272
Buku Guru Kelas X SMAMASMKMAK
Pengayaan
Tahap pengayaan merupakan tahap yang dilakukan oleh siswa atau kelompok siswa yang memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi daripada
siswa atau kelompok siswa yang lain. Bagi siswa atau kelompok siswa yang memiliki kompetensi yang lebih tinggi, guru dapat mengarahkan
mereka memperdalam kemampuan dan pengetahuan agar potensi mereka berkembang secara lebih optimal. Tugas yang diberikan oleh guru dalam
tahap ini adalah menstimuli siswa atau kelompok siswa tersebut untuk mengaplikasikan pemahaman mereka tentang konsep, teknik, dan prosedur
pertunjukan musik sesuai dengan tingkat perkembangan usia remaja.
Remedial
Kemampuan para siswa tentu saja berbeda satu sama lain. Bagi siswa-siswa yang kurang dapat menguasai konsep ini, guru dapat mengulang kembali
materi yang telah diajarkan. Pengulangan materi disertai dengan pendekatan- pendekatan yang lebih memperhatikan hambatan yang dialami siswa atau
kelompok siswa dalam memahami materi pembelajaran. Misalnya, membimbing pemahaman siswa atau kelompok siswa dengan memberi lebih banyak contoh
dari yang paling sederhana sampai yang agak sulit. Contoh-contoh yang diberikan dapat berupa gambar, audio, dan audio-visual. Pendekatan lain yang
dapat dilakukan guru dalam tahap remedial ini adalah dengan lebih banyak memberi perhatian kepada siswa atau kelompok siswa tersebut yang dilakukan
secara menyenangka. Pendekatan yang menyenangkan ini dapat dilakukan guru dengan tujuan agar siswa atau kelompok siswa tersebut dapat lebih
termotivasi untuk mencari informasi yang mereka perlukan, lebih termotivasi untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan dapat mempresentasikan
pemahaman mereka tentang konsep, teknik, dan prosedur pertunjukan musik. Tahap remedial diakhiri dengan penilaian untuk mengukur kembali tingkat
pemahaman siswa atau kelompok siswa tersebut terhadap materi pembelajaran.
Penilaian
Penilaian proses mencakup tiga aspek dasar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh lembar penilaian
berikut:
273
Seni Budaya
No. Nama
Siswa PENGETAHUAN
TOTAL NILAI
Program Acara Pelaksanaan
Pertunjukan Musik Publikasi
1 2
3 4
5 1
2 3
4 5
1 2
3 4
5
No. Nama
Siswa SIKAP
TOTAL NILAI
Rasa Percaya Diri Kemandirian
Kerjasama Antar- Anggota Pertunjukan
1 2
3 4
5 1
2 3
4 5
1 2
3 4
5
No. Nama
Siswa KETERAMPILAN
TOTAL NILAI
Permainan Musik Penerapan Gerakan,
Ekspresi, dan Properi dalam
Pertunjukan Interaksi dengan
Penonton
1 2
3 4
5 1
2 3
4 5
1 2
3 4
5
Penilaian pada masing-masing aspek menggunakan skala Likert, yaitu dengan memberikan skor antara 1 – 5. Masing-masing skor mendeskripsikan
tingkat kemampuan siswa, yaitu:
SKOR PENJELASAN
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang
1 Sangat Kurang
Skor maksimal dalam penilaian proses untuk ketiga aspek tersebut adalah 45 dan skor minimal adalah 9. Apabila seorang siswa memperoleh total nilai 12
untuk aspek pengetahuan, 12 untuk aspek sikap, dan 9 untuk aspek keterampilan maka total nilai yang diperoleh adalah: 12 + 12 + 9 = 33. Nilai
PENILAIAN PROSES: PERTUNJUKAN MUSIK
274
Buku Guru Kelas X SMAMASMKMAK
33 menunjukkan bahwa kemampuan yang dicapai oleh siswa adalah 33 dari 45 skor maksimal atau 3345 sehingga dapat dikatakan atau disimpulkan
bahwa kemampuan siswa adalah 73,3 untuk ketiga aspek tersebut. Penilaian hasil melibatkan praktik pertunjukan musik dalam acara sekolah,
misalnya dalam Pentas Kesenian Pensi. Penilaian hasil dilakukan pada setiap akhir semester.
Interaksi dengan Orang Tua
Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran akan dapat dicapai dengan lebih baik melalui kerjasama dengan pihak orang tua siswa. Oleh karena itu,
guru diharapkan dapat berinteraksi dengan orang tua para siswa, seperti meminta kesediaan para orang tua untuk dapat menyediakan sarana yang
dibutuhkan oleh anak-anak mereka, memberi kesempatan kepada anak- anak mereka untuk mengikuti kegiatan diskusi di luar proses pembelajaran,
berdiskusi dengan anak-anak mereka tentang materi yang dipelajari di sekolah, serta meluangkan waktu untuk menyaksikan beragam pertunjukan
musik dengan anak-anak mereka dan mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pertunjukan musik tersebut.
275
Seni Budaya
Kritik Musik
Kompetensi Inti: KI 1
: Menghayai dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menghayai dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, gotong royong, kerjasama, toleran, damai, santun,
responsif dan proakif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efekif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 :
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesiik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 :
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar: 1.1
: Menunjukkan sikap penghayatan dan pengamalan serta bangga
terhadap seni musik sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan.
2.1 :
Menunjukkan sikap kerjasama, bertanggung jawab, toleran, dan disiplin melalui akivitas berkesenian.
2.2 :
Menunjukkan sikap santun, jujur, cinta damai dalam mengapresiai seni dan pembuatnya.
2.3 :
Menunjukkan sikap responsif dan pro-akif, peduli terhadap lingkungan dan sesama, serta menghargai karya seni dan pembuatnya.
3.4 :
Menganalisis hasil pergelaran musik berdasarkan konsep, teknik, prosedur, dan tokoh pada kriik musik sesuai konteks budaya
4.4 :
Membuat tulisan tentang karya-karya musik dan pencipta.
Bab
12
276
Buku Guru Kelas X SMAMASMKMAK
A. Pengertian kritik Informasi untuk Guru
Kritik diartikan sebagai kecaman, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan
sebagainya Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008. Berdasarkan pengertian dari sumber itu maka kritik musik dalam pertunjukan seni dapat diartikan
sebagai pertimbangan baik buruk terhadap kemampuan seseorang atau kelompok dalam memproduksi musiklagu atau karya musik dalam
pertunjukan seni. Dengan kata lain, kritik musik dalam pertunjukan seni memperlihatkan objek dari kritik, yaitu musik, yang berhubungan dengan
elemen-elemen musik, seperti nada, ritme, harmoni, intensitas, warna suara, interpretasi, dan ekspresi.
Musik bukanlah dunia verbal. Musik adalah dunia representasi simbol-simbol. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab 3 Semester 1, berbeda dari ikon
dan indeks, simbol merupakan tanda yang mengandung makna-makna tertentu. Oleh karena itu, pernyataannya lebih cenderung melalui pemaknaan
ekspresi daripada melalui mediasi pengertian-pengertian langsung atau jelas verbalisme. Dari kalangan seniman musik sering terdengar kredo: biarkan
musik menjelaskan dirinya sendiri Musik adalah sugesti besar yang menerangkan dirinya sendiri seolah-olah musik itu absolut adanya.
Di sisi lain, kritik adalah sebuah telaah analisis verbal yang secara teoretis mencoba menjelaskan pengertian-pengertian dunia pemaknaan representasi
simbol-simbol tersebut. Apa yang ingin diekspresikan seniman melalui karya seninya seringkali berbeda dari apa yang dimaknai oleh para kritikus. Ketika
terjadi perbedaan makna antara seniman dan kritikus seni maka terjadilah
konlik. Perbedaan makna seorang seniman terhadap hasil karya seninya dan makna yang diinterpretasikan kritikus menyebabkan adanya prasangka
atau dugaan bahwa kritik tak berguna buat seniman musik. Mengapa kritik yang dikemukakan oleh kritikus seni diduga tidak berguna bagi para seniman?
Pengalaman menunjukkan bahwa hanya ada dua kategori seniman musik yang bereaksi terhadap kritik musik. Kategori pertama adalah seniman yang
hanya mau mendengar pujian, sedangkan kategori kedua adalah seniman yang sama sekali tak mau mendengarkan kritik apa pun neglect
. Pada dasarnya, tak ada perbedaan sikap dasar attitude di antara keduanya.
Karena sifat non-verbalistik musik, para seniman musik dalam keterbelakangan dunianya music preoccupation sering menutup diri dari dunia luar yang
menerangi dirinya secara verbal. Terjadinya konlik diri yang kontradiktif – antara dunia musik yang sesungguhnya sangat rasional, dengan seniman
dalam tanggapan dunia pemaknaan musik yang emosional – menyebabkan para seniman musik menutup diri dari dunia kritik seni. Kritik lantas tak ada
gunanya bagi para pemusik, karena tak terbaca dan tak terdengar.
277
Seni Budaya
Dalam bukunya Musik: Antara Kritik dan Apresiasi pernah menjelaskan bahwa, “tak ada kritik yang sungguh-sungguh objektif – karena kritik objektif
utopian dalam suatu karya seni adalah sesuatu yang tidak mungkin” Suka Hardjana 2004. Hardjana kemudian melanjutkan bahwa pada dasarnya,
kritik adalah sebuah tanggapan dalam bentuk pendapat pribadi berdasarkan pandangan yang mengacu pada suatu pengalaman tertentu seseorang.
Acuan pengalaman seseorang itu bersifat pribadi dan tidaklah netral.
Kesenjangan konlik persepsional segi tiga antara karya seni – kritik – dan publik, yang direpresentasikan melalui pandangan seniman pencipta karya
seni–pendapat kritikus autoritarian dalam bidangnya–dan persepsi masyarakat pecinta seni itu sendirilah yang justru mencerminkan keadaan
objektif yang sesungguhnya, yaitu bahwa kritik objektif tidaklah mungkin. Sebaliknya–walaupun bersifat subjektif–akan selalu ditemui faktor-faktor
objektif dalam sebuah kritik seni yang baik. Oleh karena itu, kritik yang baik ‘harus selalu’ mengandung hal-hal yang diharapkan dapat mencerahi objek
kritik, sebagai subjek persoalan. Dalam hal ini, maka karya seni yang telah mengalami kemandiriannya sebagai sebuah ideal yang ‘born to be free’ and
to be freed, harus bisa dilihat posisi kenetralannya, baik dari sudut pandang
sang seniman pencipta–kritikus, maupun masyarakat pendukung seni. Sebuah karya seni harus diberikan hak hidupnya sendiri agar ia menerima
kemandiriannya, bebas dari ‘kuasa’ publik–kritik–maupun penciptanya sendiri, yang sangat sering bersifat monopolistik dalam hal ‘apa yang
dianggap benar.
Walaupun terdapat perbedaan pendapat dikalangan para pakar seni dalam hal-hal tertentu, pada dasarnya ada kesamaan pandangan di antara mereka
bahwa kritik seni adalah aktivitas pengkajian yang serius terhadap karya seni. Tujuan kritik seni adalah untuk melakukan evaluasi seni, apresiasi seni, dan
mengembangkan seni ke taraf yang lebih kreatif dan inovatif. Bagi masyarakat, kritik seni berfungsi sebagai memperluas wawasan. Bagi seniman, kritik tampil
sebagai ‘cambuk’ kreativitas. Suatu ketika kritik seni berperan memperkenalkan tokoh baru, saat lain memperkenalkan karakteristik seni baru Bangun, 2001.
Sebagai pribadi, kritikus tidak bermaksud menentukan kriteria tertentu sebagai standar baku menilai seni. Kritik seni sama sekali tidak bertujuan mempengaruhi
kreasi seniman. Meskipun demikian tidak berarti kritik seni tidak memerlukan standar-standar tertentu. Kritik seni memerlukan faktor-faktor standar tersebut
harus ada Bangun, 2001. Pandangan tersebut dapat dipahami karena tanpa standar-standar tertentu, upaya untuk memperlihatkan keunggulan seni tertentu
menjadi sulit dilakukan. Tujuan pembelajaran: 1 memahami kritik musik, 2 mengidentiikasi aspek-
aspek dalam pertunjukan musik sebagai objek kritik, 3 mengidentiikasi beberapa kritik musik dalam kompetisi, dan 4 menguraikan dasar-dasar
pengetahuan untuk melakukan kritik musik.