33
3.2.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan “non probability sampling
“ dengan metode “purposive sampling”. Adapun pengertian non probability sampling
adalah cara pengambilan sampel dimana peneliti tidak memberikan kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk dijadikan
sampel. Sedangkan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan tertentu
Sugiyono, 2003:61., maka kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan Food and Beverage yang Go Public di PT. Bursa Efek Indonesia.
2. Memiliki data laporan keuangan dan ICMD tahun 2006-2010.
Dengan kriteria tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan, yang terdiri dari:
1. PT. Fast Food Indonesia, Tbk
2. PT. Mayora Indah, Tbk
3. PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk
4. PT. Delta Djakarta, Tbk
5. PT. Tiga Pilar Sejahtera, Tbk
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diambil untuk memperoleh bahan atau keterangan data dengan cara
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
34
mempelajari serta mencatat dari data dokumen dan laporan keuangan dari masing-
masing perusahaan yang diserahkan dari BEI. 3.3.2.
Sumber Data
Dalam penelitian ini data sekunder tersebut berupa laporan keuangan perusahaan food and beverage tahun 2007-2010 yang terdaftar di Bursa Efek
indonesia, selama 3 tahun ICMD Indonesia Capital Market Directory.
3.3.3. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen
dengan cara mencari dan mengumpulkan data dengan mengambil data-data yang sudah dipublikasikan oleh pemerintah, industri atau sumber-sumber individual.
Data ini diambil atau digunakan sebagian dari data yang telah di catat atau dilaporkan.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Uji Asumsi Klasik
3.4.1.1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti
sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov, dengan menggunakan program SPSS 13
Ghozali, 2001:77.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
35
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :
a. Jika nilai signifikansi nilai probabilitasnya lebih kecil dari 5, maka
distribusi adalah tidak normal.
b. Jika nilai signifikansi nilai probabilitasnya lebih besar dari 5, maka
disribusi adalah normal. 3.4.1.2.Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi penting dari model asumsi klasik adalah bahwa kesalahan atau gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak berkolerasi
atau tidak dipengaruhi oleh kesalahan atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain yang manapun. Autokolerasi ini bertujuan untuk mengetahui
apakah kesalahan penggangu pada periode tertentu berkolerasi dengan kesalahan penggangu pada periode lainnya. Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang
berurutan di antara gangguan atau disturbansi ui atau ei yang masuk ke dalam fungsi regresi Gujarati, 1995 dalam Meythi 2006. Dalam penelitian ini terjadi
atau tidaknya autokorelasi diuji dengan menggunakan Durbin-Watson. Secara umum dengan menggunakan angka Durbin-Watson bisa diambil
patokan kriteria penilaian bebas atau tidaknya dari uji autokorelasi Santoso 2000 dalam Meythi 2006, yakni:
1 Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif , 2
Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
3
Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
36
3.4.1.3.Uji Multikolinieritas
Uji asumsi multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi. Salah
satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas yaitu dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor VIF. Tolerance
mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai
tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Setiap peneliti harus
menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat dia tolerir Ghozali, 2001 : 57.
3.4.1.4.Uji Heteroskedastisitas
Pada regresi linier, nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan menghitung korelasi Rank
Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dimana nilai probabilitas
yang diperoleh harus lebih besar dari 0,05. Gujarati, 1999 : 188. Mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut Gujarati,
1999 : 177: a.
Nilai probabilitas 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas b.
Nilai probabilitas 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
37
3.4.2. Teknik Analisis Data
Untuk memudahkan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka teknik
analisis yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda sesuai dengan tujuan yang akan diteliti sebagai berikut :
Y= o +
1
X
1
+
2
X
2
+
3
X
3+
e
Dimana : Y : Pertumbuhan Laba
X
1
: TAT X
2
: NPM X
3
: ROA : Konstanta
1,
-
3,
: Koefisien regresi variabel e : Standar Error
3.4.3. Uji Hipotesis
1. Uji F
Uji ini dilakukan untuk melakukan apakah model yang dianalisis memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel yang
digunakan model untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
38
a. Merumuskan Hipotesis statistik
Ho: β
1
= 0, berarti tidak terdapat kecocokan model yang digunakan Ho:
β
1
0, berarti terdapat kecocokan model yang digunakan b.
Menentukan level of significance α sebesar 5
c. Menghitung besarnya f hitung dengan menggunakan SPSS 15 for windows
d. Menentukan daerah penolakan hipotesis
Jika probabilitas F 0,05 maka H diterima
Jika probabilitas F 0,05 maka H ditolak
e. Mengambil kesimpulan
2. Uji t
Untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas secara parsial terhadap variabel tergantung dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Merumuskan hipotesis statistik
Ho: β
1
= 0, berarti TAT tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba Ho:
β
1
0, berarti TAT berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba Ho:
β
2
= 0, berarti NPM tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba Ho:
β
2
0, berarti NPM berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba Ho:
β
3
= 0, berarti ROA tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba Ho:
β
3
0, berarti ROA berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba b.
Menentukan level of significance α sebesar 5
c. Menghitung besarnya t hitung dengan menggunakan SPSS 15 for windows
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
39
d. Menentukan daerah penolakan hipotesis
Jika probabilitas t 0,05 maka H diterima
Jika probabilitas t 0,05 maka H ditolak
e. Mengambil kesimpulan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Bursa Efek Indonesia
1. Profil Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: pada tanggal 14 Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia
dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1914-1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. Pada tahun 1925-1942 Bursa
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.