viskositas lotion. Hal ini menunjukkan bahwa viskositas lotion kecil. Jika dibandingkan dengan teori, maka hal ini sudah sesuai dengan teori yang
menunjukkan viskositas berbanding terbalik dengan daya sebar. Semakin kecil viskositas, maka semakin besar daya sebarnya.
Gambar 6. Hasil uji viskositas sediaan lotion repelan minyak peppermint
B. Kontrol Positif dan Negatif Sediaan
Penelitian ini menggunakan 2 kontrol positif dan 5 kontrol negatif. Kontrol negatif dan positif ditentukan dari sifat bahan uji yang digunakan
secara teoretis. Kadar atau batas aman penggunaan bahan uji adalah parameter yang digunakan untuk menentukan sifat bahan uji. Jika bahan
uji secara teoretis mengiritasi, maka dijadikan sebagai kontrol positif. Sedangkan jika bahan uji secara teoretis tidak mengiritasi, maka bahan uji
dijadikan sebagai kontrol negatif. Kontrol positif yang digunakan adalah SLS 1 dan fase air. Fase air terdiri dari gliserin dan akuades. Kontrol
negatif yang digunakan adalah fase minyak sediaan lotion, basis sediaan lotion, asam salisilat 0,5, arbutin 5, dan akuades. Fase minyak terdiri
dari VCO, tween 40, span 80, asam stearat, TEA, dan cetyl alcohol. Seluruh bahan yang digunakan dalam fase minyak tidak iritatif kontrol
negatif. Basis lotion terdiri dari VCO, tween 40, span 80, asam stearat, TEA, cetyl alcohol, gliserin, dan akuades. Asam salisilat dan arbutin
dibuat dengan menggunakan semua bahan dengan prosedur pembuatan lotion dengan mengganti minyak peppermint dengan asam salisilat atau
arbutin. Akuades digunakan sebagai kontrol negatif. Sodium Lauryl Sulfate yang digunakan adalah 1 dalam satu
formula ±193,17 g sediaan. Sodium Lauryl Sulfate yang digunakan sebanyak 1,932 g dalam formula lotion. Sodium Lauryl Sulfate yang
digunakan sebesar 1, karena SLS dapat mengiritasi kulit dengan menyebabkan warna merah atau kemerahan pada kulit dengan konsentrasi
maksimal 1 Rieger dan Rhein, 1997. Asam salisilat yang digunakan adalah 0,5 dalam satu formula
±193,17 g sediaan. Asam salisilat yang digunakan sebanyak 0,966 g dalam formula lotion. Asam salisilat yang digunakan sebesar 0,5, karena
asam salisilat aman digunakan pada range 2-3 Leyden and Rawling, 2002. Pada tahap orientasi asam salisilat yang digunakan adalah
konsentrasi 2 dan siput yang diberi perlakuan asam salisilat 2 mati, sehingga tidak dapat dilanjutkan pada prosedur selanjutnya. Siput yang
mati saat diberi sediaan tidak lagi dapat memproduksi mukus sesuai dengan tingkat iritasi sediaan dan berhenti memproduksi ALP dan LDH
yang akan digunakan sebagai parameter uji iritasi siput. Secara teoretis aman digunakan dan siput tidak mati saat diberi perlakuan asam salisilat
0,5. Oleh karena itu, asam salisilat dengan kadar 0,5 digolongkan sebagai kontrol negatif.
Arbutin yang digunakan adalah 5 dalam satu formula ±193,17 g sediaan. Arbutin yang digunakan sebanyak 9,659 g dalam formula lotion.
Arbutin aman digunakan dengan kadar maksimal 7, sehingga arbutin dengan kadar 5 digunakan sebagai kontrol negatif dalam penelitian ini
Brinkmann and Lindenmaier, 2004. Fase air terdidiri dari gliserin dan akuades. Gliserin yang digunakan
dalam fase air sebanyak 15 g dalam 47 g formula fase air. Gliserin yang digunakan dalam fase air sebanyak 31,91. Batas aman gliserin adalah
25 Paye, dkk, 2006, sehingga fase air ini bersifat iritatif kontrol positif.
Basis lotion terdiri dari semua bahan dalam formula lotion kecuali minyak peppermint. Formula lotion mengandung gliserin sebanyak 15 g
dalam ±193,17 g sediaan. Gliserin yang ada dalam sediaan sebanyak 7,76. Dan TEA yang terkandung dalam basis lotion sebanyak 0,08.
TEA aman digunakan sampai batas 5-10. Kadar ini tidak dapat menyebabkan iritasi pada kulit Dikshith, 2011. Oleh karena itu, basis
lotion bersifat tidak iritatif kontrol negatif.
C. Uji Iritasi Siput