Menampilkan Karya Tari Dengan Iringan

156 Buku Guru Kelas X SMAMASMKMAK 3. Siswa dapat mempraktekkan gerak tari Lenggang Patah Sembilan dengan menggunakan hitungan 4. Siswa dapat mempraktekkan gerak tari Lenggang Patah Sembilan secara berpasangan dan menggunakan pola lantai 5. Siswa dapat menyebutkan nama setiap motif gerak tari Lenggang Patah Sembilan 6. Siswa dapat mempraktekan gerak tari Lenggang Patah Sembilan dengan menggunakan iringan Penilaian Guru menyiapkan catatan untuk penilaian praktek dari peserta didik. Penilaian dilakukan terhadap: 1. Sikap, yaitu disiplin, tanggung jawab, menghargai, bekerjasama, 2. Pengetahuan, yaitu kerincian dan ketepatan pengetahuan. 3. Keterampilan, yaitu kemampuan melakukan gerak tari Lenggang Patah Sembilan dengan menggunakan iringan tari Pengayaan Siswa dapat mempraktekkan gerak tari tradisional sesuai dengan daerah tempat tinggal, baik secara tunggal, berpasangan atau kelompok. Remedial Remedial diberikan kepada siswa yang belum memahami konsep menyusun gerak tari. Dan belum dapat mempraktekan tari Lenggang Patah Sembilan. Siswa diberikan tugas untuk mengulang kembali materi ragam gerak tari Lenggang Patah Sembilan yang belum dipahami dan berlatih kembali materi tari sirih kuning untuk mengulang mempraktekan tari Lenggang Patah Sembilan dengan baik Evaluasi Guru atau fasilitator selalu mengecek dan membimbing siswa untuk mencapai proses dan hasil kerja yang maksimal. Informasi untuk Guru Self assessment adalah proses dimana seseorang memiliki tanggung jawab untuk menilai hasil belajarnya sendiri. Hal ini diperlukan supaya peserta didik tahu sejauh mana materi yang dipelajarinya bedasarkan penilaian sendiri. 157 Seni Budaya Proses pembelajaran Model pembelajaran sikap dapat diterapkan pada kegiatan ini. 1. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan praktik menyusun karya tari, peserta didik memberikan penilaiannya self assessment terhadap. a. kegiatan kelompoknya. b. pengalaman yang dialami dan ungkapan pendapatnya. 2. Peserta didik membuat kesimpulan berdasarkan hasil penilaian di kelompok. 3. Guru menanyakan pada peserta didik tentang minat mereka untuk mempraktikan kembali tari tradisional daerah tempat tinggal atau daerah sekitar. 4. Peserta didik diminta mengemukakan rasa syukur keanekaragaman gerak tari tradisional di Indonesia 158 Buku Guru Kelas X SMAMASMKMAK Pemeranan Kompetensi Inti: KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli gotong royong, kerjasama, toleran, damai, santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesiik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan Kompetensi Dasar: 1.1. : Menunjukkan sikap penghayatan dan pengamalan serta bangga terhadap karya seni teater sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah Tuhan 2.1. : Menunjukkan sikap kerjasama, bertanggung jawab, toleran, dan disiplin melalui aktivitas berkesenian 2.2. : Menunjukkan sikap santun, jujur, cinta damai dalam mengapresiai seni dan pembuatnya 2.3. : Menunjukkan sikap responsif dan pro-aktif, peduli terhadaplingkungan dansesama,menghargai karya seni dan pembuatnya 3.1. : Memahami konsep, teknik dan prosedur berkarya teater 4.1. : Menerapkan watak tokoh sesuai dengan naskah yang dibaca Bab 7 159 Seni Budaya Informasi Guru Bab 7 Semester I dalam buku siswa berisi materi tentang pemeranan. Kompetensi yang diharapkan setelah siswa mempelajari bab ini adalah pemahaman terhadap konsep, teknik dan prosedur berkarya tetaer serta keterampilan untuk menerapkan watak tokoh sesuai dengan naskah yang dibaca. Materi pemeranan ini setidaknya dapat dilakukan dalam 8 jam pelajaran atau 4 kali pertemuan. 4 jam pelajaran pertama guru memfasilitasi peserta didik untuk mempelajari dan memahami terhadap konsep, teknik dan prosedur berkarya tetaer sedangkan4 jam pelajaran selanjutnya guru memfasilitasi peserta didik dalam kegiatan latihan dan praktek penerapan watak tokoh sesuai dengan naskah yang dibaca. Alur pembelajaran pemeranan ini dapat dilihat pada bagan berikut ini yang juga terdapat dalam buku siswa. Alur pembelajaran ini pada bukanlah urutan baku yang harus diikuti peserta didik tetapi pengkategorian untuk memudahkan proses pembelajaran dan penguasaan materi. Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari materi pemeranan di bab 7 Semester 1 ini peserta didik diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan pengertian pemeranan, 2. Mengidentiikasi unsur-unsur pemeranan, 3. Mengidentiikasi teknik pemeranan, 4. Membandingkan penokohan dalam pemeranan, 5. Menganalisis watak tokoh berdasarkan naskah, 160 Buku Guru Kelas X SMAMASMKMAK 6. Melakukan proses latihan pemeranan sesuai watak tokoh naskah, 7. Menyajikan pemeranan sesuai naskah dengan lisan dan tulisan, 8. Memaknai pembelajaran pemeranan.

A. Pengertian Pemeranan

Pemeranan merupakan unsur penting dalam seni teater. Pengertian teater Theatron, Inggris secara umum dapat diartikan sebagai “Gedung Pertunjukan”.Kata “Teater” pun dapat dimaknai sebagai semua jenis pertunjukan, secara langsung seni tari, seni musik, seni drama maupun tidak langsung seni media rekam seperti: sinematograi, TV Play dan ilm. Teater dalam pengertian khusus dapat diartikan sebagai drama. Kata drama sendiri diambil dari bahasa Yunani “ dramoi” atau “ to act to” dalam bahasa Inggris yang berarti berbuat, melakukan atau bertindak atau berbuat menjadi atau berbuat seolah-olah menjadi di luar dirinya. Dari kata “to act” lahirlah istilah actorpemeran pria dan actris, pemeran wanita. Istilah pemeranan disebut juga dengan seni peran, atau seni akting dan orang yang melakukan kegiatan pemeranan dikenal dengan sebutan; aktor, aktris, pemain, tokoh, dst. Aktor, aktris, pemain, tokoh merupakan inti dalam seni peran dan seni teater pada umumnyakarena tanpa pemeranan, seni pertunjukan tidak akan hadir dihadapan kita. Dalam pemeranan tidak semua aktor,pemeran, berhasil dalam membawakan pemeranannya. Mengapa demikian? Hal ini sangat terkait dengan beberapa unsur seni peran yang menjadi persyaratan didalamnya, antara lain; 1. Cerita atau naskah yang dibawakannya harus mengandung konlik atau pertentangan antar tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnnya. Dapat pula pertentang tokoh cerita dengan lingkungan, dengan dirinya sendiri keyakinannnya dst. 2. Adanya kerjasama dan kerja bersama yang baik antar pemain dan sutradara dalam membangun irama permainan seni peran, dengan beberapa unsur artistik pentas yang hadir melingkupi tokoh dalam suatu adegan, babak atau disebut dengan kepekaan ruang dalam membangun atmosir pertunjukan. 3. Menghindari terjadinya kesalahan pemilihan tokoh atau miss casting dalam pemeranan, sehingga terjadi over acting akting yang berlebihan atau under actingakting dibawah standar, kurang ekspresif dari tuntutan peran yang dibawakan. Pemeran, aktor, aktris yang baik adalah manusia kreatif yang selalu berinsiatif untuk mendandani dan menyempurnakan tubuhnya, mentalnya, sosialnya tanpa harus menunggu perintah orang lain dan atau sutradara. 4. Adanya keberanian untuk mencoba dan gagal trial and error. 161 Seni Budaya 5. Memiliki wawasan dan suka bergaul. Karena itu disyaratkan untuk gemar membaca, menonton pertunjukan dan harus peka terhadap kejadian sekitar dan isu-isu yang aktual untuk melatih ingatan dan emosi pemeran sekaligus sebagai bahan apa yang akan didibicarakan secara tematik. 6. Harus percaya diri, memiliki kesadaran potensi atas kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Dengan demikian, seorang pemain teater dituntut untuk membawakan perannya dengan ekspresif, totalitas tubuh sesuai dengan watak tokoh yang diperankannya. Pemeran yang baik harus mampu menjadi mediator pesan moral cerita dan estetis keindahan pemeranan melalui ekspresi totalitas tubuhnya, dengan segenap cipta, rasa dan karsanya. Untuk mengetahui dan mengalami pembelajaran seni peran, seorang aktor harus siap dan mampu dibentuk dan dibuat jadi apa saja. Artinya, aktor atau seorang pemeran itu ibarat lempung tanah liat sebagai bahan baku yang mampu menjadi media utama dalam seni peran atau pemeranann dari cerita yang diekspresikan secara estetis melalui simbol atau lambang audio suara, kata-kata, visual tubuh atau ragawi dan gerak gerak-gerik dan perlakuan di atas pentas. Berdasarkan penyajiannya, pemeranan atau seni peran dalam seni teater dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni pemeranan di atas panggung pertunjukan bersifat langsung, sesaat dengan gaya dan unsur pemeranannya dapat dilakukan dengan teknik stilasi penyederhanaan dan distorsi penglebihan. Adapun pemeranan sinematograi atau ilm bersifat wajar, tidak langsung, diulang melalui media rekam dan melalui proses editing. Dalam perkembangannya, istilah pemeranan terutama dalam dunia sineas, sinematograi lebih dikenal dengan seni “acting“. Kata acting sendiri dalam bahasa Indonesia ditulis akting, berasal dari kata “to act“ artinya berbuat, bertindak seolah-olah atau menjadi sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa; orang dengan identitas ketokohannya, atau benda dan mahluk hidup lain bersumber dari kehidupan nyata kemudian diangkat ke atas pentas dalam wujud seni peran atau akting dengan karakter atau watak tokoh yang diperankan. Oleh karena itu pemeranan disebut juga dengan seni peran atau seni akting diartikan sebagai seni dalam membawakan peran orang lain di luar dirinya dengan perwatakan bersifat; tepat takaran, logis wajar, etis dan estetis. Seorang pemeran harus mampu membawakan pemeranannya secara prima dan mempesona di atas pentas. Sebagai rasa tanggungjawab yang dipikulnya, maka seorang pemeran atau aktor, aktris untuk senatiasa selalu mengasah kemampuan dirinya melalui pengolahan unsur penting pemeranannya, yakni: tubuh, suara, rasa atau penghayatan yang melingkupinya. Dengan demikian kepekaan dan mengolah kesadaran unsur pemeranan yang melingkupinya