyakinan dan bekerja dengan penuh inovatif.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inovatif

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan inovatif seseorang wirausahawan adalah keinginan untuk berprestasi, pemasaran, resiko, pendidikan, pengalaman, dan lain sebagainya. Adanya inovasi yang berasal dari orang lain akan memicu seseorang untuk berusaha agar bisnisnya berhasil (Basrowi,2011:36).

7. Prinsip-prinsip Inovatif

Prinsip-prinsip inovatif menurut (Basrowi,2011:37), sebagai berikut:


(59)

a. Prinsip keharusan

1) Keharusan menganalisis peluang

Semua sumber peluang inovatif harus dianalisis secara sistematis, tujuannya adalah mencari peluang yang benar-benar sesuai dengan inovasi yang akan dilakukan.

2) Keharusan memperluas wawasan

Makin banyak hal-hal baru yang kita dapatkan maka makin mudah bagi lita untuk mencari gagasan yang inovatif, memperluas wawasan dapat dilakukan dengan cara lebih banyak membaca, mendengar dan merasakan.

3) Keharusan untuk bertindak efektif

Syarat bagin keefektifan sebuah inovasi adalah kesederhanaan sehingga timbul pernyataan “hal ini sebetulnya sederhana, mengapa tidak berpikir sebelumnya”.

4) Keharusan untuk tidak berpikir muluk

Memiliki impian yang besar memang bagus, hal ini merupakan sumber inspirasi untuk melakukan sebuah inspirasi, tetapi akan lebih baik jika dari hal-hal yang lebih kecil dahulu.

b. Prinsip larangan

1) Larangan untuk berlagak pintar 2) Larangan untuk rakus


(60)

G. Akses Terhadap Modal

Modal menurut kasmir (2009: 91) adalah sesuatu yang diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan mulai dari berdiri sampai beroperasi. Modal diperlukan untuk membiaya segala keperluan usaha, mulai ari biaya pra investasi, pengurusan izin-izin,biaya investasi untuk membelikan aktiva tetap, sampai dengan modal kerja. Sedangkan menurut Rahmawati (2013) modal merupakan sejumlah dana yang menjadi dasar untuk mendidirikan suatu usaha, setiap usaha menggunakan dana ini untuk membelanjai aktivitas produksi dalam menghasilkan produk barang dan jasa.

Dalam buku Longenecker dkk (2001: 301-321) dalam Florensius (2007), pendanaan awal dari bisnis skala kecil sering berpola menurut tipikal perencanaan pendanaan pribadi. Seorang calon wirausaha, pertama kali akan menggunakan tabungan pribadi dan kemudian mencoba mendapatkan akses pada tabungan keluarga dan teman.

1. Investor Perorangan a. Tabungan pribadi

Tabungan pribadi adalah sumber pendanaan ekuitas yang paling sering digunakan dalam memulai bisnis baru. Sebuah bisnis baru memerlukan ekuitas untuk memperhitungkan margin atau kesalahan.

b. Teman dan saudara

Kadang-kadang, pinjaman dari teman atau saudara dapat menjadi satu-satunya sumber yang tersedia bagi pendanaan baru. Jenis pendanaan ini lebih didasarkan pada hubungan pribadi dari pada analisis keungan.


(61)

Untuk meminimalkan kesempatan terjadinya kehancuran hubungan pribadi yang penting, wirausaha harus merencanakan pembayaran sesegera mungkin.

c. Investor perorangan lain

Sejumlah orang besar secara pribadi berinvestasi dalam kegiatan kewirausahaan milik orang lain. Mereka terutama adalah orang yang dengan pengalaman bisnis moderat sampai dengan yang signifikan, tapi juga professional dan kaya.

2. Bank

Bank adalah penyedia utang utama bagi perusahaan kecil. Meskipun bank membatasi pemberian pinjaman mereka untuk menyediakan modal kerja. 3. Program yang Didukung Pemerintah

Beberapa program pemerintah memberikan pendanaan bagi bisnis berskala kecil. Pemerintah Negara telah mengalokasikan sejumlah uang yang besar untuk mendanai bisnis baru. Program pemerintah yang mendukung dengan didirikan beberapa sarana untuk membangun tempat bisnis baru.

4. Sumber Pendanaan Lain

a. Lembaga keungan berdasarkan komunitas

Lembaga keungan berdasarkan komunitas adalah pemberi pinjaman yang melayani komunitas yang berpenghasilan rendah dan menerima dana dari pemerintah. Pemberian pinjaman berdasarkan komunitas ini memberikan modal pada bisnis yang tidak mempunyai atau bahkan sedikit akses untuk pendanaan pendirian perusahaan.


(62)

b. Perusahaan besar

Perusahaan besar memberikan jumlah dana terbatas bagi investasi dalam perusahaan yang kecil.

Modal dapat berasal dari tabungan pribadi, akses pada teman, investor atau lainnya menurut Rahmawati (2013).

1. Investor perorangan a. Tabungan pribadi

Tabungan pribadi merupakan sumber pendanaan yang sering diunakan dalam menjalankan sebuah bisnis yang baru. Hamper semua bisnis memerlukan ekuitas pribadi yakni unanya untuk meramalkan keruian dan perhitungan lainnya. Tabungan prbadi wajib dimiliki oleh orang ataupun lembaga dalam membuka dan menjalankan usahanya.

b. Keluarga atau teman

Selain pengusaha sendiri, keluarga dan teman merupakan sumber modal yang biasanya dimanfaatkan untuk memulai usaha. Keluarga dan teman cenderung mau berinvestasi karena mereka memiliki hubungan baik dengan pengusaha. Ini akan membantu menangani suatu ketidakpastian yang dirasakan oleh investor yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan pengusaha. Keluarga dan teman dapat memberikan sejumlah kecil pembiayaan ekuitas untuk usaha baru tersebut, sebagian mencerminkan sejumlah kecil modal yang dibutuhkan untuk memulai hamper semua usaha baru.


(63)

c. Investor perorangan lain

Sejumlah orang yang ingin menginvestasikan sebagian uangnya untuk membantu usaha baru yang akan dijalankan oleh suatu badan atau lembaga atau lembaga atau usaha perorangan. Biasanya orang lain adalah orang yang moderat atau memiliki sejumlah kekayaan yang besar dan akan meminjamkannya dengan tujuan membantu dan menyimpan dananya kepada orang yang hendak membuka usaha tersebut.

2. Bank

Bank adalah penyedia utang utama bagi perusahaan atau usaha kecil dalam memulai dan melancarkan usahanya meskipun membatasi pemberian pinjaman mereka untuk menyediakan modal bagi para pengusaha baru. Terdapat beberapa jenis pinjaman bank yakni, pinjaman piutang, pinjaman persediaan, pinjaman peralatan, pinjaman real estate.

3. Pembiayaan arus kas

Jenis pembiayaan utang lain yang seringnya dilayani oleh pihak bank komersial dan badan-badan keungan lainnya adalah pembiayaan arus kas. Pinjaman bank konvensional seperti mencakup berbagai jenis kredit, pinjaman bertahap, pinjaman komersional langsung, pinjaman jangka panjang, dan pinjaman karakter.

4. Program yang didukung pemerintah

Beberapa program pemerintah juga dapat menjadi sumber pendanaan bagi suatu usaha yang akan membuka usahanya. Pemerintah telah mengalokasikan sejumlah uangnya untuk membuka mendanai bisnis baru.


(1)

5 0,6694 0,7545 0,8329 0,8745 0,9509

6 0,6215 0,7067 0,7887 0,8343 0,9249

7 0,5822 0,6664 0,7498 0,7977 0,8983

8 0,5494 0,6319 0,7155 0,7646 0,8721

9 0,5214 0,6021 0,6851 0,7348 0,8470

10 0,4973 0,5760 0,6581 0,7079 0,8233

11 0,4762 0,5529 0,6339 0,6835 0,8010

12 0,4575 0,5324 0,6120 0,6614 0,7800

13 0,4409 0,5140 0,5923 0,6411 0,7604

14 0,4259 0,4973 0,5742 0,6226 0,7419

15 0,4124 0,4821 0,5577 0,6055 0,7247

16 0,4000 0,4683 0,5425 0,5897 0,7084

17 0,3887 0,4555 0,5285 0,5751 0,6932

18 0,3783 0,4438 0,5155 0,5614 0,6788

19 0,3687 0,4329 0,5034 0,5487 0,6652

20 0,3598 0,4227 0,4921 0,5368 0,6524

21 0,3515 0,4132 0,4815 0,5256 0,6402

22 0,3438 0,4044 0,4716 0,5151 0,6287

23 0,3365 0,3961 0,4622 0,5052 0,6178

24 0,3297 0,3882 0,4534 0,4958 0,6074

25 0,3233 0,3809 0,4451 0,4869 0,5974

26 0,3172 0,3739 0,4372 0,4785 0,5880

27 0,3115 0,3673 0,4297 0,4705 0,5790

28 0,3061 0,3610 0,4226 0,4629 0,5703

29 0,3009 0,3550 0,4158 0,4556 0,5620


(2)

224

LAMPIRAN 8

SURAT IJI PENELITIAN

224


(3)

(4)

226


(5)

(6)

228