PBF, apotek lain, dan toko obat

Tabel XII. Sumber Perolehan Obat di Apotek No . Jawaban Jumlah Persentase

1. PBF, apotek lain, dan toko obat

13 37,1 2. PBF dan apotek lain 8 22,9 3. PBF 6 17,1 4. PBF, apotek lain, toko obat, dan swalayan 2 5,7 5. PBF, apotek lain, dan swalayan 2 5,7 6. PBF dan toko obat 2 5,7 7. PBF, pabrik farmasi, apotek lain, toko obat, dan swalayan 1 2,9 8. PBF, pabrik farmasi, apotek lain, dan toko obat 1 2,9 Total 35 100 KepMenKes RI Nomor 1027 tahun 2004 menyatakan bahwa untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. Sumber perolehan obat di apotek pada Tabel XII yang melalui jalur resmi adalah menurut Hartini dan Sulasmono 2006. Menurut Hartini dan Sulasmono 2006, pengadaaan sediaan farmasi melalui jalur resmi hanya berasal dari Pedagang Besar Farmasi Pasal 3 PerMenKes RI No. 918 tahun 1993 tentang Pedagang Besar Farmasi, pabrik farmasi, apotek lain, dan toko obat untuk golongan obat bebas. Jadi perolehan obat melalui swalayan termasuk jalur tidak resmi. Menurut Slamet 2001, jalur distribusi obat ke apotek dapat berasal dari Pedagang Besar Farmasidistributor, sub-distributor untuk golongan obat keras, dan industri farmasi. Bagan jalur distribusi obat menurut Slamet 2001 dapat dilihat pada lampiran 6. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Penyimpanan Menurut KepMenKes RI No. 1027 tahun 2004, obatbahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Tetapi dalam pengecualian atau darurat, isi dapat dipindahkan pada wadah lain sesuai ketentuan yang berlaku. Tabel XIII. Apotek yang Pernah Memindahkan Isi Obat ke Wadah Lain No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya

11 31,4 2. Tidak 24 68,6 Total 35 100 Pada umumnya, apotek memindahkan obat ke wadah baru dalam jumlah tertentu, di mana jumlah tertentu tersebut berdasarkan kebiasaan dokter meresepkan suatu obat dalam jumlah tertentu. Hal ini akan mempercepat pelayanan kepada pasien dengan hanya mengambil dari wadah baru tersebut. Pasien juga lebih efisien karena dapat membeli obat dalam jumlah yang dibutuhkan dan tidak harus membeli seluruh obat dalam wadah asli. Menurut KepMenKes RI No. 1027 tahun 2004, bila isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang – kurangnya memuat nomor batch dan tanggal kadaluwarsa. Gambaran mengenai informasi yang disertakan apoteker pada wadah baru dapat dilihat pada Tabel XIV berikut. Tabel XIV. Informasi yang Disertakan pada Wadah Baru No . Jawaban Jumlah Persentase 1 Produsen pabrik, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, aturan pakai, dan cara penyimpanan 6 54,5 2 Produsen pabrik, tanggal kadaluwarsa, aturan pakai, dan cara penyimpanan 1 9,1 3 Produsen pabrik dan tanggal kadaluwarsa 1 9,1 4 Tanggal kadaluwarsa dan aturan pakai 1 9,1 5 Produsen pabrik 1 9,1 6 Tidak ada informasi 1 9,1 Total 11 100 Menurut KepMenKes RI No. 1332 tahun 2002 Pasal 12, Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. Pencantuman informasi tersebut bertujuan untuk menjamin kepercayaan masyarakat terhadap apoteker, bahwa obat yang dibelinya dari apotek tersebut bermutu baik, dalam hal ini belum melewati tanggal kadaluwarsanya. Sedangkan pencantuman nomor batch bertujuan untuk penelusuran obat, apabila ada obat yang sudah beredar namun tidak memenuhi syarat, sehingga mempermudah penarikan dari peredaran untuk segera dimusnahkan. KepMenKes RI No. 1027 tahun 2004 juga menyebutkan bahwa semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak, dan menjamin kestabilan bahan Tabel XV. Apotek yang Mempunyai Tempat Penyimpanan Khusus No. Jawaban Jumlah Persentase 1. Ya 32 91,4

2. Tidak

3 8,6 Total 35 100 KepMenKes Nomor 278 tahun 1981 Pasal 4 menyatakan bahwa apotek harus mempunyai ruang penyimpanan obat. Pada pasal 7 disebutkan contoh tempat penyimpanan khusus adalah untuk narkotika dan pada pasal 9 adalah lemari pendingin yang dipakai untuk menyimpan obat-obat yang mudah meleleh pada suhu kamar. d. Hasil pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya 71,40 86 68,60 54,50 50 100 Perencanaan meliputi pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan budaya masyarakat pengadaan melalui jalur resmi penyimpanan dalam wadah asli pabrik Informasi yang disertakan pada wadah baru meliputi tanggal kadaluwarsa dan nomor batch Gambar 9. Pelaksanaan Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya Berdasarkan Gambar 9, dapat disimpulkan bahwa Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bagian pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya sebagian besar telah dilaksanakan dengan baik karena persentasenya sudah lebih dari 50. 4. Administrasi KepMenKes RI No. 1027 tahun 2004 memisahkan administrasi ke dalam dua bagian, yaitu administrasi umum dan administrasi pelayanan. 1. Administrasi Umum Administrasi umum ini meliputi pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. a. Pencatatan dan pengarsipan transaksi pembelian Faktur pembelian harus disertakan pada saat transaksi obat. Hal ini berfungsi untuk menghindari kemungkinan adanya pemalsuan obat bila pembelian obat tidak melalui jalur distribusi yang resmi. Faktur tersebut akan menjamin keaslian obat sehingga khasiat dan keamanan obat terjamin. Selain itu, adanya faktur pembelian akan mempermudah proses pengecekan jika terjadi keraguan terhadap obat yang telah dibelinya. Apabila obat yang sudah diterima tidak sesuai dengan permintaan apotek, maka dengan adanya faktur pembelian akan mempermudah komplain dan meretur obat tersebut kembali. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel XVI. Semua Obat yang Dibeli selalu Disertai Faktur Pembelian No. Jawaban Jumlah Persentase 1. Ya 34 97,1

2. Tidak

1 2,9 Total 35 100 KepMenKes Nomor 278 yahun 1981 Pasal 13e menyebutkan bahwa dalam apotek harus tersedia buku pembelian dan penerimaan. Buku penerimaan berfungsi untuk kelengkapan administrasi apotek, jadi apotek mengetahui obat apa saja yang sudah masuk ke dalam apotek. Tabel XVII. Apotek yang Selalu Memasukkan Semua Obat Yang DipesanDibeli Ke Dalam Buku Penerimaan No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya

35 100

2. Tidak

Total 35 100 b. Pencatatan dan pengarsipan transaksi penjualan. KepMenKes Nomor 278 yahun 1981 pasal 13d menyatakan bahwa dalam apotek harus tersedia blangko faktur dan blangko nota penjualan. KepMenKes RI Nomor 280 tahun 1981 Pasal 12 ayat 2 menyatakan bahwa setiap penjualan harus disertai dengan nota penjualan. ayat 3 menyatakan bahwa dalam nota penjualan, harus dicantumkan jenis, jumlah, harga, tanggal penyerahan, dan paraf yang menyerahkan. Tabel XVIII. Apotek yang Selalu Menyertakan FakturNota Penjualan No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya

22 62,9

2. Tidak

13 37,1 Total 35 100 Dari Tabel XVIII, dapat disimpulkan bahwa penyerahan fakturnota penjualan tiap kali pasien membeli obat di apotek telah dilaksanakan dengan baik. Nota penjualan berfungsi sebagai bukti resmi bahwa obat sudah diterima oleh pasien dan pasien sudah membayar dengan lunas. Dalam hal pemberian nota tiap penjualan, masih terdapat apotek yang hanya memberikan nota apabila pasien memintanya. KepMenKes Nomor 278 yahun 1981 Pasal 13e juga menyebutkan bahwa apotek harus tersedia buku penjualan dan penerimaan. Tabel XIX. Apotek yang Selalu Mencatat Setiap Penjualan Dalam Buku Penjualan No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya

32 91,4

2. Tidak

3 8,6 Total 35 100 Dari Tabel XIX, dapat disimpulkan bahwa pencatatan setiap penjualan ke dalam buku penjualan telah dilaksanakan dengan baik. Pencatatan setiap obat yang keluar dari apotek berguna untuk kelengkapan administrasi, yaitu untuk mengetahui obat apa saja yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI telah terjual dan untuk melacak kembali apabila ada pihak-pihak yang berkepentingan membutuhkannya di kemudian hari. c. Pengeluaran narkotika dan psikotropika KepMenKes Nomor 278 tahun 1981 pasal 13 g menyebutkan bahwa dalam apotek harus tersedia buku pencatatan obat narkotika dan psikotropika. Tabel XX Apotek yang Selalu Mencatat Setiap Pengeluaran Narkotika dan Psikotropika No. Jawaban Jumlah Persentase

1. Ya

Dokumen yang terkait

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar pelayanan kefarmasian di apotik - [PERATURAN]

0 6 12

Kajian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Gunungkidul.

0 1 175

Kajian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Bantul.

0 2 159

Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di Kota Yogyakarta.

0 0 133

Kajian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Kulon Progo.

0 1 133

Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di Kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 131

Kajian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Kulon Progo - USD Repository

0 1 131

Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di Kabupaten Sleman periode Oktober-Desember 2006 - USD Repository

0 0 125

Kajian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Bantul - USD Repository

0 0 157

Kajian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Gunungkidul - USD Repository

0 0 173