Pengertian Perilaku Domain Perilaku

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Menurut Notoatmodjo 2010 yang mengutip teori Kurt Lewin, bahwa perilaku manusia bukan sekadar respons dan stimulus, tetapi produk dari berbagai gaya psikologis yang disebut ruang hayat life space. Perilaku merupakan hasil interaksi antara “persons” diri orang dengan environment lingkungan. Persons diri orang adalah sesuatu yang kompleks, karena pada saat merespon stimulus atau lingkungan banyak aspek fisiologis dan psikologis pada orang tersebut. Aspek fisik adalah kualitas indra manusia adalah bagian dari orang yang paling pertama kontak dengan stimulus. Kemudian, stimulus yang ditangkap oleh indra tersebut diteruskan ke otak, kemudian otak mengolahnya, setelah itu hasil olahan tersebut diteruskan atau diperintahkan ke anggota tubuh motorik, dan akhirnya terjadilah tidakan atau perilaku sebagai bentuk respon dari orang yang bersangkutan.

2.1.2 Domain Perilaku

Menurut Notoatmodjo 2012 yang mengutip pendapat Bloom 1908, membagi perilaku manusia itu kedalam tiga domain, sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutkan ranah atau kawasan yakni: a kognitif cognitive, b afektif affective, c psikomotor psychomotor. Universita Sumatera Utara Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni: a. Pengetahuan Knowledge 1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetauan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behaviour. 2 Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan. a Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Universita Sumatera Utara b Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c Aplikasi aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu stuktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e Sintesis synthesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun Universita Sumatera Utara formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan. Dan sebagainya terhadap suatu materi dan rumusan-rumusan yang telah ada. f Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Menurut Arikunto 2006 pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : 1. Baik : Hasil presentase 76-100 2. Cukup : Hasil presentase 56-75 3. Kurang : Hasil presentase 56 3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Wawan dan Dewi, 2011 a Faktor Internal 1 Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kea rah cita-cita tertentu yang Universita Sumatera Utara menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo 2003, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan Nursalam, 2003 pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. 2 Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam 2003, pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membesonkan, berulang dan tantangan. sedangkan pekerjan umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga 3 Umur Menurut Elisbeth BH yang dikutip Nursalam 2003, usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok 1999 semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir Universita Sumatera Utara dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang belum tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. b Faktor Eksternal 1 Faktor Lingkungan Menurut Ann. Mariner yang dikutip Nursalam 2003, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok 2 Sosial Budaya Kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi, sumber-sumber di dalam masyrakat akan menghasilkan suatu pola hidup way of life yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan terbentuk dalam waktu lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyrakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik secara lambat maupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia. b. Sikap attitude 1 Pengertian Sikap Menurut Notoatmodjo 2012, sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut. Universita Sumatera Utara “An individual’s social attitude is a syndrome of rensponse consistency with regard to social object” Campbell,1950 “Attitude entails an existing predisposition to response to social objecs which in interation with situational and other dispositional variables,guides and direct the overt behavior of the individual” Cardno, 1955 Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan merupakan reaksi yang bersifat emisional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reasik terbuka atau tingkah laku yang terbuka.Sikap suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. 2 Komponen Pokok Sikap Menurut Notoatmodjo 2012 mengutip pendapat Allport 1954, menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok. 1 Kepercayaan keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2 Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Universita Sumatera Utara 3 Kecenderungan untuk bertindak tend to behave. Ketika komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang penyakit campak penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya. 3 Tingkatan Sikap a Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Misalnya sikap orang terhadap imunisasi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah- ceramah tentang imunisasi. b Merespons responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berati bahwa orang menerima ide tersebut. c Menghargai valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu yang lain tetangganya, saudaranya dan sebagainya untuk Universita Sumatera Utara pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang imunisasi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap kesehatan anak. d Bertanggung jawab responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mengimunisasi anaknya, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. 4 Cara Pengukuran Sikap Menurut Wawan dan Dewi 2011 yang mengutip pendapat Azwar 2005, pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuat mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourabel. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula hal-hal negative mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourabel dan tidak favourabel dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negative yang seolah-olah ini skala memihak atau tidak Universita Sumatera Utara mendukung sama sekali obyek sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaiman pendapatpernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner Notoadmojo, 2003. Ada beberapa factor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap Hadi,1971, yaitu: keadaan obyek yang diukur, situasi pengukuran, alat ukur yang digunakan, penyelenggaraan pengukuran, dan pembacaan atau penilaian hasil ukuran. Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi sosial adalah bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap: antara lain: Skala Thurstone, Likert, Unobstruisive Measures, Analisis Skalogram dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling. a Skala Thurstone Method of Equel-Appearing Intervals Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorabel hingga sangat favorabel terhadap suatu obyek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajad favorabilitasnya. Tahap yang pakling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari masing-masing pernyataan. Ukuran favorabilitas ini disebut nilai skala. Universita Sumatera Utara Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih. Pernyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai judges. Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalui titik skala rating yang rentang 1-11. Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sangat setuju. Tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap pernyataan itu. Median atau rerata perbedaan penilaian antar penilai terhadapaitem ini kemudian dijadikan sebagai skala nilai masing-masing aitem. Pembuat skala kemudian menyusun aitem mulai dari aitem yang memiliki nilai skala rendah hingga tertinggi. Dari aitem- aitem tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem untuk kuisioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian dibreikan pada responden. Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing aitem tersebut. Teknik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran sikap seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua adalah Nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap issue. Penilai melakukan rating terhadap item dalam tataran yang sama terhadap Universita Sumatera Utara issue tersebut. b Skala Likert Method of Summateds Ratings Likert 1932 mengajukan metodenya sebagai alternative yang lebih sederhana disbandingkan dengan Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang favorabel dan yang unfavorabel. Sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan egreement atau disegreemen-nya untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point Sangat setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Semua aitemyang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk Sangat Setuju nilainya 5 dan untuk yang Sangat Tidak Setuju nilainya 1. Sebaliknya untuk aitem unfavorabel nilai skala Sangat Setuju adalah 1 sedangkan untuk Tidak Setuju nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberikan skor sesuai dengan skala interval sama equal-interval scale c Unobstrusive Measures Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pernyataan. d Multidimensional Scaling Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila Universita Sumatera Utara dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini kadangkala menyebabka asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensial kurang valid treutama apabila diterapkan pada orang lain, lain isu, dan skala lain aitem. e Pengukuran Involuntary Behavior Pengukuran terselubung 1 Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden 2 Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden 3 Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan. 4 Obeserver dapat menginterpresentasikan sikap individu mulai dari fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis lainnya. 5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap Menurut Wawan dan Dewi, 2011 faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain: a Pengalaman Pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang Universita Sumatera Utara melibatkan factor emosional. b Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keninginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. c Pengaruh Kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang member corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. d Media Massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. e Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan system kepercayaan, tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. Universita Sumatera Utara f Faktor Emosional Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataanyang disadari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentk mekanisme pertahanan ego. Azwar, 2005 c. Praktik atau tindakan Practice Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan support dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua, dan lain-lain. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan. 1 Respons terpimpin guided response Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, dan segalanya 2 Mekanisme mecanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai Universita Sumatera Utara praktik tingkat kedua. Misalnya, seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain. 3 Adopsi adoption Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiata-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu recall. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengopservasi tindakan atau kegiatan responden. Pengukuran praktik overt behavior juga dapat diukur dari hasil perilaku tersebut. 2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Berdasarkan pendapat Notoatmodjo 2012 yang mengutip pendapat para ahli Green, 1980; Kar 1983; dan WHO 1984, dapat disimpulkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor. a. Teori Lawrence Green Perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor: 1 Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai dan sebagainya. 2 Faktor-faktor pendukung enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan Universita Sumatera Utara fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya : puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. 3 Faktor-faktor pendorong reinforcing factors, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. b. Teori Snehandu B. Kar Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari: a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya behaviour intention. b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya social-support. c. Ada atau tida adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan accessebility of information. d. Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal inimengambil tindakan atau keputusan personal autonomy. e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak action situation. c. Teori WHO Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok. 1 Pemahaman dan pertimbangan thought and feeling, yakni dalam bentuk Universita Sumatera Utara pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek dalam hal ini adalah objek kesehatan. 2 Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. 3 Kepercayaan Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan atau tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. 4 Sikap Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi suatu objek. 5 Orang penting sebagai referensi personal reference. Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil banyak dipengaruhi oleh orang- orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu dipercaya, maka apa yang dikatakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh. Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi reference group, antara lain guru, alim ulama, kepala adat suku, kepala desa, dan sebagainya. 6 Sumber-sumber daya resources Sumber daya mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif. Universita Sumatera Utara Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya. 7 Kebudayaan culture, kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi, sumber-sumber di dalam masyrakat akan menghasilkan suatu pola hidup way of life yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan terbentuk dalam waktu lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyrakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik secara lambat maupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia.

2.2 Kepatuhan

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja "Stimulasi" di Unit Penderesan PT. Socfin Indonesia Tanah Besih Tahun 2014

9 102 115

Perilaku Tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri Serta Keluhan Kesehatan Petugas Penyapu Jalan Di Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan

0 21 7

Determinan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pengawas Menelan Obat (PMO) Penderita Tuberkulosis Di Kota Pekanbaru Tahun 2008

1 46 68

Gambaran Faktor-Faktor Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja di Departemen Metalforming PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2014

1 12 100

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada industri pengelasan informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013

2 29 157

Identifikasi bahaya dan gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada pekerja Laundry di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013

11 86 142

Alat pelindung diri

0 0 1

ALAT PELINDUNG DIRI UNTUK PEKERJA APD (1)

0 0 4

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Hubungan Determinan yang Memengaruhi Perilaku Pekerja Las Karbit dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk Mencegah Trauma Mata di Kecamatan Medan Kota Pemerintahan Kota Medan Tahun 2013

0 0 8

HUBUNGAN DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PERILAKU PEKERJA LAS KARBIT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) UNTUK MENCEGAH TRAUMA MATA DI KECAMATAN MEDAN KOTA PEMERINTAHAN KOTA MEDAN TAHUN 2013

0 0 17