Uji Iritasi Siput HASIL DAN PEMBAHASAN

0,5. Oleh karena itu, asam salisilat dengan kadar 0,5 digolongkan sebagai kontrol negatif. Arbutin yang digunakan adalah 5 dalam satu formula ±193,17 g sediaan. Arbutin yang digunakan sebanyak 9,659 g dalam formula lotion. Arbutin aman digunakan dengan kadar maksimal 7, sehingga arbutin dengan kadar 5 digunakan sebagai kontrol negatif dalam penelitian ini Brinkmann and Lindenmaier, 2004. Fase air terdidiri dari gliserin dan akuades. Gliserin yang digunakan dalam fase air sebanyak 15 g dalam 47 g formula fase air. Gliserin yang digunakan dalam fase air sebanyak 31,91. Batas aman gliserin adalah 25 Paye, dkk, 2006, sehingga fase air ini bersifat iritatif kontrol positif. Basis lotion terdiri dari semua bahan dalam formula lotion kecuali minyak peppermint. Formula lotion mengandung gliserin sebanyak 15 g dalam ±193,17 g sediaan. Gliserin yang ada dalam sediaan sebanyak 7,76. Dan TEA yang terkandung dalam basis lotion sebanyak 0,08. TEA aman digunakan sampai batas 5-10. Kadar ini tidak dapat menyebabkan iritasi pada kulit Dikshith, 2011. Oleh karena itu, basis lotion bersifat tidak iritatif kontrol negatif.

C. Uji Iritasi Siput

Siput diambil dari wilayah Perumda, Ungaran, Jawa Tengah. Siput diletakkan pada wadah plastik yang diberi rongga dan diberi makan sawi putih. Determinasi siput dilakukan dengan mencocokan karakteristik siput dengan literatur. Klasifikasi siput dilakukan dengan membedah bagian perut siput dan dilihat bentuk alat kelamin yang dimiliki, sebagai pembeda yang khas antar spesies. Hasil determinasi Lampiran 4 menyatakan bahwa siput yang digunakan sebagai hewan uji adalah jenis Laevicaulis alte. Siput yang digunakan harus berwarna hitam, tidak cokat ataupun warna lainnya. Pada saat orientasi, siput yang memeiliki mantel berwarna coklat akan menghasilkan mukus yang lebih banyak dibandingkan dengan siput yang memiliki warna mantel hitam. Kondisi siput harus dipastikan dalam keadaan sehat, secara fisik tidak ada luka, tidak berlendir, dan mampu beraktivitas dengan baik. Jenis siput yang digunakan harus diperhatikan dengan baik, siput dengan jenis berbeda dapat mengakibatkan hasil yang berbeda Dhondt, et al., 2006. Uji iritasi siput dilakukan dengan mengambil 1 g sediaan atau bahan uji yang diletakkan dalam cawan petri. Siput diletakkan diatas sediaan atau bahan uji yang akan digunakan dan didiamkan selama 1 jam. Hal ini bertujuan untuk melihat banyaknya mukus yang diproduksi oleh siput akibat sediaan atau bahan uji. Dalam keadaan normal siput memproduksi mukus dalam jumlah tertentu, agar siput tidak mengalami dehidrasi. Ketika siput terpapar zat yang dapat mengiritasi, maka siput akan memproduksi mukus sebagai mekanisme perlindungan dari dinding tubuh siput. Semakin banyak mukus yang diproduksi, maka semakin iritan zat tersebut untuk tubuh siput Cock et al., 2011. Siput dibersihkan dari mukus dengan menggunakan cutton bud, agar semua mukus dan sediaan yang masih menempel di tubuh siput dapat bersih sehingga tidak menyebabkan kehilangan mukus. Siput diletakkan kedalam cawan petri baru yang berisi PBS dan didiamkan selama 1 jam. CcOMB, Bowers, and Posen 1997 mengungkaokan bahwa ALP terdapat pada 3 daerah tubuh siput yaitu, saliran pencernaan, organ excretory, dan pada bagian mantel. Aktivitas ALP meningkat jika terjadi kerusakan sel pada siput, dan LDH merupakan enzim sitolik yang akan dilepaskan pertama kali saat terjadi kerusakan sel atau jaringan. Setelah 1 jam, cairan yang diperoleh diukur dimasukkan ke dalam microtube, dan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Tabel VI. Data slug irritation test Bahan uji Replikasi Persen Mukus ALP UL LDH UL Albumin µgmL F as e m inya k 1 8,584 47,3 -3,36 75,805 2 9,102 16,5 29,814 3 9,232 31,9 -3,36 106,832 4 7,005 34,1 -3,36 78,176 5 2,093 14,3 -3,36 91,205 6 6,528 39,6 -3,36 441,989 7 5,855 20,9 482,759 8 6,000 12,1 3,36 13,793 9 5,745 39,6 23,52 103,896 B as is 1 23,167 24,2 277,953 2 20,614 12,1 -33,6 104,348 3 23,816 30,8 -50,4 166,459 4 16,813 34,1 -3,36 286,645 5 18,208 22 3,36 286,645 6 15,217 15,4 3,36 563,536 7 20,089 24,2 -3,36 896,552 8 24,893 22 96,552 9 16,722 44 43,68 283,117 A rbut in 1 26,789 42,9 -3,36 156,664 2 21,353 24,2 -23,52 24,845 3 26,695 11 3,36 52,174 4 15,240 19,8 -3,36 221,499 5 13,946 25,3 -3,36 169,381 6 14,338 6,6 3,36 519,337 7 22,038 31,9 606,897 8 25,532 29,7 -3,36 110,345 9 21,834 49,5 33,6 244,156 S L S 1 28,964 33 42,956 2 26,564 20,9 -6,72 17,391 3 33,306 31,9 -77,28 57,143 4 25,822 7,7 -3,36 91,205 5 21,340 27,5 -6,72 195,439 6 16,730 15,4 -6,72 475,138 7 13,202 25,3 565,517 8 28,704 12,2 -3,36 110,345 9 14,025 74,8 30,24 514,286 A sa m s al is il at 1 21,866 81,4 197,094 2 24,981 30,8 -6,72 34,783 3 14,685 22 -20,16 27,329 4 24,070 39,6 169,381 5 14,017 33 3,36 169,381 6 12,206 22 397,79 7 16,438 22 -3,36 468,965 8 23,055 17,6 -6,72 124,138 9 27,408 9,9 96,552 F as e ai r 1 24,765 31,9 -3,36 48,01 2 25,741 13,2 -3,36 3 25,336 18,7 -26,88 17,391 4 24,543 18,6 -6,72 130,293 5 24,227 26,4 3,36 117,264 6 -11,588 18,7 3,36 430,939 7 29,640 23,1 -3,36 579,31 8 28,324 25,3 -3,36 9 20,217 67,1 3,36 41,558 A kua de s 1 16,720 12,1 6,72 96,02 2 17,809 8,8 3 -25,081 7,7 -3,36 19,875 4 -13,734 9,9 130,293 5 -21,656 7,7 -3,36 91,205 6 -20,085 6,6 364,641 7 -19,356 9,9 3,36 496,552 8 -22,663 15,4 -6,72 96,552 9 -24,362 2,2 3,36 -7,792 L ot ion r epe la n 1 22,299 46,2 164,245 2 23,721 15,4 9,938 3 20,396 17,6 -26,88 52,174 4 15,798 9,9 -3,36 299,674 5 16,808 12,1 -3,36 156,352 6 19,120 8,8 -3,36 563,536 7 25,237 7,7 510,345 8 25,077 8,8 110,345 9 15,618 14,3 64,935 Tabel VII. Data Hasil Perhitungan Slug Irritation Test Nama Bahan Persen Mukus ALP UL LDH UL Albumin µgmL Fase Minyak 6,683 28,48 1,12 158,252 Basis lotion 19,95 25,42 -4,48 329,09 Arbutin 20,86 26,77 0,37 233,92 Asam Salisilat 19,86 30,92 -3,73 187,27 Sls 23,18 27,63 -8,21 229,94 Fase air 21,25 27,00 -4,11 151,64 Akuades -12,49 8,92 143,04 Sediaan lotion repelan 20,45 15,64 -4,11 214,62 Nilai ALP, LDH, dan Albumin diperoleh dari pengukuran sampel PBS yang direaksikan dengan masing-masing reagen Tabel I, II, dan III. Alkaline phosphatase ALP merupakan katalis pada hidrolisis p- nitrofenilfosfat menjadi p-nitrofenol dan fosfat. P-nitrofenol mempunyai absorbansi pada panjang gelombang 405 nm. P-nitrofenol yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi ALP pada sampel. Semakin banyak p- nitrofenol yang terbentuk, maka semakin tinggi kadar ALP pada sampel. Reaksi hidrolisis sebagai berikut: p-nitrofenilfosfat + H 2 O fosfat + p-nitrofenol Albumin membentuk kompleks warna dengan bromkresol hijau BCG, intensitas warna yang terbentuk berbanding lurus dengan kadar albumin dalam sampel. Reaksi kompleksasi BCG dan albumin sebagai berikut: BCG + albumin kompleks BCG-Albumin Lactat Dehydrogenase LDH merupkan enzim yang mengkatalisis perubahan piruvat menjadi 1-laktat. Jumlah laktat yang terbentuk berbending lurus dengan konsentrasi katalis dari LDH yang ada pada sampel. Reaksi perubahan piruvat sebagai berikut: Piruvat + NADH + H + Laktat + NAD + Tabel VI merupakan hasil replikasi dari sembilan kali uji iritasi dengan siput. Tabel VII menujukkann data rata-rata yang diperoleh dari setiap parameter yang digunakan dalam uji iritasi dengan siput. Pada bahan uji akuades persen mukus yang diperoleh bernilai negatif dikarenakan siput menyerap akuades dan tidak memproduksi mukus. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7. ALP pH terkontrol LDH Gambar 7. Siput yang diberikan akuades Fase air dan sls menunjukkan persen mukus yang besar, yaitu 23,18 dan 21,25. Kedua bahan ini dikategorikan bahan yang bersifat iritatif. Produksi mukus cukup banyak karena sifat iritatif dari kedua bahan tersebut. Fase minyak sebagai kontrol negatif menunjukkan hasil persen mukus yang kecil, sehingga sesuai dengan sifat fase minyak. Namun hasil persen mukus yang dihasilkan kontrol negatif lainnya: basis lotion, arbutin, dan asam salisilat menunjukkan hasil persen mukus yang besar, yang artinya mukus yang dihasilkan oleh siput cukup banyak jika digolongkan sebagai bahan tidak iritatif kontrol negatif. Hal ini dapat disebabkan dari fase air dalam formula basis lotion. Fase air yang mengandung gliserin diperkirakan dapat menyebabkan iritasi, sehingga persen mukus yang dihasilkan dipengaruhi dari gliserin dalam basis lotion. Secara teoretis, gliserin dengan kadar diatas 25 dalam suatu formula dapat menyebabkan iritasi Paye, dkk, 2006. Dalam basis lotion hanya digunakan hanya sebesar 7,76. Namun menghasilkan persen mukus yang cukup tinggi. Basis lotion juga mengandung TEA sebesar 0,07, yang secara teoretis tidak menyebabkan iritasi. Ada kemungkinan gabungan dari setiap bahan yang digunakan dalam formula lotion dapat menyebabkan sifat iritasi, sehingga siput memproduksi jumlah mukus yang banyak. Jika basis lotion yang digunakan dapat mengiritasi siput, maka hasil mukus dari formula asam salisilat 0,5 dan formula arbutin 5 dapat dipengaruhi oleh basis lotion tidak mengandung zat aktif. Hasil tersebut juga dapat dipengaruhi dari kondisi fisiologis siput, ada kemungkinan siput tidak dalam kondisi sehat atau dalam keadaan stress, sehingga dapat menyebabkan produksi mukus yang tidak normal. Oleh karena itu, nilai persen mukus yang dihasilkan oleh kontrol negatif cukup besar.

D. Validasi Protokol Uji SMI

Dokumen yang terkait

Pengaruh Aromaterapi Minyak Essensial Peppermint (Mentha piperita) terhadap Peningkatan Memori Jangka Pendek.

5 9 15

Predicting Students' Final Passing Results Using the Classification and Regression Trees (CART) Algorithm.

0 0 7

Uji In Vivo dan Validasi Protokol Slug Irritation Test pada sediaan cooling gel ekstrak daun Petai Cina (Leucaena leucocephala (Lmk) De Wit) dengan metode Classification And Regression Tree (CART).

0 10 92

Uji In Vivo dan Validasi Protokol Slug Irritation Test pada sediaan bedak tabur Amilum Manihot (Manihot utilissima L.) menggunakan pewarna karotenoid dari Umbi Wortel (Daucus carota L.) dengan metode Classification And Regression Tree (CART).

3 4 88

Perbandingan Metode Klasifikasi Analisis Diskriminan Dan Classification And Regression Trees (Cart).

0 0 2

UJI DAYA PROTEKSI MINYAK ATSIRI PEPPERMINT (Mentha piperita) SEBAGAI REPELEN TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti

0 2 38

PENGARUH PENAMBAHAN POLYSORBATE 40 DAN SORBITAN MONOSTEARATE SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM LOTION REPELAN MINYAK PEPPERMINT (Mentha piperita) TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS SEDIAAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

0 0 132

PENGARUH PENAMBAHAN POLYSORBATE 80 DAN SORBITAN MONOLAURATE SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DALAM LOTION REPELAN MINYAK PEPPERMINT (Mentha piperita) TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS SEDIAAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S

0 0 123

Pengaruh penambahan polysorbate 40 dan sorbitan monolaurate sebagai emulsifying agent dalam lotion repelan minyak peppermint (Mentha piperita) terhadap sifat fisis dan stabilitas sediaan - USD Repository

0 0 146

PENGELOMPOKAN PENDERITA TUBERKULOSIS DALAM RUMAH TANGGA DI SURABAYA DENGAN METODE CART (CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES) BAGGING

0 0 135