Simbol Teater Kelas 10 SMA Seni Budaya Guru

193 Seni Budaya menilainya. Oleh karena itu nilai estetis yang ditampilkan sang kreator atau pelaku seni sangatlah berbeda tergantung ukuran nilai estetis dari sundut pandang mana mereka rasakan atau pakai ketika menikmati atau mengapresiasi pertunjukan teater. Berbicara nilai estetis atau nilai keindahan yang dipancarkan karya seni oleh para pelakunya, termasuk karya teater dapat dianalisis melalui unsur dan struktur pembentuk seninya. Hal ini terjadi, karena sifat seni pertunjukan hadir karena sifat spontan, sesaat dan kolektif. Yakni karya yang ada karena dilakukan secara langsung dengan kasat mata, terbatas oleh ruang dan waktu di atas panggung, dilakukan atas kerjasama dan kerja bersama antar beberapa awak pentas dalam mewujudkan karya teater. Untuk menilai karya teater, apakah indah atau tidak indah sangat tergantung pada jenis dan bentuk seninya. Apakah seni tradisi atau non tradisi, masing –masing pembentuk seninya memiliki idiom atau pakem atau pola yang tetap dan baku yang mengikat secara khas. Justru kekhasan atau keunikan dari bentuk seni teater melalui pola, struktur dan unsur-unsur pertunjukan teater yang terkandung di dalamnya adalah daya tarik tersendiri dalam memaknai nilai estetik seni teater tradisional, baik teater tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat pedesaan maupun teater tradisi yang ada di keraton. Sebagai contoh, bentuk teater tradisional yang ada di Jawa Barat, antara lain; Longser Bandung, Topeng Banjet Karawang, Subang, Topeng Cisalak Bogor, Uyeg Sukabumi dst. Adapun contoh untuk teater tradisional keraton atau disebut adilung, yakni; Wayang Golek, Wayang Kulit, Topeng Cirebon, dst. Dengan nilai keindahan yang terpancar adanya olahan unsur-unsur pertunjukannya kearah nilai estetika tinggi yang dipandang untuk prestisius kebesaran raja. Oleh karena itu, tidak heran apabila teater tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat keraton cenderung rumit dan terkesan glamour menakjubkan karena dikerjakan oleh para empu atau ahli dibidang seni. Dengan ciri atau tanda yang ada sebagai identitas teater keraton adalah unsur-unsur pembentuk seninya berkembang kearah estetika tinggi dan bersifat adiluhung. Lain halnya dengan seni teater non tradisi yang sangat dipengaruhi oleh budaya barat. Dimana nilai keindahan yang dimunculkan memiliki fungsi di luar untuk kepentingan atau kebesaran raja atau untuk kepentingan upacara sebagaimana teater yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat tradisi kerakyatan, seperti Topeng Banjet, Topeng Cisalak, Teater Ardja, Mamanda, dst. Dengan demikian ukuran nilai keindahan yang ada pada teater nontradisi atau teater tradisi yang telah dikembangkan cenderung untuk kepentingan hiburan, dan menjadi media pencerahan bagi penontonnya sebagai