4.4 Analisis Multivariat
Pada penelitian variabel independen yang memenuhi kriteria kemaknaan statistik p0,25 dimasukkan dalam model, yaitu variabel pengetahuan pekerja las
dan perilaku pemilik bengkel las. Hasil dari analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda dapat
dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini:
Tabel 4.13. Identifikasi Variabel Dominan Penggunaan Alat Pelindung Diri di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013
No Variabel Independen
B S.E
Wald Sig.
ExpB
1 Pengetahuan
20,274 8,305E3
0,000 0,998
6,384E8 2
Perilaku Pemilik 3,353
1,170 8,221
0,004 28,600
Constant -0,956
0,526 3,297
0,069 0,385
Berdasarkan tabel 4.13 diatas, dapat kita ketahui hasil analisis multivariat dan
uji regresi logistik berganda terlihat ada 2 variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan penggunaan alat pelindung diri, yaitu variabel pengetahuan pekerja
las dan perilaku pemilik bengkel las. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda tersebut diatas, juga dapat
diketahui bahwa variabel dominan pada penelitian ini adalah variabel perilaku pemilik bengkel las, karena variabel ini memiliki ExpB yang paling besar, yaitu
28,600.
Universita Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pengetahuan Pekerja Las dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa responden dengan pengetahuan tidak baik sebanyak 30 responden 61,2. Berdasarkan uji statistik dengan uji Chi Square pada
tingkat kepercayaan 95, diperoleh nilai p=0,0001 p0,05. Artinya ada hubungan yan bermakna antara pengetahuan pekerja las dengan penggunaan alat pelindung diri.
Pada pekerja las di Kecamatan Medan Kota yang berpengetahuan baik, semuanya menggunakan kaca mata pelindung saat melakukan pekerjaan mengelas dan memotong besi
dan pekerja las yang berpengetahuan tidak baik, sebagian dari mereka ada menggunakan kaca mata pelindung saat bekerja namun ada juga yang tidak menggunakan.
Pekerja las yang berpengetahuan baik, mempunyai pemahaman bahwa penggunaan kaca mata pelindung pada saat bekerja dapat terhindar dari serpihan besi, percikan api dan
cahaya yang dihasilkan waktu mengelas dapat merusak mata dan penglihatan. Bagi mereka yang berpengetahuan tidak baik, namun ada yang menggunakan kaca
mata pelindung dengan alasan karena anjuran dari pemilik bengkel las dan juga takut mendapat sanksi dari pemilik bengkel las. Mereka tidak mau kehilangan pekerjaannya hanya
karena tidak menggunakan kaca mata pelindung. Disamping alasan tersebut, mereka juga menggunakan kaca mata pelindung karena
mereka beranggapan bahwa belum lengkap bagi seorang tukang las jika tidak menggunakan kaca mata pelindung pada saat bekerja.
Universita Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sari 2009 tentang prevalensi kebutaan akibat trauma mata di Kabupaten Langkat, menunjukkan hasil faktor ketidaktahuan
dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan mata umumnya dan trauma mata pada khususnya merupakan faktor penyebab tingginya prevalensi kebutaan akibat trauma mata.
Keadaan ini sebagian besar disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dari sebagian besar penduduk setempat.
Sesuai dengan hasil penelitian Aldy 2009 tentang prevalensi kebutaan akibat trauma mata di Kabupaten Tapanuli Selatan, didapatkan hasil faktor ketidaktahuan dan
kurangnya pengetahuan tentang kesehatan mata pada umumnya dan trauma mata pada khususnya merupakan faktor penyebab terjadinya trauma mata. Keadaan ini sebagian besar
disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dari sebagian besar penduduk setempat. Serta faktor budaya tentang pemeliharaan kesehatan mata dengan cara melakukan pengobatan
secara tradisional pada kasus trauma mata. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2012, Pengetahuan adalah hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetauan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang overt behaviour.
Menurut Wawan dan Dewi 2011, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu, Faktor Internal 1 Pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk
Universita Sumatera Utara
berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. 2 Pekerjaan, adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membesonkan, berulang dan tantangan. 3 Umur, adalah umur
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang belum tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
Faktor Eksternal 1 Faktor Lingkungan, merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
orang atau kelompok 2 Sosial Budaya, yaitu kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi, sumber- sumber di dalam masyrakat akan menghasilkan suatu pola hidup way of life yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan terbentuk dalam waktu lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik secara lambat
maupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia.
5.2 Hubungan Sikap Pekerja Las dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri