F. Kode Etik Apoteker
Sebagai pekerjaan profesi, terdapat hubungan khusus di antara sesama pelaku profesi yang diatur melalui praktek organisasi profesi serta berlakunya
etika profesi Etika profesi yaitu suatu aturan yang mengatur suatu pekerjaan itu boleh atau tidak dilakukan oleh pelaku profesi sewaktu menjalankan praktek
profesinya Anonim, 2003a. Kode Etik Apoteker Indonesia adalah suatu aturan moral sebagai rambu-
rambu yang membatasi seorang apoteker dalam menjalankan pekerjaan keprofesiannya dari perbuatan tercela dan merugikan martabat profesi apoteker
dan organisasi profesi Sulasmono, 1997. Berdasarkan Permenkes Nomor 184 tahun 1995 pasal 18 disebutkan bahwa apoteker dilarang melakukan perbuatan
yang melanggar Kode Etik Apoteker. Oleh sebab itu seorang apoteker perlu memahami isi dari Kode Etik Apoteker Hartini dan Sulasmono, 2006.
Kode Etik Apoteker Indonesia disusun oleh Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia ISFI. Kode Etik Apoteker Indonesia menurut ISFI hasil Keputusan
Kongres Nasional XVII ISFI tahun 2005 nomor 0072005 tanggal 18 Juni 2005 dapat dilihat pada lampiran 5.
G. Etika Bisnis
Menurut Miller dan Coady, etika kerja adalah keyakinan, nilai dan prinsip yang akan membimbing individu berinteraksi dalam kaitannya dengan pekerjaan
dan tanggung jawab akan suatu tugas. Etika kerja akan membimbing bagaimana berperilaku, terutama ketika menghadapi dilema Putra, 2005.
Etika berpengaruh terhadap citra manusia, hasil pekerjaan, dan kelangsungan perusahaan. Dalam menjalankan kebijakan perusahaan, etika yang
baik akan memberikan kejernihan berpikir, khususnya untuk perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan publik Putra, 2005.
Menurut J.W. Weiss, etika bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan prinsip etika dalam mengkaji dan memecahkan berbagai masalah moral yang
kompleks. Meski belum ada definisi terbaik dari etika bisnis, namun telah muncul konsensus bahwa etika bisnis adalah studi yang mensyaratkan penalaran dan
penilaian, baik berdasarkan atas prinsip maupun kepercayaan dalam proses pengambilan keputusan dalam menyeimbangkan kepentingan ekonomi terhadap
tuntutan sosial dan kesejahteraan Isdaryadi, 2005. Bisnis mempunyai etika, dan lima prinsip yang berlaku dalam kegiatan
bisnis adalah : 1. Prinsip otonomi. Yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri, disertai kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak menurut keputusan itu dan juga harus disertai
dengan tanggung jawab, baik kepada diri sendirihati nuraninya, kepada pemilik perusahaan, pihak yang dilayaninya dan kepada pemerintah dan
masyarakat yang langsung menerima dampak keputusan bisnisnya. 2. Prinsip kejujuran. Yaitu pemenuhan syarat dalam perjanjian dan kontrak,
mutu produk yang ditawarkan, hubungan kerja dalam perusahaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Prinsip tidak berbuat jahat non-maleficence dan berbuat baik beneficence. Hal ini mengarahkan tindakan bisnis yang baik secara aktif dan maksimal,
minimal tidak merugikan orang lain. 4. Prinsip keadilan. Prinsip ini mengharuskan pelaku bisnis untuk memberikan
sesuatu yang menjadi hak orang lainmitra. 5. Prinsip hormat kepada diri sendiri. Artinya memperlakukan diri sendiri dan
orang lain sebagai pribadi yang memiliki nilai yang sama dengan pribadi lain Isdaryadi, 2005
Apotek mempunyai dua fungsi, yaitu : 1. sebagai unit sarana kesehatan non profitsocial oriented
Apoteker di apotek wajib memberikan pelayanan kefarmasian sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi kepentingan
masyarakat dalam pelayanan sosial social oriented. Apoteker dalam menjalankan fungsi apotek ini harus patuh terhadap etika kefarmasian sebagai
penjabaran Kode Etik Apoteker dan sebagai apoteker yang telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku serta berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai apoteker. Apoteker juga harus mengutamakan kepuasan konsumen customer satisfaction antara lain dengan
memperhatikan harga, kelengkapan sediaan farmasi dan alat kesehatan lainnya yang dijual di apotek agar tidak ada resep atau permintaan konsumen yang
ditolak karena ketidaklengkapan sediaan farmasi maupun alat kesehatan lainnya.
2. sebagai sarana bisnis profitbusiness oriented Apotek berfungsi sebagai sarana bisnis yang diharapkan dapat memberi
keuntungan. Dalam hal ini apoteker harus mampu bertindak sebagai manajer untuk mampu mengembangkan modal dan keuntungan yang diperoleh dengan
bekal ilmu manajerial demi kelangsungan “hidup” apotek itu sendiri Anief, 1995.
H. Keterangan Empiris