Rumah Sakit Bioavaibilitas dan Bioekivalensi

G. Rumah Sakit

Merupakan organisasi sosial terintegrasi yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap bagi masyarakat, yang berupa tindakan prefentif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif Depkes RI, 1984. Berdasarkan kepemilikannya, menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 983MenkesSK XI 1992, rumah sakit digolongkan menjadi rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta atau non pemerintah. Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan dan kapasitasnya, rumah sakit pemerintah digolongkan menjadi Rumah Sakit Tipe A, yaitu rumah sakit yang memiliki fasilitas atau kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan sub spesialis luas serta memiliki kapasitas tempat tidur lebih dari 1000, Rumah Sakit Tipe B yaitu rumah sakit yang sekurang-kurangnya memiliki sebelas spesialis dan sub spesialis terbatas, serta kapasitas tempat tidur antara 500 sampai 1000 golongan ini untuk rumah sakit swasta dinamakan Rumah Sakit Swasta Tipe Utama, Rumah Sakit Tipe C adalah rumah sakit yang memiliki pelayanan empat spesialis dasar serta kapasitas tempat tidur 100 sampai 500 golongan ini untuk rumah sakit swasta dinamakan Rumah Sakit Swasta Tipe Madya, dan Rumah Sakit Tipe D yaitu rumah sakit yang memiliki pelayanan medis dasar yang terdiri dari pelayanan medis dasar yang terdiri dari pelayanan penyakit dalam, kebidanan dan kandungan, bedah, kesehatan anak serta memiliki kapasitas tempat tidur 50 sampai 100, golongan ini untuk rumah sakit swasta dinamakan Rumah Sakit Swasta Tipe Pratama Anonim, 1992. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

H. Pharmaceutical Care

Merupakan kegiatan kefarmasian yang secara langsung, bertanggung jawab pada tindakan yang berhubungan dengan pengobatan untuk tujuan mencapai hasil nyata yang meningkatkan kualitas hidup pasien. Elemen-elemen prinsip dalam pharmaceutical care berkaitan dengan semua hal tentang medikasi; yang merupakan pelayanan langsung yang diberikan kepada pasien; dilakukan untuk memberikan hasil yang nyata; hasilnya dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien; dan penyedia pelayanan menerima tanggung jawab individu sebagai hasilnya Anonim, 1993. Pelayanan ini tidak hanya menyangkut terapi pengobatan, tetapi juga keputusan untuk tidak menggunakan pengobatan terhadap pasien. Terapi pengobatan sendiri menyangkut pemilihan obat, dosis, rute dan cara pemakaian, pengawasan hasil terapi, dan pemberian informasi dan konseling bagi pasien Anonim,1993. Menurut WHO, kualitas hidup adalah persepsi individu tentang sikap dalam hidup meliputi konteks budaya dan nilai-nilai dalam hidup WHO, 2006a.

I. Penggunaan Obat secara Rasional

Apoteker dalam pelayanan resep harus memiliki pedoman dalam penggunaan obat yang rasional antara lain meliputi: 1. obat yang tepat; 2. indikasi tepat, yang berarti alasan peresepan berdasarkan pertimbangan- pertimbangan medis yang ada; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. obat yang sesuai, mempertimbangkan khasiat, keamanan, kecocokan untuk pasien, dan biaya; 4. dosis tepat, pemberian, dan lama terapi; 5. pasien yang tepat, yang berarti, tidak terjadi kontra indikasi, dan kemungkinan terjadinya efek yang tidak diinginkan rendah; 6. pelayanan obat yang tepat, termasuk informasi yang diperlukan untuk pasien tentang obat-obat yang diresepkan; 7. kepatuhan pasien terhadap terapi. Kustoyo, 2000

J. Bioavaibilitas dan Bioekivalensi

Bioavaibilitas merupakan suatu ilmu famakokinetika yang memaparkan kecepatan dan jumlah di mana zat aktif diabsorpsi dari produk obat dan menjadi tersedia di tempat aksi dari obat Makoid, 1996. Profil bioavaibilitas dalam penentuannya mencakup tiga parameter farmakokinetika yaitu:

1. , Luas area di bawah kurva konsentrasi plasma terhadap waktu. AUC Area

Under Curve proporsional terhadap jumlah total obat yang mencapai sirkulasi sistemik, dan merupakan karakteristik jumlah absorpsi.

2. C

max , konsentrasi maksimum obat. Konsentrasi maksimum dari obat di dalam plasma merupakan fungsi dari kecepatan damn jumlah absorpsi. C max akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI meningkat dengan seiring peningkatan dosis, demikian pula dengan peningkatan dari kecepatan absorpsi.

3. T

max , waktu di mana C max terjadi. T max mewakili kecepatan absorpsi obat, dan akan berkurang seiring dengan peningkatan kecepatan absorpsi. Makoid, 1996 Ada dua jenis bioavaibilitas berdasarkan ujinya yakni bioavaibilitas absolut dan bioavaibilitas relatif. Bioavaibilitas absolut, F, merupakan fraksi dari dosis yang diberikan yang mencapai sirkulasi sistemik dan berkisar dari F = 0 tidak ada absorpsi sampai F = 1 Absorpsi sempurna. Nilai F ditentukan berdasarkan perbandingan nilai Area Under Curve AUC dari produk uji terhadap produk obat dengan dosis sama yang diberikan secara intravena. Rumus: F = di mana AUC ev dan AUC iv berturut-turut adalah AUC yang diberikan secara ekstravaskular dan AUC yang diberikan secara intravena. F adalah nilai bioavaibilitas absolut. Bioavaibilitas relatif atau komparatif merupakan bioavaibilitas dari produk obat yang dibandingkan dengan produk obat dengan sediaan obat yang berbeda atau produk dengan obat sama yang diberikan pada dosis yang sama. Pengukuran ini menentukan efek dari perbedaan formulasi terhadap absorpsi obat. Nilai bioavaibilitas ini didapatkan dengan membandingkan nilai AUC kedua produk. Rumus: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Bioavaibilitas Relatif = Bioekivalensi adalah suatu perbandingan dari bioavailabilitas dua atau lebih dari produk obat. Dua produk dari formulasi yang mengandung zat aktif yang sama dikatakan bioekivalen bila kecepatan dan jumlah absorpsi dari keduanya sama. Ketika suatu formulasi baru dari obat yang sudah ada dikembangkan, bioavaibilitasnya secara umum akan dievaluasi bergantung pada formulasi standart dari originator-nya Makoid, 1996. Pada awal 1970-an, bioekivalensi ditentukan hanya dengan dasar data rata-rata. Nilai rata-rata AUC dan Cmax untuk produk generik harus pada nilai kisaran +20 dari produk referensi inovator. Walaupun nilai 20 sepertinya ditentukan tanpa kerasionalan, hal ini dirasa berlaku untuk sebagian besar obat, perubahan nilai 20 pada dosis tidak akan menghasilkan perbedaan signifikan pada respon klinis pada obat Makoid, 1996. Kriteria statistik FDA untuk pembuktian ekivalensi dari obat generik sekarang dibutuhkan aplikasi nilai taraf kepercayaan untuk nilai rata-rata yang didapatkan, menggunakan suatu analisis yang disebut prosedur two one-sided test. Perubahan ini didapatkan menurut kesimpulan FDA Bioequivalence Task Force tahun 1986 di mana dengan menggunakan interval kepercayaan 90 pada prosedur analisis two one sided t- test merupakan metode yang terbaik untuk mengevaluasi bioekivalensi Makoid, 1996. Westlake merupakan yang pertama kali mengusulkan untuk menggunakan interval kepercayaan pada pengujian bioekivalensi. Mengingat tidak ada dua produk yang akan menghasilkan profil level di dalam darah yang identik, dan di mana akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terjadi perbedaan nilai rata-rata di antara produk-produk tersebut, Westlake menemukan cara menentukan seberapa besar kemungkinan perbedaan nilai itu sebelum diragukan sebagai produk yang ekivalen secara terapeutik. Rumus uji yang memenuhi syarat untuk dianggap bioekivalen dengan formula referensi jika: 0,8 1,2 dan 0,8 1,2 dengan prosedur ini, jika produk uji dan referensi telah dianggap tidak bioekivalen, masih ada kemungkinan sebesar 5 bahwa keduanya bioekivalen Makoid, 1996. Di bawah ini merupakan contoh obat generik yang ekivalen terapetik dengan obat bermerek dagang, antara lain: Tabel II. Obat Generik yang Ekivalen Terapetik dengan Obat Bermerek Dagang Produk obat bermerek dagang Obat generik yang ekivalen terapetik Albuterol Inhalation Aerosol Ventolin GlaxoSmithKline Albuterol Benzamycin Sanofi Aventis Benzoyl PeroxideErythromycin Gel Bupropion Extended-Release Tablet Wellbutrin SR 100 mg, 150 mg, 200 mg, GlaxoSmithKline Bupropion Extended-Release Tablet Zyban GlaxoSmithKline Bupropion Extended-Release Tablet 150 mg Calcium Channel Blockers Diltiazem Extended-Release Capsule Cardizem CD 120 mg, 180 mg, 240 mg, 300 mg Biovail Diltiazem Extended-Release Capsule Cartia XT Andrx Diltiazem Extended-Release Capsule Dilacor XR Watson Diltiazem Extended-Release Capsule PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel II lanjutan Dilt-CD Torpharm Diltiazem Extended-Release Capsule Calcium Channel Blockers Nifedipine Extended-Release Tablet Adalat CC Bayer Nifedipine Extended-Release Tablet Afeditab CR Watson Nifedipine Extended-Release Table Procardia XL 30 mg, 60 mg Pfizer Nifedipine Extended-Release Tablet Procardia XL 90 mg Pfizer Nifedipine Extended-Release Tablet Calcium Channel Blockers Verapamil Extended-Release Capsule Verelan Elan Verapamil Extended-Release Capsule Calcium Channel Blockers Verapamil Extended-Release Tablet Isoptin SR Par Pharm Verapamil Extended-Release Tablet Carbamazepine Tablet Tegretol Novartis Carbamazepine Tablet Carbamazepine Chewable Tablet Tegretol Chewable Tablet 100 mg Novartis Carbamazepine Chewable Tablet Carbamazepine Oral Suspension Tegretol Oral Suspension Novartis Carbamazepine Oral Suspension Clindamycin Gel Cleocin T Pfizer Clindamycin Phosphate Gel Clindamycin Cream Vaginal Cleocin 2 Vaginal Cream PharmaciaUpjohn Clindamycin Phosphate Cream Cyclosporine Capsule Neoral Novartis Cyclosporine Capsule Gengraf 50 mg Abbott Cyclosporine Capsule Sandimmune Capsule 25 mg, 100 mg Novartis Cyclosporine Capsule Cyclosporine Oral Solution Neoral Oral Solution Novartis Cyclosporine Oral Solution PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel II lanjutan Sandimmune Oral Solution Novartis Cyclosporine Oral Solution Estradiol Transdermal Patch Climara Transdermal Patch Berlex Estradiol Transdermal Patch Gabapentin Capsules Neurontin Pfizer Gabapentin Capsule Glyburide Tablet Glynase Pfizer Glyburide Micronase Pharmacia and Upjohn Glyburide Levothyroxine Tablet Levoxyl Jones Pharma except for 0.137 mg Levothyroxine Sodium Levoxyl 0.137 mg Jones Pharma Levothyroxine Sodium Synthroid Abbott except for 0.137 mg Levothyroxine Sodium Synthroid 0.137 mg Abbott Levothyroxine Sodium Unithroid Jerome Stevens Levothyroxine Sodium Levo-T Alara Levothyroxine Sodium Levothroid Lloyd Levothyroxine Sodium Methylphenidate Extended-Release Tablet Metadate ER UCB Methylphenidate Extended-Release Tablet Methylin ER Mallinckrodt Methylphenidate Extended-Release Tablet Ritalin-SR Novartis Methylphenidate Extended-Release Tablet Nitroglycerin Transdermal Patch Minitran 0.1 mg, 0.2 mg, 0.4 mg, 0.6 mg 3M Nitroglycerin Transdermal Patch Nitro-Dur 0.1 mg, 0.2 mg, 0.4 mg, 0.6 mg Key Pharms Nitroglycerin Transdermal Patch PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel II lanjutan Nitroglycerin Transdermal Patch 0.1 mg, 0.2 mg, 0.4 mg, 0.6 mg Mylan Nitroglycerin Transdermal Patch Phenytoin Injection Phenytoin Sodium Injection Elkins Sinn Phenytoin Sodium Injection Sotalol Tablet Betapace Berlex Sotalol Tablet Betapace AF Berlex Sotalol Tablet Tretinoin Topical Gel Retin-A Gel Johnson and Johnson Tretinoin Gel Testosterone Transdermal Gel Androgel Unimed Testosterone Transdermal Gel Valproic Acid Injection Depacon Abbott Valproic Acid Injection Warfarin Tablet Coumadin Bristol Myers Squibb Warfarin Tablet Anonim, 1995

K. Landasan Teori

Dokumen yang terkait

Gambaran penggunaan obat pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Desember 2006 - November 2007 berdasarkan indikator peresapan WHO 1993...[Abstrak dan teks sedang dalam proses].

0 7 130

Profil peresepan obat antihipertensi pada pasien pre-eklampsia di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005.

0 1 110

Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi rawat inap periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

1 18 117

Pola peresepan obat penyakit asma bronkial pada pasien pediatri di instalansi rawat jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2006.

0 10 108

Kajian interaksi obat pada pasien penyakit jantung koroner di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005.

1 20 96

Kajian interaksi obat pada pasien penyakit jantung koroner di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 - USD Repository

0 0 94

POLA PERESEPAN OBAT PENYAKIT ASMA BRONKIAL PADA PASIEN PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2006

0 0 106

Proyeksi efisiensi biaya peresapan obat bermerek dagang terhadap padanan generiknya di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta bagian rawat jalan periode November 2006 - USD Repository

0 0 132

Gambaran penggunaan obat pasien rawat jalan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Desember 2006 - November 2007 berdasarkan indikator peresapan WHO 1993...[Abstrak dan teks sedang dalam proses] - USD Repository

0 2 128

APLIKASI PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN BERBASIS WEB DAN WAP ( Studi Kasus : Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta)

1 0 209