191
Seni Budaya
mendung cerah, pukul lima, waktu Ashar, waktu Subuh, jaman Belanda, zaman kemerdekaan, zaman orde baru, zaman reformasi dst.
Latar peristiwa kejadian sebagai bagian dari unsur Setting di dalam lakon, misalnya; kondisi perang, kondisi mencekam, kondisi aman, dst.
d. Point of view Setiap lakon, termasuk lakon Teater anak-anak, remaja, dewasa atau pun
bagi semua umur pasti melibatkan sudut pandang pengarang atau penulis. Sudut pandang pengarang atau penulis ini disebut point of view. sebagai
gambaran intelektualitas dan kepekaan rasa pengarang atau creator dalam menangkap dan memaknai fenomena yang terjadi.
Memahami dan menangkap tanda -tanda tentang sudut pandang pengarang merupakan hal penting bagi seorang creator panggung atau pembaca agar
terjadi kesepahaman, kesejalanan atau tidak setuju dengan apa yang ditawarkan dan dikehendaki pengarang. Apabila seorang creator dalam
proses kreatifnya mengalami kesulitan menemukan pandangan inti pengarang, secara etika kreator dapat melakukan konsultasi atau wawancara
dengan penulis tentang maksud dan tujuan dari lakonnaskah yang ditulis. Apabila penulis naskah tidak dapat dihubungi dapat melakukan wawancara
dengan sesama penulis satu angkatan atau dengan para penulis seniornya.
2. Pelaku Seni
Pelaku dalam Teater adalah orang-orang yang terlibat secara langsung dalam kegiatan artistik dalam penciptaan karya Teater. Para pelaku di dalam Teater
terdiri dari Sutradara, Pemeran, pemusik, penata pekerja pentas dan pekerja panggung.
Sutradara secara hariah sebagai pemeran pertama lakon. Sutradara disebut juga dengan pengatur laku atau pelaku. Sutradara memiliki tugas dan
tanggungjawab sebagai pengatur, peramu, pengemas dan pengarah di dalam garap Teater. Sutradara dalam istilah lain disebut dengan Art Director
atau Pimpinan Artistik. Oleh karena itu, Sutradara di dalam garapan Teater sebagai pemegang komando, pemegang kebijakan dan pemegang keputusan
dalam menentukan nilai dari sebuah kualitas keindahan dalam garap Teater. Dalam pelaksanaannya, mengingat rumitnya dan banyaknya pekerjaan yang
harus dilakukan, biasanya Sutradara dibantu oleh Asisten Sutradara.
Pemeran atau istilah dalam Teater lebih kena dengan pemain merupakan sosok pemeran yang membawakan cerita berdasarkan pengkarakteran
tokoh. Tugas dan tanggungjawab Pemeran di dalam Teater adalah memerankan tokoh-tokoh cerita di dalam naskah sesuai arahan Sutradara.
Adapun penokohan di dalam Teater dapat dibagi dalam beberapa peran atau penokohan cerita, antara lain : Protagonis, Antagoni, Deutragonis, Foil,
Tetragoni, Conident, Raisonneur dan Utility.
192
Buku Guru Kelas X SMAMASMKMAK
3. Pentas
Pentas dapat diartikan sebagai tempat, pertunjukan atau pergelaran seni. Membahas tentang pentas, tidak akan lepas dari orang yang menata pentas
dan orang-orang yang terlibat dalam pewujudan pentas Teater.
Penata pentas Teater adalah para perancang atau disainer artistik Teater yang memiliki keahlian dibidang seni visual panggung, rias busana, dan
properti dan seni audio musik.
Tugas dan tanggungjawab para perancang pentas adalah membantu Sutradara dalam penuangan gagasan bentuk seni ke dalam wujud nyata
pertunjukan. Para penata artistik di dalam pelaksanaan dibantu oleh beberapa orang pekerja pentas yang dipilih oleh penata pentas.
D. Simbol Teater
Pada dasarnya semua karya seni, termasuk karya teater diekspresikan menggunakan bahasa simbol. Pengertian simbol di dalam seni, termasuk
seni teater dapat dipahami sebagai benda, bentuk, unsur seni yang mengandung nilai atau makna yang terkandung di dalamnya. Nilai dalam
seni, dapat dibedakan antara nilai bentuk dan nilai isi seni Teater.
Nilai di dalam teater bersifat terindra melalui pendengaran, dan penglihatan kita. Contoh, “ timbangan“ dapat pahami sebagai sarana media dan makna
simbolnya adalah “keadilan”. Jika “timbangannya tidak setimbang“, maka simbol tersebut dapat dimaknai sebagai“ ketidakadilan”, dst.
Coba perhatikan perbedaan unsur-unsur yang terkandung di dalam seni teater, baik tradisional maupun non tradisional dengan unsur penting meliputi;
naskah, pemeran, tata pentas, tempat dan penonton merupakan sarana simbol. Simbol yang dapat dimaknai dari perbedaan dua jenis teater melalui
ciri-ciri sebagai identitas teaternya adalah sebagai berikut. Teater tradisional teater daerah kehadiran seninya dapat dimaknai sebagai simbol adat atau
budaya masyarakat dengan Sang Pencita. Adapun teater non tradisional dapat dimaknai sebagai simbol keduniawian bersifat estetis. Hal ini, dapat
dipahami bahwa teater tradisional lebih mengedepankan seni sebagai media upacara, bukan seni untuk keindahan sebagaimana seni non tradisional lebih
mengutakan keindahan bentuk.
E. Nilai Estetis
Dalam karya seni nilai adalah makna, yang disampaikan melalui media atau sarana symbol. Nilai di dalam symbol dapat dibagi menjadi nilai bentuk dan
nilai isi, nilai pesan. Nilai estetis adalah nilai bentuk, bersifat subjektif. Adapun nilai isi, nilai pesan bersifat objektif.
Nilai estetis bersifat subjektif. Artinya, sangat tergantung kepada orang yang