Teknik Analisis Data METODE PENELITIAN

b. Penentuan populasi Populasi dari penelitian ini adalah surat penyerahan barang jadi ke gudang, surat pesanan, surat pengiriman barang, dan laporan penukaran barang selama periode awal Januari sampai Desember 2012. c. Penentuan Besarnya Sampel Penelitian ini menggunakan stop-or-go sampling, dalam stop-or-go sampling jika auditor tidak menemukan adanya penyimpangan atau menemukan jumlah penyimpangan tertentu yang telah ditetapkan maka ia dapat menghentikan pengambilan sampelnya. Metode stop-or-go sampling memiliki prosedur-prosedur sebagai berikut Mulyadi Kanaka, 1998: 250-256: 1 Tentukan desired upper precision limit DUPL dan tingkat keandalannya. Pada tahap ini auditor menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih dan tingkat kesalahan yang masih dapat diterima. Tabel yang tersedia dalam stop-or-go sampling ini menyarankan auditor memilih tingkat keyakinan 90, 95 atau 97,5. Tabel besarnya minimum untuk pengujian pengendalian dapat dilihat pada tabel 3.2 Tabel 3.2 Besarnya Sampel Minimum untuk Pengujian Pengendalian Zero Expected Occurances. Sumber: Mulyadi Kanaka 1998: 252 Perhatian: Jika kepercayaan terhadap pengendalian intern cukup besar, umumnya disarankan untuk tidak menggunakan tingkat keandalan kurang dari 90 dan tidak menggunakan acceptable precission limit lebih besar dari 5. 2 Gunakan tabel besarnya sampel minimum untuk Pengujian Pengendalian guna menentukan sampel pertama yang harus diambil. Setelah confidence level dan DUPL ditentukan, langkah yang berikutnya yaitu menentukan besarnya sampel minimum yang harus diambil auditor dengan bantuan tabel besarnya minimum untuk pengujian pengendalian tabel 3.2. Menurut Mulyadi Kanaka 1998: 254 pada tabel 3.2, jika sistem pengendalian Acceptable Upper Sample Size Based on Confidence Level Precission Limit 90 95 97,50 10 24 30 37 9 27 34 42 8 30 38 47 7 35 43 53 6 40 50 62 5 48 60 74 4 60 75 93 3 80 100 124 2 120 150 185 1 240 300 37 intern klien baik, maka disarankan untuk tidak menggunakan tingkat keandalan kurang dari 95 dan menggunakan DUPL lebih dari 5. Pada umumnya dalam pengujian kepatuhan auditor tidak pernah memilih besarnya sampel kurang dari 60. 3 Buat tabel stop-or-go decision. Setelah besarnya sampel minimum ditentukan, langkah selanjutnya yaitu membuat tabel stop-or-go decision. Dalam tabel stop-or-go decision tersebut auditor akan mengambil sampel sampai empat kali. Umumnya dalam mengulang tabel stop-or-go decision auditor jarang merencanakan pengambilan sampel lebih dari tiga kali. Tabel 3.3 Stop-or-go decission Sumber: Mulyadi Kanaka, 1998: 254 4 Setelah sampel diperiksa maka dapat dievaluasi menggunakan dasar tabel stop-or-go decision , sehingga tingkat efektivitas sistem pengendalian intern perusahaaan dapat diketahui. Langkah ke- Besarnya sampel kuantitatif yang digunakan Berhenti jika kesalahan kumulatif yang terjadi = Lanjutkan ke langkah berikutnya jika kesalahan yang terjadi = Lanjut ke langkah 5 jika kesalahan paling tidak sebesar 1 60 1 4 2 96 1 2 4 3 126 2 3 4 4 156 3 4 4 5 Mengambil kesimpulan bahwa SPI Perusahaan Tidak efektif Berikut akan diuraikan cara penyusunan tabel Stop-or-go decision. Langkah – langkahnya adalah Mulyadi Kanaka, 1998: 256-260: a Langkah pertama auditor menentukan besarnya sampel minimum menggunakan tabel 3.2. Setelah diambil 60 sampel lalu diperiksa sesuai attribute, apabila tidak ditemukan kesalahan atau sama dengan 0 Achieved upper precission limit = DUPL maka pengambilan sampel dihentikan dengan mengambil kesimpulan bahwa Sistem Pengendalian Intern yang diperiksa efektif. Pada tingkat kesalahan = 0, maka AUPL dihitung dengan rumus : AUPL= Menurut tabel 3.4, Confidence Level Factor pada R = 95 dan kesalahan sama dengan 0 adalah 3, maka AUPL = 360 = 5. Pada tingkat kesalahan sama dengan 0, DUPL = AUPL, dapat disimpulkan bahwa unsur pengendalian intern adalah baik. Tabel 3.4 Attribute sampling table for determining stop-or-go sample size and upper precissionlimit of population occurance rate based on sample result. Sample Size Based on Confidence Level 90 95 97,5 2,4 3,0 3,7 1 3,9 4,8 5,6 2 5,4 6,3 7,38 3 6,7 7,8 8,8 4 8,6 9,2 10,3 Sumber: Mulyadi Kanaka 1998: 255 5 Jika kesalahan ditentukan sama dengan 1, maka confidence level factor pada R = 95 adalah sebesar 4,8. Sesuai tabel di atas dengan R = 95 dan DUPL = 5, maka Confidence Level Factor CLF tingkat kesalahan sama dengan 1 adalah sebesar 4,8. AUPL = = 4,8 60 = 8 Ini berarti Achieved Upper Precission Limit AUPL melebihi DUPL yang ditetapkan sebesar 5, karena AUPL DUPL 8 5 auditor perlu melanjutkan pemeriksaan dengan mengambil sampel tambahan dengan rumus: Sample Size = = 4,8 5 = 96 lembar Dari perhitungan diatas maka penulis perlu menambah sampel sejumlah 36 lembar, sesuai dengan tabel stop-or-go decission penulis melanjutkan pemeriksaan ke langkah kedua dan melakukan pengujian kembali terhadap atribut dari 36 sampel tambahan tersebut. 6 Jika dalam pemeriksaan terhadap attribute 96 anggota sampel pada langkah kedua tersebut auditor menemukan dua kesalahan atau penyimpangan, maka auditor akan mengambil 30 sampel tambahan sehingga pada langkah ketiga ini jumlah sampel kumulatif menjadi 126. Jika dari 126 sampel tersebut hanya ada dua kesalahan, maka AUPL = 6,3 126 = 5, berarti dapat disimpulkan bahwa Sistem Pengendalian Intern adalah efektif dan auditor akan menghentikan pengambilan sampelnya karena AUPL = DUPL. Tetapi jika dari 126 sampel tersebut auditor menemukan tiga kesalahan, maka AUPL menjadi sebesar 6,19 7,8 126. Keadaan seperti ini auditor memerlukan tambahan sampel menjadi 156 7,8 5 dan pindah ke langkah keempat. 7 Jika dari 156 sampel ini hanya dijumpai tiga kesalahan, maka AUPL = 7,8 156 = 5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern adalah efektif dan auditor akan menghentikan pengambilan sampelnya, karena AUPL = DUPL. Namun jika dari 156 sampel tersebut auditor menemukan empat kesalahan, maka AUPL menjadi sebesar 5,9 9,2 156. Dalam keadaan ini auditor beralih kelangkah kelima, yaitu mengambil kesimpulan bahwa unsur sistem pengendalian intern yang diperiksa tidak dapat dipercaya. d. Pemilihan anggota sampel Populasi yang diambil secara random sebanyak 60 sampel. e. Pemeriksaan terhadap atribut Apabila dari 60 sampel yang diambil tidak terdapat kesalahan atau kesalahan sama dengan 0, maka Sistem Pengendalian Intern yang diterapkan perusahaan sudah efektif. f. Evaluasi Hasil Pemeriksaan Hasil penelitian tersebut apabila kesalahan lebih kecil dari satu atau sama dengan tingkat kesalahan maksimum, populasi dapat diterima, dengan demikian Sistem Pengendalian Intern dapat dikatakan efektif dan memadai. Hasil kesalahan yang ditetapkan melebihi dari tingkat kesalahan maksimum yang diterapkan, maka harus dilanjutkan kelangkah selanjutnya. Langkah- langkah selanjutnya yang akan ditempuh adalah: 1 Tentukan desired upper precission limit DUPL dan tingkat keandalan 2 Gunakan tabel besarnya sampling minimum untuk Pengujian Kepatuhan guna menentukan sampel pertama yang harus diambil 3 Buat tabel stop-or-go decision 4 Mengevaluasi pengujian kepatuhan untuk menilai efektivitas Sistem Pengendalian Intern sistem akuntansi persediaan produk jadi. 39

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Pabrik Gula Meritjan didirikan tahun 1993 oleh Nederland Indische Landbouw Maatshaapl NILM , dan berproduksi hingga tahun 1935. Pada tahun tersebut PG Meritjan ditutup karena meletusnya Perang Dunia II kemudian dari tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 PG Meritjan diduduki oleh Jepang dan digunakan sebagai pabrik senjata. Pada 1945 sampai dengan tahun 1946 perusahaan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama sebagai pabrik senjata dan yang kedua merupakan perkebunan tebu. Perkebunan tebu tersebut diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Gula Negara BPPGN dan tebunya digiling di PG Pesantren. Pada tahun 1948 PG Meritjan diambil alih oleh Belanda sampai dengan tahun 1957. Tanggal 9 Desember 1957 sesuai SK Penguasa Militer Menteri Pertanian No.1042 PRT 1957, semua perusahaan diambil alih oleh pemerintah RI dibawah suatu badan yaitu Perusahaan Perkebunan Negara PPN baru, yang berkedudukan di setiap Daerah Swantara Tingkat I. Pada tahun 1959 diadakan pembagian pra unit dan PG Meritjan termasuk dalam Pra Unit Gula A. Berdasarkan Prosedur Percobaan No. 166 1961 tanggal 26 April 1961, bentuk pra unit digabung dan dihapuskan menjadi bentuk kesatuan dan PG Meritjan termasuk dalam kesatuan Jawa Timur II. Prosedur Percobaan No. 1 tahun 1963 menyatakan bahwa PG Meritjan dikuasai oleh Badan Perusahaan Umum- Perusahaan Negara BPU-PPN yang berkedudukan di Surabaya hal ini berlangsung hingga tahun 1963, dan menurut Prosedur Percobaan No. 13 1968 bentuk Badan Perusahaan Umum BPU dihapuskan kemudian PG Meritjan tidak lagi dibawah BPU-PPN. Pertengahan tahun 1968, menurut Prosedur Perusahaan PNP dimana PG Meritjan termasuk dalam PNP XXI yang berkedudukan di Surabaya dan Badan Hukum beralih pada Direksi PNP XXI digabung dengan PNP XXII dalam bentuk perseroan yaitu PT Perkebunan XXI-XXII Persero yang berkedudukan di Surabaya. Akta yang dibuat di depan Notaris Imas Fatimah, SH Jakarta No. 109-13 8-1984 mengalami perubahan sesuai Surat Keputusan No. 41-8 3-1985 disebut Perkebunan XXI-XXII Persero dengan Badan Hukumnya berada pada kantor Direksi PT Perkebunan XXI-XXII Persero di Jalan Jembatan Merah 3-9 Surabaya. Tahun 1996 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.15 1996-14-1996, PT Perkebunan XXI-XXII Persero dibubarkan dan dilebur menjadi Perkebunan Nusantara PTPN X Persero dengan kantor pusat yang beralamat di Jalan Jembatan Merah 3-9 Surabaya dan PG Meritjan merupakan suatu Strategi Bisnis Unit SBU gula. PTPN X Persero sampai sekarang membawahi 12 Pabrik Gula, 3 rumah sakit, 2 kebun tembakau dan 1 pabrik karung plastik, diantaranya adalah: 1. PG. Krian, Sidoarjo non aktif 2. PG. Krembong, Sidoarjo 3. PG. Toelangan, Sidoarjo 4. PG. Watoetoelis, Sidoarjo 5. PG. Gempolkerep, Mojokerto 6. PG. Tjoekir, Jombang 7. PG. Lestari, Kertosono 8. PG. Djembang Baru, Jombang 9. PG. Meritjan, Kediri 10. PG. Pesantren Baru, Kediri 11. PG. Ngadirejo, Kediri 12. PG. Modjopanggung, Tulungagung 13. PG. Gatoel, Mojokerto 14. RS. Toeloeng Redjo, Kediri 15. RS. Jember Klinik, Jember 16. Kebun Tembakau Jember 17. Kebun Tembakau Klaten 18. Pabrik Karung Pecangann, Jepara

B. Bentuk Badan Usaha

Pabrik Gula Meritjan Kediri merupakan perusahaan yang bertumpu pada sektor BUMN yang berkedudukan di bawah PTPN X Persero, berada di bawah naungan Menteri Pertanian sedangkan dalam hal pendanaan berada di bawah Menteri Keuangan. Seluruh pendapatan yang diperoleh Pabrik Gula Meritjan Kediri diserahkan kepada PTPN X Persero yang berada di Surabaya kemudian PTPN X Persero apabila akan dikeluarkan biaya operasional maka dilakukan melalui Permintaan Modal Kerja PMK yang dibuat berdasarkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan RKAP tiap bulan dengan disetujui oleh dewan direksi terlebih dahulu dengan demikian Badan Usaha dari Pabrik Gula Meritjan Kediri adalah PT Persero sedangkan badan hukumnya berada di bawah Direksi PTPN X Persero yang berkedudukan di Jalan Jembatan Merah No. 3-9 Surabaya.

C. Lokasi Perusahaan

Pabrik Gula Meritjan Kediri berlokasi diantara Kertosono-Kediri yaitu 5 km sebelah utara kota Kediri dan tepatnya terletak di Desa Merican Kec.Mojoroto Kota Kediri. PG. Meritjan dibatasi oleh: Sebelah Utara : Desa Meritjan Sebelah Timur : Desa Jabon Sebelah Selatan : Sungai Brantas Sebelah Barat : Desa Merican Daerah penanaman tebu di wilayah KabupatenKota Kediri dan Kabupaten Nganjuk. Penyediaan air bersih untuk memenuhi keperluan air untuk katel dan proses diambil dari air sumur bor sedangkan pendinginan diambil dari air sungai.

D. Organisasi

1. Struktur Organisasi Pemenuhan tugas dan tanggung jawab antara yang satu dengan yang lainnya maka diperlukan suatu organisasi yang jelas. Struktur organisasi PG. Meritjan Kediri berbentuk garis lini, maksudnya pimpinan langsung memberikan wewenangnya kepada bawahannya. Struktur organisasinya seperti pada gambar berikut ini: Gambar 4.1 Struktur Organisasi PG. Meritjan Th. 2012 Sumber: PG. Meritjan ADMINISTRATUR Ir. H. Dwi Sukmo Endro Santoso IV C 00 Kabag Tanaman Kabag Instalasi Kabag Pengolahan Kabag Quality Control Kabag A.K U