27
27
sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kegiatankegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan LAN: 2003. Oleh karena itu, kinerja merupakan kondisi yang
harus diketahui dan diinformasikan kepada pihakpihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu organisasi dihubungkan dengan misi yang diemban.
Kinerja juga merupakan tingkat efisiensi dan efektivitas serta inovasi dalam pencapaian tujuan oleh pihak manajemen dan divisidivisi yang ada dalam
organisasi.
Gambar 1 Pengaruh Individu dan Kelompok Terhadap Kinerja Organisasi
Sumber : Moeheriono, 2010
2.2.1.3 Pengertian Pengukuran Kinerja
Untuk menentukan kinerja perlu dilakukan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja merupakan sub sistem dari manajemen kinerja Cokins 2004; Halachmi
2005; Stiffler 2006; Baxter dan MacLeod 2008. Pengukuran kinerja didefinisikan
Faktor Kinerja Lingkungan
Kepemimpinan Struktur
organisasi Pilihan strategi
Teknologi Kinerja
Individu KinerjaTim
Kelompok Kinerja
Organisasi
Faktor Kinerja Knowledge
Skill Motivasi
Peran Faktor Kinerja
Keeratan tim Kepemimpinan
Kekompakan
Kesolidan tim Struktur tim
Peran tim
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
28
sebagai proses untuk mengkuantifikasi efisiensi dan efektivitas dari suatu tindakan Tangen 2004; Olsen et al. 2007; Cocca dan Alberti 2010. Tindakan yang
dimaksud adalah tindakan masa lalu Cocca dan Alberti 2010. Pengukuran kinerja adalah bagian dari analisa atau diagnosa terhadap proses untuk mengidentifikasi
aktivitas mana yang diprioritaskan untuk diperbaiki. Menurut pandangan tradisional, pengukuran kinerja adalah untuk
memonitor kinerja bisnis dan mendiagnosa penyebab dari masalah. Amaratunga dan David 2002 menyatakan bahwa fungsi utama dari sistem pengukuran kinerja
adalah untuk mengontrol operasi dalam organisasi. Dalam model umpan balik tradisional, para manajer mengatur kinerja dengan monitoring output dan kemudian
menyesuaikan input untuk mencapai suatu target dibanding mengendalikan suatu tugas dengan mempertimbangkan semua elemen data yang diperlukan untuk
menguraikan status dari sistem Bond 1999. Dikaitkan dengan manajemen operasional, Radnor dan Barnes 2007
mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai proses mengkuantifikasi input, output, dan tingkat aktivitas dari suatu proses. Wibisono 1999 menyebutkan bahwa
pengukuran kinerja di perusahaan manufaktur pada level manajemen operasi dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu 1 pengukuran kinerja taktis competitive priorities,
2 pengukuran kinerja operasional manufacturing task, dan 3 pengukuran kinerja strategis resource availability. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Craig dan
Grant 2002 bahwa keunggulan bersaing suatu organisasi didukung oleh kemampuan sumber daya dan rutinitas organisasi.
Karim 2008 dalam Karim 2009 menyebutkan bahwa penentuan prioritas kompetisi merupakan elemen kunci dalam strategi manufaktur. Prioritas kompetisi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
29
menunjukkan keunggulan kompetitif dan mewakili tujuan yang seharusnya dicapai Rusjan 2005. Untuk menentukan prioritas kompetisi perusahaan manufaktur
Leachman et al. 2006 mengusulkan ukuran kinerja berdasarkan pada kualitas dan volume output.
Berdasarkan pengalaman implementasi pada beberapa perusahaan di Indonesia ditinjau dari aspek kepraktisan dan nilai tambah yang diberikan,
Wibisono 2006 menyatakan bahwa pendekatan yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia dalam menentukan variabel kinerja yang akan diukur adalah dengan
melakukan identifikasi variabel kinerja dari 3 perspektif yaitu 1 keluaran organisasi business results, 2 proses internal internal business processes, dan
3 kemampuan atau ketersediaan sumber daya resources availability. Terdapat tiga aspek formal dari pengukuran kinerja Spitzer 2007 yaitu 1
ukuranukuran variabel yang diukur, 2 proses pengukuran tahapan yang menunjukkan bagaimana cara melakukan pengukuran, dan 3 infrastruktur teknis
berupa hardware dan software komputer yang digunakan untuk mendukung proses pengukuran. Tiga kriteria yang dapat digunakan untuk menilai keefektifan
dari sistem pengukuran kinerja Olsen et al. 2007 yaitu 1 keterkaitan, 2 perbaikan terusmenerus, dan 3 pengawasan proses.
Terkait dengan ukuranukuran variabel yang diukur, Medori dan Steeple 2000 menyatakan bahwa pada semua framework pengukuran kinerja yang telah
dihasilkan, pada umumnya memiliki kelemahan dalam hal memberikan panduan terhadap pemilihan variabel kinerja yang akan diukur. Denton 2005 menyatakan
bahwa meskipun banyak hal yang dapat diukur tetapi lebih penting untuk mengukur hal yang spesifik dan relevan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
30
Parmenter 2010 mengkategorikan ukuran kinerja dalam tiga kategori yaitu : 1 KRI Key Result Indikator, 2 KPI Key Performance Indicator, dan 3 PI
Performance Indicator. Shahin dan Mahbod 2007 menyebutkan bahwa KPI dapat dirumuskan berdasarkan tujuan dari organisasi. Saunders et al. 2007
menegaskan pentingnya penguraian strategi organisasi ke dalam tindakan. Kaplan dan Norton dalam Parmenter 2010 merekomendasikan agar dalam
pengukuran kinerja tidak menggunakan lebih dari 20 ukuran kinerja. Selain itu, Hope dan Fraser dalam Parmenter 2010 menyarankan penggunaan ukuran kinerja
kurang dari 10. Radnor dan Barnes 2007 menyebutkan bahwa terdapat tiga
kecenderungan umum dalam pengukuran kinerja yaitu 1 keluasan dari unit analisis level individu, stasiun kerja, lini produksi, unit bisnis, perusahaan, 2 kedalaman
ukuran kinerja keterkaitan variabel kinerja, 3 peningkatan range ukuran kinerja misalnya dari efisiensi menjadi efisiensi dan efektivitas.
Berbagai ukuran kinerja dapat diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan. Heizer dan Render 2008 menyebutkan bahwa faktorfaktor penentu
produktivitas yaitu : 1 tenaga kerja, 2 modal, dan 3 manajemen. Namun, dalam pengukuran produktivitas dapat digunakan satu single atau lebih dari satu multi
faktor. Gleich et al. 2008 menyebutkan bahwa untuk meningkatkan kinerja dapat digunakan indikator non finansial berupa volume, waktu siklus, dan kapasitas yang
dimiliki. Martin 2008 mengidentifikasi ukuranukuran kinerja untuk menentukan efisiensi proses yaitu kualitas produk atau jasa, kapasitas atau kuantitas output,
kuantitas dari produk cacat, kuantitas dari waste, waktu siklus, waktu produksi, kepuasan pelanggan, dan kepuasan karyawan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
31
Kerangka kerja proses pengukuran kinerja perlu diperbaiki secara kontinu dengan mempertimbangkan berbagai model pengukuran kinerja yang sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi Nenadal 2008. Beheshti dan Lollar 2008 menyebutkan bahwa pengukuran kinerja merupakan keputusan penting yang sering
menggunakan informasi subyektif. Terkait dengan infrastruktur yang digunakan dalam pengukuran kinerja,
Santos et al. 2007 menunjukkan adanya variasi infrastruktur yaitu secara manual dan pemanfaatan sistem informasi. Raymond dan Marchand 2008 menunjukkan
pergeseran dalam pemanfaatan sistem informasi untuk pengukuran kinerja, yaitu dari sistem informasi eksekutif 1980–1999 ke Sistem Intelijen 2000 sampai saat
ini. Selain itu, Denton 2010 menyebutkan bahwa intranet dan internet dapat digunakan untuk meningkatkan pengelolaan dan pengukuran kinerja.
2.2.1.4 Pengertian Manajemen Kinerja