Analisis Unsur Tokoh dan Penokohan Novel
“Ya, mulailah ngomong. Aku mau mendengar.” “Ah, tunggu dulu. Kamu seperti sedang punya tamu? Aku mendengar ada
suara di kamar mandi, Wati?” “Yang bener Itu adikku, Samad, datang bemarin sore. Dia mau pamer
karena sudah lulus. Insinyur hidro. Jadi di sini saat ini ada tiga orang dari satu almamater; kamu, aku, dan adikku.” Tohari, 2015 : 118.
“Begini. Ini soal kamu dan Wati…” Kabul mengangkat wajah. Mata berkedip cepat.
“Ya, kenapa?” “ Suara di luar kian santer. Orang bilang, kamu pacaran sama Wati.
Betul?” Kabul mengeluh. Kabul gelisah. Cengar-cengir seperti anak kecil merasa
akan dipermalukan.
“ Kok cengengesan?” “Aku mau bilang apa ya? Rasanya aku biasa saja. Ya, jujur saja, aku
menganggap Wati teman yang punya daya Tarik. Tapi aku tahu dia sudah punya pacar. Jadi, aku sampai saat ini tetap menjaga jarak.”
“Begitu?” “Sungguh.”
“Aku percaya kamu. Aku juga akan ikut malu bila punya teman, ya kamu itu, merebut pacar orang. Tapi bagaimana dengan Wati sendiri? Aku
dengar dia mulai menjauh dari pacarnya gara- gara kamu.”
Kamu boncengan sama Wati. Iya, kan? Tiap hari
rantang-runtung
makan siang bersama. Juga nonton bareng. Ini kampung, Bul. Jadi jangan
salahkan orang yang mengatakan kamu ada apa- apa dengan Wati.”
Makin gelisah. Kabul minum kopi, mengambil keripik, tapi tak dimakan. Terbayang wajah Wati ketika merengut. Dan garuk-garuk kepala.
“Ah, tolong. Aku harus bagaimana?” “He, kok kamu jadi tolol, Saudara Insinyur?” gurau Basar. Namun
gurauan itu tak mempan. Alih-alih Kabul tertawa, tersenyum pun tidak. “Ini serius; aku harus bagaimana?”
“Begini. Kamu jangan lagi pernah memberi harapan kepada Wati.” Tohari, 2015 : 121.
4 Tokoh lain yang hadir dan mendukung tokoh Kabul pada bagian ini ialah
Tante Anna, Pak Tarya, Tiga pria partai GLM, Mak Sumeh, Wati, Samad. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
Agak lama tak kelihatan, malam ini Tante Ana muncul di proyek. Lelaki banci ini seperti biasa berdandan menjadi perempuan menor. Kelewat
Menor. Wajahnya putih oleh bedak yang sangat tebal. Bibirnya bergincu menyala. Kain kebayanya dan kebayanya ketat dengan sanggul lebih
besar daripada kepala. Dan bulu mata buatan. Perkakas utamanya, kecrek, tentu tak pernah lepas dari tangan. Tapi lenggokknya manis juga Tohari,
2015 : 66.
Pak Tarya tertawa lagi. Kabul juga tersenyum. Dia baru mendengar ada lelaki tidak malu mengakui impotensi. Ah, Pak Tarya memang
mengesankan Tohari, 2015 : 82.
Malam ini, Basar, kades, menerima tiga tamu lelaki. Semua berjaket partai. Tamu-1 necis-rambut berminyak dan tersisir rapi. Kacamatanya
tampak dari jenis yang mahal. Berkumis. Tamu-2 lebih tua, berkopiah, satu gigi depannya ompong, berkacamata minus, dan terus merokok.
Tamu-3 terus memainkan gantungan kunci mobil. Dialah yang mengemudikan mobil, tapi pasti bukan sekadar sopir. Tohari, 2015: 91.
“Kemarin asyik ya , Pak Insinyur?” Kabul mengangkat wajah dan bertanya lewat gerakan alisnya.
“Ya, kemarin kulihat dari sini Pak Insinyur boncengan sama Wati. Aku bilang apa, kalian berduamemang pasangan yang pantas. Iya, kan?
Kabul agak gagap karena merasa ditarik ke dalam ruang pembicaraan yang tiba-tiba dihadirkan.
“ Pak Insinyur tahu, kepergian berdua dengan Wati kali ini jadi perhatian orang? Soalnya, Pak Insinyur berdua dengan Wati naik sepeda motor.
Dan cara Wati menempel di punggung Pak Insinyur itu… wah.” Kabul masih diam. Atau hanya tersenyum samar Tohari, 2015: 110.
“Mas, mutu pasir giling ini kurang baik, ya? Pasti batu kalinya juga mutu rendah.”
Kabul mengangkat alis. Dalam hatinya dia memuji adiknya yang bermata jeli.
“Di sana tadi aku lihat besi rancang, betonnya buatan pabrik yang tak punya merek dagang. Mas per
caya akan mutunya?” Sekali lagi Kabul mengangkat alis.”Oh, adikku, kamu belum tahu betapa
sulit menaati ketentuan ilmu teknik di proyek ini. Karena, anggaran sudah jadi bancakan, sehingga semua sektornya harus ditekan Tohari, 2015:
123-124.
Nasihat Basar agar Kabul tidak memberi harapan kepada Wati tak pernah dilupakan. Maka Kabul membuat dirinya selalu sudah ada acara bila
malam Mingu Wati mengajaknya nonton bareng. Majalah kesukaan dibeli di hari pertama terbit, sehingga tak ada peluang bagi Wati untuk
memasoknya. Dan ketika pertama kali diajak makan siang di warung Mak Sumeh, Wati terdiam. Sinar matanya penuh pertanyaan Tohari, 2015:
128.
4.2.1.3 Bagian III
Bagian ini menceritakan konflik antartokoh dan interaksi tokoh yang kian memanas.
5 Interaksi tokoh yang menonjol pada bagian ini ialah pertemuan tokoh Basar
yang mengajak Baldun meminta bantuan kepada Kabul untuk masalah pembangunan masjid. Tetapi Kabul menolak permintaan Baldun. Hal ini
dapat dibuktikan melalui kutipan berikut: “ Wah, pasti
gayeng
, ya?” ujar Basar sambil tersenyum. “Tapi maaf, rasanya kedatangan kami mengganggu kalian. Begini. Saya mengantar
Pak Baldun yang ingin bertemu Kabul, eh maaf, pelaksana proyek ini. Pak Baldun adalah ketua panitia renovasi masjid kampung ini. Nah
silahkan Pak Baldun, b icaralah sendiri.”Tohari, 2015: 157.
“Jadi keputusannya bagaimana?” desak Baldun yang tampak kesal. “Jawaban saya sudah jelas, sumbangan akan kami berikan setelah proyek
ini selesai.” “Bagaimana jika karena sikap Pak Kabul ini masjid belum selesai ketika
pemimpin umum GLM tiba di sini; Anda mau bertanggung jawab?” “Pak Baldun, tanggung jawab saya hanya menyangkut pembangunan
jembatan.” “ Baik. Tapi Anda akan saya laporkan ke atas. Saya akan cari data jangan-
jangan Anda tidak bersih lingkungan. Sebab indikatornya mulai jelas. Masa iya dimintai bantuan untuk pembangunan masjid Anda banyak
berkelit. Cukup. Selamat malam. Dan selanjutnya mungkin Anda tidak
bisa mendapat proyek lagi. Atau Pak Dalkijo akan memecat Anda.” Tohari, 2015: 163.
6 Interaksi yang menonjol selanjutnya ialah konflik tokoh Dalkijo dengan
Kabul. Tokoh Dalkijo meminta Kabul untuk segera memasang balok jembatan tetapi Kabul tidak patuh, karena menurutnya untuk memasang balok jembatan
membutuhkan kurang lebih tujuh belas hari lagi. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:
“ Semua balok jembatan sudah datang?” suara Dalkijo. “Sudah. Tapi ada dua yang cacat retak seperti dulu saya laporkan. Dan
gantinya belum datang. Bagaimana?” “Kapan balok-balok akan dipasang? Secepatnya, kan? Aku akan pesan
derek besar.” Kabul mendengus. Soal balok cacat tidak ditanggapi. Brengsek
“Lusa pengecoran tiang terakhir selesai. Jadi pemasangan balok paling cepat tujuh belas hari ke
depan.” “Apa? Kok lama betul? Nanti bisa terlambat. Apa jadinya bila di hari
peresmiaan jembatan belum sempurna? Ingat, peresmian akan dilakukan Wapres dan disaksikan juga oleh Ketua Umum GLM. Jangan main-
main.” Tohari, 2015:178-179.
7 Tokoh lain yang hadir pada bagian ini ialah Kang Martasatang, Sawin, Pak
Tarya, Wati, Mak Sumeh. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut: Dibelakang rumah Kang Martasatang yang terletak di tepi sungai
Cibawor ada serumpun tanaman
benguk
yang menjalar menutupi pohon lamtoro. Pada dini hari yang hening itu banyak kelelawar yang
berterbangan diseputar rumput benguk itu. Ada yang hinggap sesaat pada daunnya yang muda, menyobek dengan mulutnya, lalu terbang lagi.
Mereka seperti tak peduli pada lelaki yang sedang jongkok di belakang rumah. Kang Martasatang yang hampir semalaman tak bisa tidur akhirnya
memilih keluar rumah untuk mencoba mengusir kegelisahannya Tohari, 2015:136-137.
Atau, kemarahan dan kecemasan Kang Martasatang benar-benar berakhir karena sehari kemudian Sawin, si anak hilang itu, muncul kembali di
rumahnya. Enam hari Sawin menghilang menjadi cerita yang sungguh menghibur. Dan konyol. Ternyata, Sawin memang suka sama Sonah.
Ketika mendengar hari Jumat Sonah pulang ke kampungnya di Jatibarang, Sabtu esoknya setelah gajian Sawin menyusul. Modalnya
adalah cerita Sonah sendiri bahwa rumahnya tidak jauh dari pasar Jatibarang. Konyolnya, Sawin pergi ke Jatibarang, Cirebon. Padahal
kampung Sonah ada di Jatibarang lain di wilayah Brebes Tohari, 2015:148-149.
“ Ya, demi Golongan Lestari Menang, he-he-he….” “Kok Pak Tarya ikut seloroh? Orang pensiunan harus setia dan
mendukung GLM, kan?” “He-he-he…. Diharuskan secara terus terang sih tidak. Tapi, di
amang- amang
, iya. GLM memang hebat. Kami para pensiunan tak bisa menolak apa pun yang mereka kehendaki. Kekuasaannya merambah ke mana-
mana. Bahkan urusan tempat tidur pun dicampurinya.” Wati mengigit bibir. Menunduk. Jelas sekali dia enggan menjawab
pertanyaan Kabul. Merenggut. Ah, selalu jantung Kabul menyentak dalam detik-detik Wati merengut. Dan detik yang mendebarkan itu cepat
berlalu, karena Wati menoleh dan berusaha tersenyum Tohari, 2015:172.
Pikiran Kabul masih melayang
–layang sampai terdengar gemerincing gelang-gelang emas di tangan Mak Sumeh. Kali ini Kabul mencium bau
sirih yang kuat. Rupanya Mak Sumeh tahu diri. Dia memakai deodoran wangi sirih untuk melawan bau badannya yang asam-asam sengak
Tohari, 2015:174.
4.2.1.4 Bagian IV
Pada bagian ini, konflik dan interaksi antartokoh kian memuncak. 8
Interaksi tokoh yang sangat menonjol pada bagian ini adalah pertikaian tokoh Dalkijo dengan Kabul yang mempermasalahkan besi rancang yang sudah
habis. Namun permintaan Kabul justru dijawab dengan datangnya truk besi rancang bekas. Dalkijo berdalih hal itu ia lakukan karena minimnya dana
anggaran. Namun Kabul tidak percaya dan ingin mengundurkan diri. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:
“ Aduh, Dik Kabul ini bagaimana? Sudahlah, ikuti perintahku. Gunakan besi itu. Toh itu hanya untuk menutup kekurangan. Aku tahu penggunaan
besi bekas memang tidak baik. Tapi bagaimana lagi, dana sudah habis. Makanya, kita pun tidak mampu membeli pasir giling. Dana benar-benar
sudah
habis.” Tohari, 2015: 207. “ Ya, saya tahu. Meskipun begitu saya tidak mau menggunakan besi
bekas itu. Bila dipaksakan, saya lebih baik mengundurkan diri.” “ Apa? Mengundurkan diri? Tunggu Dik Kabul. Jangan bicara begitu.
Atau begini saja. Besok aku akan datang ke proyek. Kita akan bicara baik-baik. Ngomong penting seperti ini tidak mungkin cukup lewat radio.
B
esok aku datang.” Tohari, 2015: 209.
9 Tokoh lain yang hadir di bagian ini adalah Yos, Wati, Aminah, Mak Sumeh.
Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut: Yos menghitung umur sendiri. Tamat SMA tahun 1987 pada usia
sembilan belas tahun diterima di Fakultas Pertanian, tapi paruh tahun kelar karena merasa tidak cocok. Tahun berikut mengikuti UMPTN lagi
dan diterima di Fakultas Filsafat. Tidak betah lagi. Kesempatan terakhir UMPTN dicobanya untuk ganti fakultas dan Yos diterima di fakultas
MIPA. Nah, ini cocok. Maka setelah dihitung dalam semester lima usia Yos adalah 24. Dan Wati teman seangkatan di SMA, hanya berbeda
jurusan. Maka usia Wati minimal 24, dan sudah bekerja Tohari, 2015:192.
“ Rasanya iya. Mas siapa?” “Namaku Wiyoso. Yos.”
“Begini. Rasanya Mbak Wati sedang ke kantor pos. Aku dengar begitu. Aku kira hanya sebentar. Mari masuk.”
“Terimakasih. Mbak bekerja di sini juga?” “Tidak. Aku menyusul kakak yang bekerja di proyek ini. Mumpung
sedang libur tengah semester. Namaku Aminah. Aku adik Mas Kabul, pelaksana proyek ini.”
Yos terdiam sejenak Tohari, 2015: 198.
Kali ini nyinyir Mak Sumeh membuat Kabul terbungkam. Kelancangan perempuan pemilik warung itu membuat Kabul sulit membuka mulut.
Kabul merasa sesuatu yang masih ingin disembunyikan dalam hati sudah tertebak oleh Mak Sumeh. Ada senyum di bibir Kabul, namun kaku dan
tawar. Atau Kabul merasa lebih baik mulai menyantap hidangan di hadapannya. Namun gulai ikan emas dengan nasi yang masih hangat kali
ini tak ada rasa apa pun Tohari, 2015:213-214.
4.2.1.5 Bagian V
Pada bagian ini, pertikaian tokoh mulai mereda, dan cerita mulai terselesaikan.
10 Pada bagian ini, interaksi yang menonjol adalah penyelesaian masalah tokoh
Kabul dengan Dalkijo. Kabul memutuskan mengundurkan diri dari proyek. Dan Ia berhasil menjadi
site manager
perusahan swasta setelah mundur dari proyek tersebut. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
“Begini Dik Kabul. Aku datang kemari dengan keputusan. Maka kita tidak akan bicara banyak-
banyak.” “Maksud Bapak?”
“Ya. Keputusan itu ku ambil tadi malam setelah aku berbicara dengan pihak pemilik proyek, tokoh-tokoh partai dan khususnya jajaran GLM.
Mereka telah setuju kebijakan yang ku ambil. Dan itu pula keputusan
yang ku bawa saat ini.” “Artinya, besi bekas, pasir yang kurang bermutu, tetap akan dipakai?”
“Ya. Dan peresmian jembatan ini tetap akan dilaksanakan tepat pada HUT GLM. Itulah keputusan yang ada dan Dik Kabul kuminta bisa
menerimanya.” “Maaf saya pun tetap berada pda keputusan saya. Saya tak bisa……”
“Tunggu, Dik Kabul. Aku tidak akan lupa Dik Kabul dan aku sama-sama insinyur, lulus dari perguruan tinggi yang sama, hanya beda angkatan.
Kita sudah sekian lama bekerjasama. Dan terus terang, aku sudah menganggap Dik Kabul adik kandungku. Maka laksanakanlah keputusan
itu.”“Maaf, Pak Dalkjio. Kalau keputusan Anda sudah final, saya pun tak mungkin berubah. Saya tetap me
ngundurkan diri.” Tohari, 2015: 228.
11 Tokoh lain yang muncul namun interaksi antartokoh nya kurang menonjol
ialah Mak Sumeh, Wati, Tante Ana, Bejo, Pak Tarya, dan Biyung. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
“ Ya, aku pun akan segera mengangkut barang-barang ini. Aku sedang menunggu truk,” ujar Mak Sumeh.
“Dan aku harus mengembalikan Tante Ana ke terminal,” sela Bejo. Tapi entah naik apa.
“Kalau mau, kalian bisa ikut aku. Tapi aku mau antar Wati dulu ke rumahnya. Bagaimana?”
“Boleh, Pak. ” “Kalau begitu, habiskan minum kalian. Kita berangkat sekarang agar
tidak menganggu keberangkatan Mak Sumeh. Dan, Pak Ta rya?”
“Jangan pikirkan saya. Saya meninggalkan pancing di tempat biasa. Habis dari sini saya akan meneruskan mancing.”
“ Pak Insinyur, bila ada proyek baru, ajaklah aku. Aku senang buka warung di proyek yang dipimpin Pak Insinyur.”
“Kalau proyekku di Sulawesi Tengah?” Mak Sumeh tertawa. Dan gelangnya bergemerincing Tohari, 2015: 247.
Dari arah belakang Kabul dapat melihat kepala dan punggung Pak Tarya. Tangkai pancing yang sudah dipasang terpancang condong di
hadapannya. Boleh jadi karena lama tak ada ikan mendekat, Pak Tarya menunggu sambil meniup serulingnya.
Kabul tetap berdiri, diam, karena masih ingin menikmati lebih lama bunyi lembut itu. Namun ternyata terdengar suara Pak Tarya rengeng-rengeng.
Ah, lelaki ini memang manusia yang ayem, pikir Kabul yang masih berdiri diam di tempat tanpa diketahu Pak Tarya Tohari, 2015: 218.
Mungkin bagi Pak Tarya, hidup adalah angina dan dia adalah burung elang yang melayang, meniti, mengalir, sambil menikmati semilirnya.
Atau seperti pernah dikatakan Pak Tarya, hidup pun bisa diajak bersenda gurau Tohari, 2015: 219.
Akhir Desember 1992, hanya satu tahun setealh Kabul meninggalkan proyek pembangunan jembatan Sungai Cibawor. Keinginan Kabul
bekerja di proyek milik swasta terlaksana ketika dia mendapat kepercayaam menjadi
site manager
pembangunan hotel di Cirebon. Libur akhir tahun ingin dinikmatinya di rumah Biyung bersama Wati yang
sudah menjadi Nyonya Kabul. Mereka baru sebulan menikah Tohari, 2015:249.
Bagi Kabul, Biyung adalah lembaga, lebih dari sekadar perempuan yang telah melahirkannya. Memang, personifikasi ke-biyung-an terwakili
sepenuhnya oleh sosok perempuan kampung yang perkasa itu. Namun nuansa ke-biyungan-an bisa terasa pada suasana rumah tua yang dulu
menjadi tempat Kabul dierami hingga tamat sekolah dasar. Bahkan nuansa ke-biyung-an bisa tercium dari bau udara senthong atau bilik
dengan balai-balai bamboo, tikar pandan, bantal lusuh, tempat dulu dia di kelon sambil bermain puting tetek Emak-sepasang tetek anggun pada
dada bidang yang menawarkan daya hidup dan rasa aman bagi anak-anak Tohari, 2015: 235-36.
Pembaca dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat frekuensi kemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan
keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan
tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu lewat judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya Aminudin, 2002: 80.
Berdasarkan hasil analisis frekuensi kemunculan dan interaksi tokoh pada lima bagian dalam novel
Orang-Orang Proyek
karya Ahmad Tohari, berikut ini penulis akan mengklasifikasikan analisis tokoh dalam novel ini.
1 Frekuensi Kemunculan Tokoh
Tokoh yang memiliki frekuensi kemunculan yang menonjol pada novel
Orang-Orang Proyek
ialah Tokoh Kabul. Tokoh Kabul selalu hadir pada tiap bagian novel. Kabul ialah seorang mantan aktivis yang berprofesi menjadi
kepala pelaksana proyek jembatan Sungai Cibawor. Ia banyak menentang ketidakadilan dan penyelewengan yang sering dilakukan Dalkijo, atasannya.
Tokoh lain yang muncul dan mewarnai cerita ialah Wati, Basar, Mak Sumeh,
Pak Tarya, Baldun, Ketiga pria Partai, Kang Martasatang, Tante Anna, Bejo, Yos, Sonah, Sawin, Aminah, Samad, dan Biyung.
Berikut ini kutipan yang menunjukkan kehadiran tokoh dalam novel ini yaitu: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11.
2 Interaksi Tokoh yang menonjol
Interaksi tokoh yang menimbulkan cerita kian berkembang dalam novel ini didominasi oleh interaksi pertentangan Tokoh Kabul dengan Dalkijo
– atasannya yang sering melakukan korup. Tokoh Kabul senantiasa memegang
teguh idealismenya untuk tidak memanfaatkan proyek untuk menikmati uang rakyat sedang Tokoh Dalkijo hidupnya selalu jor-joran dan cuek dengan
kepentingan masyarakat. Berikut kutipan yang menunjukkan interaksi tokoh yang menonjol dalam novel yaitu: 1, 3, 5, 8, 10.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan tokoh yang paling banyak muncul dan berinteraksi dengan tokoh lain pada novel ini adalah Tokoh Kabul. Tokoh
Kabul, dilihat dari peran pembangunan konflik atau berdasarkan kedudukannya maka ia merupakan tokoh utama. Tokoh lain seperti Wati, Pak
Tarya, Mak Sumeh, Tante Anna, Bejo, Kang Martasatang, Samad, Basar, Sawin, Sonah, Yos, Aminah, Baldun, Tiga pria partai yang muncul namun
interaksi antartokohnya tidak menonjol menimbulkan konflik adalah tokoh tambahan.
Dilihat dari sifatnya, tokoh Kabul merupakan tokoh yang menjujung tinggi idealismenya untuk tidak menikmati uang rakyat merupakan tokoh
protagonis. Sedangkan tokoh Dalkijo yang hidupnya jor-joran dan egois tidak peduli dengan kepentingan masyarakat merupakan tokoh antagonis.
4.2.2 Analisis Unsur Penokohan Novel
Orang-Orang Proyek
Novel ini dibagi atas lima bagian. Pada setiap bagian penulis akan memaparkan analisis tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel
Orang- Orang Proyek
karya Ahmad Tohari. 4.2.2.1
Bagian I Bagian ini dibuka dengan deskripsi keadaan sungai Cibawor yang telah tiga
hari mengalami banjir akhibat hujan deras. Banjir ini memberikan kerugian yang cukup besar bagi proyek pembangunan jembatan. Kemuculan tokoh
disertai dengan metode penggambarannya. Hal ini dapat dibuktikan melalui Pada bagian pertama ini, beberapa tokoh hadir dengan teknik penokohan yang
beraneka rupa. Satu-per satu akan dibahas dibawah ini. 12
Pak Tarya adalah tokoh yang tua dan bisa memainkan suling dan rumahnya tidak jauh dari proyek. Tokoh Pak Tarya jelas digambarkan sebagai pria tua
yang sudah berdamai dengan kondisi impotensi yang dia alami. Kita juga mengetahui bahwa ayah Pak Tarya adalah seorang guru sekolah desa yang
menjadi korban peledakan jembatan sekitar 40 tahun silam. Pengarang menceritakan tokoh secara jelas, sehingga pembaca langsung mengetahui latar
atau karakteristik tokoh metode analitik. Pak Tarya merupakan mantan pegawai kantor penerangan bahkan pernah bekerja di Jakarta sebagai
wartawan. Tokoh Pak Tarya juga dikenal sebagai pemancing yang berpengalaman dalam percakapan maupun pemikiran tokoh lain metode
dramatik. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut: Pak Tarya, pemancing tua yang gemar bermain seruling untuk sendiri itu,
tinggal agak jauh. Namun ia selalu melewati proyek setiap kali pergi memancing di bawah pohon arah ke hulu Tohari,2015: 18.
Pak Tarya, pemancing tua yang gemar bermain seruling untuk sendiri itu, tinggal agak jauh. Namun dia selalu melewati prouyek setiap kali pergi
memancing di bawah pohon arah hulu. Atau Pak Tarya malah singgah untuk sekadar melihat-lihat. Maka dia jadi kenal Mas Kabul, pelaksana
proyek. Adakalanya juga Pak Tarya masuk ke warung Mak Sumeh, minum kopi, menikmati senyum dan tawa segar gadis-gadis pelayan. Ya,
apa salahnya menikmati senyum gadis-gadis bagi lelaki yang sudah bisa menerima dengan damai kehadiran impotensi dalam dirinya. Bagi Pak
Tarya impotensi ternyata juga bisa dinikmati. Yakni sebagai ruang di mana kenangan akan kemudaannya dulu terasa lebih manis dan lebih
mengesankan untuk diingat Tohari, 2015: 19.
“Ya, sampai beberapa hari yang lalu saya hanya tahu Pak Tarya tukang mancing. Tapi kini saya sudah dapat informasi yang lebih lengkap bahwa
sebetulnya Pak Tarya adalah pensiunan pegawai Kantor Penerangan. Selain itu, Pak Tarya ketika muda pernah lama mengembara ke Jakarta.
Iya, kan?” “Informasi itu sedikit benarnya, tapi banyak salahnya.”
“Tak ada guna menutup-nutupi jati dirimu, Pak. Malah ada orang bilang, ketika berada di Jakarta, Pak Tarya pernah bekerja di penerbitan. Jadi
wartawan?” “ Ah, Cuma sebentar.” Tohari, 2015: 9-10.
“Kok Pak Tarya tahu dia ikan baceman?” “He-he, dari caranya menarik pancing. Masing-masing ikan punya
caranya sendiri. Jadi bisa dikenali jenisnya, meskipun mereka masih berada di dalam air.” Kabul tersenyum. Dan tambah yakin, dalam soal
mancing, Pak Tarya memang sangat berpengalaman Tohari, 2015: 23.
13 Tokoh Kabul merupakan tokoh yang lugu dan ingin menegakkan kebenaran.
Tokoh Kabul adalah seorang insinyur yang berasal dari keluarga yang ekonominya tidak baik alias melarat metode analitik. Melalui pandangan
tokoh lain dapat diketahui bahwa Kabul merupakan sosok pemuda yang cerdas, sederhana. Selain dari pikiran tokoh lain, melalui gambaran fisik
Kabul dan dialog tokoh lain, kita mendapatkan gambaran fisik Kabul. Tokoh Kabul berdasarkan pemilihan nama dan dialog antar tokoh juga diketahui
memiliki latar belakang ekonomi keluarga yang lemah dan berasal dari daerah pelosok metode dramatik. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:
Sebagai insinyur, Kabul tahu betul dampak semua permainan ini. Mutu bangunan ini menjadi taruhan. Padahal bila mutu bangunan
dipermainkan, masyarakatlah yang pasti akan menanggung akhibat buruknya. Dan bagi Kabul hal ini adalah pengkhianatan terhadap derajat
keinsinyurannya Tohari, 2015: 32.
Di kalangan jemaah masjid kampung, Kabul sudah menjadi sosok yang sangat dikenal karena sudah puluhan kali ikut Salat Jumat di sana. Dan
mereka tidak suka menyebut nama. Karena mereka merasa lebih sopan dengan menyebut dia Pak Insinyur, atau Pak Pelaksana Tohari, 2015:
42. Aku insinyur. Aku tak bisa menguraikan dengan baik hubungan antara
kejujuran dan kesungguhan dalam pembangunan proyek ini dengan keberpihakan kepada masyarakat miskin. Apakah yang pertama
merupakan manifestasi yang kedua? Apakah kejujuran dan kesungguhan sejatinya adalah perkara biasa bagi masyarakat berbudaya, dan haris
dipilih karena keduanya hal yang niscaya untuk menghasilkan kemaslahatan bersama? Tohari, 2015: 39.
Pak Tarya memerhatikan kepergian Kabul sampai lelaki muda itu lenyap ke arah hilir melewati tepian sungai yang berbatu-
batu.”Anak pandai,” pikir Pak Tarya.” Kalau tidak, mustahil lelaki semuda itu dipercaya
menjadi kepala pelaksana pembangunan jembatan yang bernilai ratusan juta. Atau bahkan miliar?
Dan wajahnya bersih. Sorot matanya terasa memancarkan kesederhanaan. Atau kesejatian. Ah, nanti dulu, toh di bagian dari mereka, orang-orang
proyek” Tohari, 2015: 13. Si pendatang, laki-laki muda dengan sepatu kulit dan baju katun lengan
panjang, dengan perkakas radio terselip di pingganya, tidak segera menyatakan kehadirannya. Ia pun kelihatan larut dalam getar irama
seruling yang dituip Pak Tua. Kalau tidak karena topinya hampir jatuh oleh embusan angin sehingga dia harus membuat gerakan yang nyata,
pemancing itu tak akan melihatnya. Dan suara lembut seruling mendadak berhenti. Sejenak lengang
“ Wah, Mas Kabul Aduh, saya jadi malu. Aduh, kok Anda sampai di tempat terp
encil ini?” Tohari, 2015: 8. Kabul menegakkan kepala. Mau bicara tapi tidak jadi.
“Maksud saya begini. Mari bicara mulai dari nama kita. Nama saya Dalkijo, dari Blora. Nama
sampeyan
Kabul, dari?” “Gombong.”
“Nah, melihat nama, kita tahu dari lapisan masyarakat mana kita berasa. Taruhan, kita sama-
sama anak petani miskin. Betul?” Kabul tersenyum. Persis Tohari, 2015: 33.
14 Tokoh Wati adalah sosok yang periang dan juga ramah. Tokoh Wati
merupakan keluarga yang cukup berada, ia berwawasan dan juga manja. Tokoh Wati digambarkan sebagai wanita yang tidak ingin disebut pemalas
atau pengangguran metode analitik. Hal itu dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
Wati yang periang memang biasa menyapa siapa saja dengan bahasa dan senyum yang sama hangatnya. Gayanya seperti anak usia enam belas,
padahal usia Wati sudah 23 Tohari, 2015: 27. Wati manja. Sedikit bersungut. Kabul terdiam. Terasa ada satu detik yang
aneh. Yakni ketika Kabul merasa dalam sepersekian detik muncul daya pikat dari penampilan Wati.
Apanya? Sunggutnya? Getar suaranya? Mungkin. Atau entah. Yang pasti ada sesuatu yang baru saja terasa dalam beberapa detik Tohari, 2015:
63. Kabul
tersenyum. Dia merasa Wati berbicara pada tingkat
pengetahuannya yang memang lumayan. Juga tingkat sosialnya. Untuk ukuran desanya, orang tua Wati cukup berada. Ayahnya anggota DPRD.
Seorang kakak Wati konon jadi mayor polisi. Kabul juga tahu gaji Wati di proyek itu tidak seberapa. Bila benar Wati bekerja demi gaji, pasti dia
tak akan bertahan satu bulan. Jadi, Wati tampaknya bekerja di proyek lebih untuk menghindar dari sebutan penganggur. Atau seperti pernah
dikatakan Wati sendiri dia bekerja di proyek untuk mengisi waktu penantian sebelum ada pekerjaan yang lebih baik Tohari, 2015: 64.
15 Tokoh Dalkijo adalah sosok yang suka meniru gaya koboi baik dalam gaya
berpakaian maupun saat ia memimpin. Tokoh Dalkijo juga digambarkan sebagai sosok yang terbiasa dengan permainan tanpa mengeluh atau bahkan
dapat dikatakan justru memanfaatkannya. Tokoh ini juga diceritakan bahwa ia mengalami kemiskinan semasa kecil metode analitik. Melalui dialog pribadi
sang tokoh dapat diketahui bahwa Dalkijo adalah orang yang sombong. Ia bahkan tidak mau disamakan dengan Kabul yang mau makan di warung Mak
Sumeh. Tokoh Dalkijo digambarkan melalui pikiran tokoh lain sebagai pribadi yang sangat membenci kemiskinan metode dramatik. Hal ini dapat
dibuktikan melalui kutipan berikut: Entahlah, kata “koboi” membuat Kabul sungguh-sungguh tersenyum.
Memang, bila datang ke proyek, Dalkijo selalu memakai topi wol merek
Stetson
. Dan memakainya dengan meniru gaya koboi yang sering muncul di bioskop tahun enam puluhan. Di atas sadel sepeda motor besar yang
selalu dikendarainya ke proyek, Dalkijo pun mengusahakan gayanya mirip para penunggang kuda dari
Texas. Agaknya kekoboiannya memang sudah merasuk ke dalam hidup pemimpin proyek ini Tohari, 2015: 31.
Namun Kabul merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Karena permainan itu terasa sudah menjadi kewajaran dan menggejala di mana-mana, sampai
masyarakat sekitar proyek pun ikut melakukannya. Bahkan pelaksana seperti Dalkijo sudah terbiasa menerima semua bentuk permainan itu
tanpa keluhan apa-apa malah memanfaatkannya? Tohari, 2015: 32.
“ Dik Kabul, karena sudah tobat melarat, lihatlah. Saya tak mau pakai sepatu kalau bukan yang asli dari merek terkenal. Juga baju dan celana,
bahkan celana dalam. Soal makan, apalagi. Saya tak sudi seperti sampeyan, makan di warung Mak Sumeh di proyek itu. Anak-anak saya?
Semua belajar di sekokah favorit bersama anak-anak Cina dan anak pejabat. Kamar mereka mirip kamar anak remaja Amerika. Soal
kemampuan anak tidak penting, karena ternyata bisa diganti dengan duit. Istri saya?
Dik Kabul tahu sendirilah. Pokoknya saya tidak sudi lagi berdekat-dekat
dengan apa saja yang berbau kemelaratan.” Tohari, 2015: 34. Dan kau, Dalkijo, yang begitu membenci kemiskinan dengan cara hidup
jor-joran, tak peduli dari mana ongkosnya, apakah kau punya rasa kaya? Jangan-jangan kau membenci kemiskinan, sementara hati dan jiwamu
memang benar-benar melarat Tohari, 2015: 39.
Ceramah panjang Dalkijo, yang membuat beberapa pengunjung rumah makan itu menoleh, agaknya belum akan berakhir. Agaknya juga, Dalkijo
memang benar-benar menyimpan dendam yang berat terhadap hantu yang bernama kemiskinan yang mencengkram dia di masa anak-anak Tohari,
2015: 34.
16 Tokoh Mak Sumeh adalah tokoh yang suka bergosip. Secara langsung, tokoh
Mak Sumeh digambarkan sebagai wanita yang berusia sekitar enam puluhan, merokok, dan tambun metode analitik. Berdasarkan dialog antartokoh bahwa
Mak Sumeh adalah orang yang suka nyinyir dan selain berdagang ia juga
nyambi
sebagai makcomblang metode dramatik. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:
Dan suatu hari ketika motor bebek Wati mogok, Kabul mengantarnya pulang dengan jip proyek. Atau mereka sering berdua makan siang di
warung Mak Sumeh. Lalu dari mulut Mak Sumeh yang nyinyir pula berawal omongan bahwa Wati dan Kabul adalah pasangan serasi Tohari,
2015: 28.
Mak Sumeh mendekat. Gelangnya bergemerincing. Dan rokoknya terus mengepul. Usia Mak Sumeh mungkin mendekati enam puluhan. Atau
malah lebih. Namun wajahnya tetap segar. Hidupnya kelihatan penuh semangat, padahal tubuhnya tambun Tohari, 2015:59.
“Ah, Mak Sumeh, kenapa kamu terus nyinyir? Soal jodoh kan, nanti akan ketemu bila sudah tiba masanya.”
“Eh, Pak Insinyur, kok kuno amat. Yang namanya jodoh, dari zaman nenekku pun harus diusahakan, karena tidak bakalan jatuh dari langit.
Apalagi s ekarang. Nah, Pak Insinyur tahu aku sering jadi makcomblang?”
“Setahuku, kamu Mak Sumeh,” gurau Kabul. “Iya. Mak Sumeh sudah berpengalaman jadi makcomblang. Gratis kok.
Asal, saya jangan dilarang berjualan di p royek….” Tohari, 2015: 54-55.
17 Tokoh Basar melalui dialog antar tokoh dapat diketahui bahwa Basar
merupakan mantan aktivis dan seorang terdidik sarjana. Namun ia harus tunduk pada kuasa pemimpin metode dramatik. Hal ini digambarkan dalam
kutipan berikut: “ Seperti Kabul, saya juga sarjana dan mantan aktivis. Tapi di sini saya
adalah kepala desa yang wajib tunduk kepada orang pemerintah, dan orang partai golongan. Kalau mereka tidak ngrusuhi proyek, tak masalah.
Tapi nyatanya?” Basar berhenti, tersenyum tawar. Pak Tarya tertawa. Maklum.
“Coba, Pak Tarya. Dua bulan lagi HUT partai golongan akan dipusatkan di desa kita ini. Dananya besar sekali. Dan saya tidak ,au dikuras untuk
hal yang tidak semestinya. Jadi, kepada orang Kabupaten saya bilang tak
punya uang. Tapi apa kata mereka? ‘Saudara masih ingin jadi kades, kan? Di desa Saudara sedang ada proyek besar, kan?’ Begitulah, bagaimana
saya tidak susah.” “Sudah pernah menolak?”
“Secara tak langsung, sudah. Dan saya menjadi bahan tertawaan sesama ke
pala desa yang sedang kumpul di Kabupaten.” Tohari, 2015: 51.
4.2.2.2 Bagian II
Kegelisahan hati Kabul tak kunjung reda, ia masih memikirkannya dan membicarakannya dengan Pak Tarya yang sedang sibuk memancing. Hasil
tangkapan malam itu dijadikan jamuan spesial dari Pak Tarya yang mengundang Kabul makan dirumahnya. Namun karena sebelum berangkat ke
rumah Pak Tarya, Kabul bertemu Wati, maka bertambahlah tamu Pak Tarya. Wati mendengarkan perbincangan Kabul dan Pak Tarya tentang kegelisahan
yang sempat diceritakan Kabul tadi malam. Di lain tempat, Basar menjamu ketiga tamu partai.
Malam itu dia dinterfensi habis-habisan. Ia diminta untuk mempersiapkan perayaan HUT partai GLM sebaik mungkin. Mulai dari menyiapkan hiburan
rakyat, pemesanan tenda, sampai perataan jalan yang akan dilalui mobil para pejabat partai. Basar hanya bisa pasrah, karena ia masih menginginkan jabatan
kades ditangannya. Basar berharap Kabul dapat menentang ketiga lelaki yang baru saja datang. Basar memikirkan kerugian yang akan ditanggung warganya
akhibat perayaan Ultah GLM. Basar merasa kegetiran dalam hatinya. 18
Penggambaran tokoh Tante Ana adalah seorang lelaki yang berdandan wanita, bencong. Dengan jelas juga digambarkan tampak wajah tokoh, latar belakang
tokoh. Toko Ana digambarkan secara jelas sebagai seorang pengasong rokok di terminal dan ia tinggal bersama seorang gadis yang hendak dijual oleh
ibunya di balik tembok terminal metode analitik.
Agak lama kelihatan, malam ini Tante Ana muncul di proyek. Lelaki banci ini seperti biasa berdandan menjadi perempuan menor. Kelewat
menor. Wajahnya putih oleh bedak yang sangat tebal. Bibirnya bergincu menyala. Kain dan kebayanya ketat dengan sanggul lebih besar daripada
kepala. Dan bulu mata buatan. Perkakas utamanya, kecrek, tentu tak akan pernah lepas dari tangan. Tapi
lenggoknya manis juga Tohari, 2015: 66. Ah, Tante Ana. Kabul pernah mendengar dia punya nama asli Daripan.
Siang hari mengasong rokok di terminal, sepuluh kilometer lebih dari proyek. Tinggal di balik tembok terminal dengan seorang gadis kecil.
Konon gadis itu direbut Tante Ana dari ibunya yang hendak menjual si bocah di pasar berahi, di sekitar terminal Tohari, 2015: 69.
19 Tokoh Basar terpaksa menjadi kader Golongan Lestari Menang karena ia
merupakan kades yaitu salah satu perangkat desa yang juga pilar penopang partai GLM. Basar mengalami tekanan karena ia mengambil bagian dalam
kegiatan yang ia kritik bersama Kabul saat menjadi aktivis metode analitik. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan dibawah ini:
Memang ya. Karena, sistem kekuasaan di bawah Golongan Lestari Menang, GLM, menempatkan jajaran perangkat desa dan kelurahan
seluruh Indonesia menjadi
onderbouw
mereka. Jajaran perangkat desa adalah satu di antara pilar penopang GLM. Dua pilar lain adalah birokrasi
pegawai negeri dan ABRI. Maka, suka atau tidak kades seperti Basar sudah tercantum sebagai kader
Golongan Lestari Menang Ya, dia merasa tertekan setelah menemukan dirinya jelas berada dalam,
malah menjadi bagian, sistem kekuasaan yang dulu amat sering dikritiknya. Dulu, ketika bersama Kabul masih giat sebagai aktivis
kampus, Basar yakin Orde Baru banyak melakukan penyimpangan Tohari, 2015: 96.
20 Tokoh Tiga Pria Partai pengarang memberikan gambaran jelas mengenai
penampilan ketiga pria partai. Mereka berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas metode analitik. Hal ini dapat dilihat dari pakaian, cara
menyisir rambut yang tercantum secara gamblang atau jelas. Malam ini Basar, kades menerima tiga tamu lelaki. Semua berjaket partai.
Tamu-1 necis-rambut berminyak dan tersisir rapi. Kacamatanya tampak dari jenis yang mahal. Berkumis. Tamu-2 lebih tua, berkopiah, satu gigi
depannya ompong,berkacamata minus, dan terus merokok. Tamu-3 terus memainkan gantungan kunci mobil. Dialah yang mengemudikan mobil,
tapi pasti bukan sekadar sopir. Dia mungkin mewakili angkatan muda partai. Dari ketiganya, Tamu- 1 yang paling banyak bicara.
Pembicaraan terpotong karena Basar harus membantu istrinya membagikan hidangan. Dan menyilakan para tamu menikmatinya. Tamu-
3 mengulurkan tangan meraih cangkir kopi. Tamu-2 diam saja. Tamu-1 malah kelihatan masa, karena pidatonya terpaksa dipotong. Lihatlah dia
kembali mengibar-ngibarkan telunjuknya di udara Tohari, 2015: 91.
21 Tokoh Pak Tarya
melalui dialog tokoh maupun pikiran tokoh lain tokoh utama kita mengetahui bahwa Pak Tarya bisa mengolah ikan pelus. Pak
Tarya juga merupakan sosok yang peduli kesehatan pribadi. Ia menghindari makanan berlemak yang tidak sehat dikonsumsi. Kita juga
mengetahui beberapa penyakit yang dialami Pak Tarya, salah satunya impotensi metode dramatik.
“Lembur untuk anak-anak dan mandor yang kebagian ngecor. Tapi bila yang ditawarkan untuk lauk makan pagi adalah ikan ini, saya ingin
datang.” “Ya, tentu ikan ini. Saya akan memasaknya sendiri. Pepes ikan pelus
gurih sekali. Apalagi bila diberi bumbu perutan cengkir, kelapa yang masih sangat muda. Malah bagi saya lebih enak parutan cengkir daripada
ikan-
pelusnya,” “Kok bisa begitu?”
“He…he, soalnya pelus adalah jenis ikan yang sangat berlemak. Tekanan darah saya terasa naik sesudah makan ikan pelus. Yah, Mas Kabul, orang
seumur saya sudah digerogoti ketuaan. Ada darah tinggi, ambeien, ompong, dan sering sulit tidur. Terakhir, malah impotensi. Hehehehehe
tapi saya biasa saja. Sungguh. Saya lebih merisaukan darah tinggi saya. Sebab kalau saya tiba-tiba kaena stroke pas sedang mancing, bisa-bisa
saya mati kecebur kali.
Hehehehhe.”Pak Tarya tertawa lagi. Kabul juga tersenyum. Dia baru mendengar ada lelaki tidak malu mengakui
impotensinya. Ah, Pak Tarya memang mengesankan Tohari, 2015: 82.
22 Tokoh Kabul melalui pikiran Basar sang kades , kita mengetahui bahwa Kabul
pribadi yang
cablaka
, lugas, berani bertahan. Dari dialog antartokoh juga kita mengetahui bahwa Kabul merupakan pria yang tidak ingin melukai perasaan
pria lain metode dramatik. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut: Kini wajah Kabul yang masuk. Ah, sahabat yang senasib. Kamu pasti
akan pusing bila orang-orang GLM itu mendatangimu malam ini. Proyekmu akan dijarah. Ya, tapi kamu Kabul anak yang lugas. Mungkin
kamu akan berani bertahan dengan sikap
cablaka
-mu. Mungkin kamu akan membantah mereka: Ini proyek milik rakyat, bukan milik Golongan
Lestari Menang. Proyek ini dibangun dengan dana utang dari luar negeri yang akan jadi beban anak-cucu rakyat. Maka, bila benar kalian punya
otak dan hati, jangan main-main dnegan proyek ini. Atau kalian akan kualat oleh kutukan anak-
cucumu sendiri” Tohari, 2015: 87-88. Namun setidaknya Kabul bisa menahandiri ketika minggu kemarin Wati
mengajaknya nonton film ke kota. “Aku memang suka nonton, Wat. Tapi maaf, untuk nonton berdua sama
kamu aku khawatir akan dikatakan kurang pantas.” “Mas malu nonton bersama aku? Iya, kan?” tanya Wati.
Matanya naik. Kabul nyengir janggal. “Tidak, sungguh tidak.”
“Lalu?” “Kamu pasti sudah tahu alasan saya; bagaimana nanti perasaan pacar
kamu. Mak Sumeh betul kan, kamu sudah punya pacar?” Tohari, 2015: 114.
23 Tokoh Wati diceritakan kondisi fisik Wati yang tersiksa. Dari kutipan di atas
juga, Wati digambarkan melalui tingkahnya yang deg-degan terhadap Kabul, dapat ditafsirkan bila Wati menyukai Kabul metode dramatik. Hal ini dapat
dibuktikan melalui kutipan berikut: Kabul tidak meneruskan kata-katanya karena melihat Wati muncul dari
ruang tengah. Memakai baju kaus dan celana panjang batik yang kombor. Matanya layu. Kesegaran yang selama ini menjadi bagian penampilannya
seakan hilang entah kemana. Bibirnya pucat. Tapi Wati mencoba tersenyum. Ada percik nyala di matanya. Tadi Wati tergugah ketika
mendengar bunyi jip berhenti. Dia langsung bisa memastikan siapa yang datang. Hatinya langsung berdebar. Tetes air matanya gagal ditahan. Wati
bergegas ke kamar mandi untuk membasuh muka. Dan kini dia berhadapan dengan Kabul Tohari, 2015: 134.
4.2.2.3 Bagian III
Bagian ini menemui titik puncak ketika Dalkijo meminta Kabul segera memasang balok jembatan, Dalkijo tidak mempedulikan keluhan Kabul
mengenai kecacatan dua balok jembatan. Ia bersikeras agar Kabul segera memasang balok jembatan tersebut. Padahal, menurut Kabul hal itu sekurang-
kurangnya dapat dilakukan tujuh belas hari kemudian agar cor-coran mengeras. Untungnya, niat Dalkijo ini dihalangi oleh kasus terperosoknya
truk ke dalam parit ketika melewati jembatan yang sedang dan sudah berkali- kali diperbaiki. Malam ini, Tante Ana datang dan memberikan hiburan. Hari
itu adalah penggajian mingguan. Bejo dan yang lain sangat terhibur, maka Kabul merasa sangat berhutang pada Tante Ana, ia kemudian membayari
Tante Ana makan, karena pekerjaan mulai sedikit longgar, Kabul memberikan libur bagi para kuli.
24 Penggambaran Tokoh Kang Martasatang tokoh Kang Martasatang merupakan
seorang ahli rogoh. Ia sering mengucap mantra dan menjinakan ikan. Kita juga dapat mengetahui bahwa ia berpindah pekerjaan karena rakit
penyeberangannya ditambat metode analitik. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
Demi Sang Kala yang sedang memberi kesempatan, Kang Martasatang yang saat ini sedang melayang kembali ke masa lalu. Dulu, bila rakit
penyeberangan harus ditambat karena air Sungai Cibawor sangat surut, Kang Martasatang pindah pekerjaan menjadi penangkap ikan. Bukan
dengan kail atau jala, melainkan dengan tangan kosong. Bersama beberapa teman, dulu, Kang Martasatang terkenal jago
rogoh
, atau
gogoh
, yakni menangkap ikan tanpa alat.
Mereka menyelam di lubuk-lubuk Sungai Cibawor, memburu ikan sampai ke ceruk atau celah batu yang paling dalam seperti cerpelai
mengejar mangsa. Konon rogoh ikan tidak bisa dilakukan pada sembarang hari. Dan ada mantranya. Dalam tidurnya itu pun Kang
Martasatang komat-kamit karena dia sedang merapal mantra
ngumbuk- nguyum
. Dengan mantra itu ikan-ikan berkumpul dan menjadi jinak Tohari, 2015: 141.
25 Tokoh Baldun penggambaran postur tubuh dan penampilan fisik Baldun dapat
diketahui bahwa ia adalah salah satu anggota GLM yang memiliki maksud dan tujuan tertentu metode dramatik.
Hening sejenak, sampai terdengar Baldun terbatuk. Lelaki lima puluh tahunan ini berjaket GLM, berkopiah. Sisa rambut yang tak tertutup
mengkilat oleh minyak. Sebelum berbicara, dia mengeluarkan kertas- kertas dari map yang sewarna dengan jaketnya.
Dan dari kata pengantar Basar tadi, Kabul sudah bisa meraba apa yang disampaikan Baldun Tohari, 2015: 157.
26 Tokoh Kabul melalui dialog antartokoh kita dapat mengetahui sifat perwira
yang terdapat dalam diri Kabul. Selain itu sifat rendah diri juga dimiliki seorang Kabul metode dramatik. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan
berikut ini: Pak Tarya tertawa lagi.
“Hehe, baguslah. Artinya, dalam diri sampyan masih tersisa sikap perwira.”
“Perwira? Saya tidak pernah ingin jadi perwira.” “Perwira militer? Oh, bukan itu yang saya maksud. Saya bisa mengerti
bila Mas Kabul tidak ingin jadi perwira militer, karena saat ini banyak perwira yang ora merwirani lagi. Yang saya maksud dengan perwira
adalah parawira. Yaitu orang-orang yang tidak merasa kehilangan apapun ketika bersikap hormat dan peduli kepada orang lain, orang-orang yang
tidak merasa rendah ketika meninggikan harkat dan martabat orang lain. Mereka adalah orang-orang yang malu ketika merasa dirinya lebih
penting daripada orang lain siapa pun orang lain itu. Nah, saya senang andaikata
sampeyan
tidak merasa lebih penting daripada Kang Martasatang, meskipun
sampeyang
insinyur dan dia cuma tukang rakit penyeberangan. Hehhehehehe…Tohari, 2015: 154-155.
27 Tokoh Wati melalui tingkah dan dialog dari tokoh lain, kita mengetahui
bahwa Wati menyukai Kabul. Penggambaran tingkah yang gugup, salah tingkah dan kurang nyaman watakWati dapat dikenali metode dramatik. Hal
ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut: Wati mengigit bibir. Menunduk. Jelas sekali dia enggan menjawab
pertanyaan Kabul. Merenggut. Ah, selalu jantung Kabul menyentak dalam detik-detik Wati merengut. Dan detik yang mendebarkan itu cepat
berlalu, karena Wati menoleh dan berusaha tersenyum.
“Dokter hanya bilang aku harus istirahat, itu saja.” “Yang kamu rasakan?”
Wati kembali menunduk. Menelan ludah. Kemudian tanpa menoleh Wati menjawab lirih.
“ Hanya lemas, dan anu….sering berdebar-debar.” Tohari, 2015: 172.
“Alaaaaah……Pak Insinyur tak bosan-bosannya berkata seperti itu. Pak Insinyur, aku percaya perasaan Wati terhadap Pak Insinyur bukan hal
yang dibuat-buat. Perasaan seperti itu tumbuh tanpa dikehendaki. Kata orang kan rasa benci bisa disalahkan, tapi rasa suka? Apalagi Wati masih
sendiri, baru ikatan pacaran yang belum diresmikan. Ya bagaimana mau
diresmikan bila si pacar dua tahun lagi baru tamat?”Tohari,2015: 176.
28 Tokoh Dalkijo dapat diketahui melalui dialog antartokoh bahwa Dalkijo
adalah pribadi yang suka memaksa dan kurang bertanggung jawab, cuek, tidak acuh metode dramatik. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
“Semua balok jembatan sudah datang?” suara Dalkijo “Sudah. Tapi ada dua yang cacat retak seperti dulu saya laporkan. Dan
gantinya be lum datang. Bagaimana?”
“Kapan balok-balok akan dipasang? Secepatnya, kan? Aku akan pesan derek besar.”
Kabul mendengus. Soal balok cacat tidak ditanggapi. Brengsek
“Lusa pengecoran tiang terakhir selesai. Jadi pemasangan balok paling cepat tujuh belas hari ke depan.”
“Apa? Kok lama betul? Nanti bisa terlambat. Apa jadinya bila di hari peresmian akan dilakukan Wapres dan disaksikan juga oleh Ketua Umum
GLM. Jangan main-main .” Tohari, 2015: 178-179.
4.2.2.4 Bagian IV
Pemasangan balok-balok jembatan selesai dalam lima hari. Tahap berikutnya adalah pekerjaaan pembuatan lantai dan pagar pengaman jembatan
serta sayap-sayap fondasi. Terakhir nanti pengaspalan. Pada tahap ini, semua seluruh pekerja proyek bergiat. Tukang batu membangun fondasi, tukang las
dan tukang besi menyiapkan rancangan untuk cor lantai, tukang kayu menyiapkan papan-papan cor. Namun, kehadiran Ir. Dalkijo menambah ramai.
Dalkijo menyuruh Kabul untuk menambah jumlah kuli san tukang dengan
alasan mempetnya waktu. Namun, Kabul sendiri was-was dengan musim hujan. Musim hujan akan menurunkan kualitas pasir sungai yang mau-tak
mau digunakan. Selain hujan, Kabul juga mengalami hambatan minimnya dana dari Manajer Proyek. Pusingnya lagi, permintaan atas kekurangan besi
rancang yang diajukan kepada Dalkijo dijawab dengan kedatangan truk tronton; isinya besi rancang bekas bongkaran jembatan di pantura. Bagi
Kabul, ini sudah keterlaluan. Ia mulai mengutarakan niatnya untuk mengundurkan diri kepada Dalkijo. Namun keinginan itu masih akan
dibicarakan berdua dengan Dalkijo di hari berikutnya. 29
Tokoh Wiyoso atau Yos kita mengetahui bahwa Wiyoso merupakan mahasiswa MIPA semester lima metode analitik. Melalui dialog dan
pemikiran tokoh lain bahwa Yos merupakan tokoh yang alim, pintar, pemalu, penuh pertimbangan metode dramatik. Hal ini dapat dibuktikan melalui
kutipan berikut: Di kamarnya yang lumayan baik, Wiyoso ato Yoso atau Yos duduk diam
menghadap meja belajar. Yos mahasiswa MIPA semester lima. Beberapa buk tentang matematika ada di hadapannya. Namun satu pun tak ada yang
terbuka Tohari, 2015: 191.
“Sori, Gog. Ini
emergency
. Wati minta kawin. Jangan tertawa dulu Nah, aku mesti bagaimana?”
Sialan Diminta jangan tertawa Gogi malah ngakak. “Si Wati masih
virgin
kan,kan?” “Tentu. Aku kan cowok superalim.”
“Kamu itu kan anak pinter tapi guoblok juga. Pilihanmu sangatlah jelas dan Cuma ada dua; kamu mau kuliah atau kamu mau kawin. Tak ada
jawaban
intermediate
. Jawab cepat” “Dasar bloon. Pertanyaan begitu gambling kamu malah bingung, Yos,
kalau aku jadi kamu, jelas aku akan pilih terus kuliah. Soal kawin he?
Memang aku mikirin? He? Lagi pula kamu kuno amat sih. Takut kehilangan Wati? Iya? Ah, kamu murahan. Kamu nggak ngerti ya, selain
Wati masih seabrek cewek lain. Buka matamu. Kampus kita tidak sesempit dompetmu, He?”
Yos malu. Di mata Gogi, terasa dirinya memang lemah. Dia putuskan telepon setelah mengucapkan terima kasih kepada Gogi. Tapi Yos belum
beranjak. Rasanya dia masih ingin bicara dengan yang lain. Tohari, 2015: 195.
30 Tokoh Wati dialog antartokoh dan tingkah Wati dapat diketahui bahwa Wati
telah menipu dan berkhianat, dari tingkahnya seolah mengatakan bahwa ia memang bersalah metode dramatik. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan
berikut: “Tapi dulu kamu mau. Iya, kan? Mengapa sekarang tidak? Jadi kamu
penipu. Kamu pengkhianat.” Yos benar-benar marah. Kedua matanya berkobar dan tangannya
pengepal. Wati pasi. Wajahnya ciut. Matanya mewakili kecemasan yang sangat. Kedua bibirnya rapat. Ketika merasa harus berbicara, bibir Wati
bergetar Tohari, 2015: 203.
31 Penggambaran Tokoh Kabul percakapan antartokoh, kita mengetahui bahwa
Kabul adalah pribadi yang kuat pendirian, dan selalu mengingat peraturan yang harus ditaati oleh para Insinyur metode dramatik. Hal ini dapat
dibuktikan melalui kutipan berikut: “Sebentar, Pak,” sela Kabul. “Bapak bilang saya tak perlu risau
meskipun lantai jembatan mungkin hanya bisa bertahan satu- dua tahun.”
“Ya. Bila nanti lantai jembatan rusak, ya kita perbaiki lagi, tentu saja bila disedikan dananya. Kita ini pemborong. Makin banyak jembatan rusak,
makin banyak pula borongan yang akan kita dapat. Begitu saja kok susah? Lagi pula, Dik Kabul, bila jembatan rusak, bukan hanya
pemborong yang harus bertanggung jawab. Kita tahu betapa banyak truk, trailer pengangkut peti kemas, yang melanggar batas berat muatan.
Mereka lolos di jembatan timbang setelah sopir menyuap pegawai di sana. Alaaaahhh, Dik Kabul tahu kan, yang namanya jembatan timbang?
Jadi, sebaik apa pun jembatan yang kita buat, bila banyak kendaraan kelebihan berat lewat, ya tahu sendirilah.”
“Pak Dalkijo, saya ingatkan ada Undang-undang Nomor 18 Tahun 1990; pemborong wajib menjamin bangunan yang dikerjakan bisa dimanfaatkan
setidaknya selama sepuluh tahun.” “Wah, Dik Kabul, terima kasih atas peringatan ini. Dan terus terang, aku
juga tidak pernah melupakan undang-undang itu. Tapi bisa dibilang undang-undang tersebut baru lahir kemarin sore. Jadi, belum
memasyarakat. Lagi pula penegakkannya amburadul. Maka banyak orang bilang di sini
okum dibuat hanya untuk dilanggar. Iya, kan?” “Ya, saya tahu. Meskipun begitu saya tidak mau menggunakan besi bekas
itu. Bila dipaksakan, lebih baik saya mengundurkan diri.” Tohari, 2015: 208-209.
4.2.2.5 Bagian V
Dalkijo datang untuk melanjutkan pembicaraan dengan Kabul. Intinya, keputusan tetap sama yaitu Kabul harus menggunakan rancang bangun bekas.
Namun Kabul tetap pada pendiriannya, ia tetap mengundurkan diri. Wati sangat sedih mendengar percakapan Kabul dan Dalkijo. Tangisan Wati
berhenti setelah Kabul memeluk dan menjanjikan dirinya takkan meninggalkan Wati, dengan ditemani Wati, Kabul berpamitan kepada kuli,
tukang dan Mak Sumeh. Mereka semua terkejut dan seolah ingin ikut keluar bersama Kabul. Setelah
keluar, Kabul pulang ke Biyungnya. Akhir Desember 1992, hanya satu tahun setelah Kabul meninggalkan proyek pembangunan jembatan Sungai Cibawor.
Keinginan Kabul bekerja di proyek miliki swasta terlaksana ketika dia mendapat kepercayaan menjadi
site manager
pembangunan hotel di Cirebon.
Libur akhir tahun dingin dinikmatinya di rumah Biyung bersama Wati yang sudah sebulan menjadi istrinya. Untuk mencapai rumah Biyung dari arah
Cirebon, Kabul akan melewati jembatan Sungai Cibawor. Tiba-tiba Kabul menghentikan laju mobilnya, ia melihat tulis
an “jembatan rusak” dan disarankan untuk melewati jalur alternatif. Kabul turun dan memeriksa
kerusakan jembatan itu. Lantai jebol pada dua titik dan aspal sudah retak hampir sepanjang lantai jembatan. Di sela-sela pengecekannya, Kabul
mendengar suara suling Pak Tarya. Kabul masuk jipnya dan menceritakan cerita lomba buat jembatan antara surge dan neraka yang pernah di ceritakan
Dalkijo. Wati kaget, ternyata orang-orang proyek seperti Dalkijo juga sadar bahwa mereka orang yang jelas bersalah, namun tutup mata hanya untuk
kepentingan mereka. Wati bertanya sampai kapan kegilaan seperti itu akan berakhir. Kabul
hanya mnjawab dengan perumpaan rayap yang akan berhenti bila kayu yang digerogoti habis.
Bagian ini ditutup dengan pertanyaan menarik “Ada berapa ribu proyek yang senasib dengan jembatan Cibawor? Dan dengan mental
“orang-orang proyek “yang merajalela dimana-mana, bisakah orang berharap akan terbangun tatanan hidup yang punya masa depan?”
32 Tokoh Kabul kita mengetahui bahwa Kabul merasa sakit hati dan sebal
terhadap kegiatan pawai tersebut metode analitik. Melalui dialog tokoh lain, kita mengetahui bahwa Kabul memiki sikap yang lugu metode dramatik. Hal
ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
Rasa sakit di hati membuat tontonan konyol pawai politik yang sangat ingar-bingar tak lagi menarik perhatian Kabul. Malah dia merasa
demikian sebal, sehingga Kabul berharap cepat usai. Apalagi cuaca semakin terik karena awan menghilang Tohari, 2015: 245.
“Dik Kabul,
sampeyan
memang insinyur. Tapi terlalu ludu. Dengar, Dik. Untuk memeriksa atau bahkan menahan Dik Kabul, mereka akan
menemukan banyak alasan. Misalnya, menghambat pelaksanaan program pembangunan, tidak loyal kepada pemerintah, menentang Orde Baru,
sampai kepada indikasi bahaya laten komunis. Dan sekali lagi Dik Kabul berurusan dengan aparat keamanan, nama Dik
Kabul akan masuk daftar hitam; Dik Kabul akan tetap diawasi dan mungkin tidak akan dapat bekerja di
mana pun.” Tohari, 2015: 229.
33 Tokoh Wati sudah menikah dengan Kabul dan usia pernikahan mereka baru
satu bulan metode analitik. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut: Akhir Desember 1992, hanya satu tahun setelah Kabul meninggalkan
proyek pembangan jembatan Sungai Cibawor. Keinginan Kabul bekerja di proyek milik swasta terlaksana ketika dia mendapaat kepercayaan
menjadi
site manager
pembangunan hotel di Cirebon. Libur akhir tahun ingin dinikmatinya di rumah Biyung bersama Wati yang sudah menjadi
Nyonya Kabul. Mereka baru sebulan menikah Tohari, 2015: 249.
34 Tokoh Dalkijo melalui penggambaran gaya penampilan dan tingkah laku tokoh
kita dapat melihat bahwa tokoh Dalkijo adalah orang yang sangat necis dan penuh kuasa metode dramatik. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan
berikut: Dan sang Koboi muncul mengendarai kuda besi
Harley Davidson
. Pakai topi seperti yang dikenakan Franco Nero dalam film koboi
A Coffin for Jango
. Celana jins ketat dan sepatu berhak tinggi. Hem lengan panjang bermotif kotak-kotak.
Tapi menyalahi penampilan koboi yang sebenarnya, di pinggang Dalkijo tidak ada pistol. Sebagai gantinya adalah pesawat radio komunikasi di
pinggang kiri. Juga menyalahi kebiasaan para koboi, Dalkijo memakai kacamata gelap.
Turun dan memarkir kuda besinya, ulah Dalkijo masih meniru perilaku para koboi. Gila Franco Neroi, Clint East Wood, atau Clark Gable dalam
peran koboi mereka yang tak pernah lupa mengusap kepala kuda, Dalkijo mengusap kepala kuda, Dalkijo mengusap lampu
Harley
-nya sebelum pergi. Sayangnya, bila orang tak pernah melihat koboi cengar-cengir-
kecuali Koboi Cengeng-nya Bagyo cs-Dalkijo malah cengengesan. Apalagi ketika beberapa tukang dan mandor berhenti bekerja hanya untuk
mengangumi motor besar kebanggan bos proyek itu. Dan lihat gaya Dalkijo ketika berjalan menuju kantor proyek.
Langkahnya ringan. Kedua tangannya mengayun bebas, seperti tangan jagoan yang setiap detik siap mencabut dan menarik picu pada saat yang
hampir bersamaan. Untunglah ketika membuka pintu bar. Maka gaya para koboi dengan gaya aslinya, gaya anak petani Blora Tohari, 2015: 226.
35 Tokoh Biyung melalui perasaan dan pikiran tokoh lain, kita mengetahui bahwa
sosok Biyung adalah sosok yang kuat, sederhana dan memberikan rasa damai metode dramatik. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
Biyung muncul dengan tangan memutih oleh ampas singkong. Seorang kerabat yang selama ini tinggal bersama Biyung juga datang. Agaknya
Biyung sedang mamarut singkong untuk membuat klanting. Ibu dan anak bersitatap.
Bersalaman. Kabul
merasa tangan
Biyung sejuk,
mengimbaskan rasa damai. Dan tetap kuat, tangan perempuan petani yang tetap bekerja sampai hari tua. Mata Biyung menyapu tubuh Kabul dari
kepala hingga kaki, lalu tersenyum. Kabul melihat kerlap-kerlip surgawi di mata Biyung Tohari, 2015: 237.
Bersadarkan hasil analisis penokohan pada lima bagian dalam novel
Orang- Orang Proyek
karya Ahmad Tohari penulis akan mengklasifikasikan penokohan yang terdapat dalam novel ini.
1 Penokohan dengan Metode Analitik
Penggambaran tokoh secara langsung banyak dilakukan oleh pengarang. Sifat para tokoh yang nyata dijelaskan pengarang dapat ditemukan pada
kutipan: 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 24, 29, 32, 33. 2
Penokohan dengan Metode Dramatik Penggambaran watak tokoh melalui pelukisan seperti pemilihan nama,
dialog anartokoh, pikiran tokoh lain, maupun deskripsi penampilan fisik tokoh juga digunakan dalam penggambaran tokoh seperti Tokoh Kabul, Mak
Sumeh, Dalkjio, dbs. Berikut adalah kutipan yang menunjukkan penggambaran tokoh secara dramatik : 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19,
21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 34, 35. Berdasarkan hasil analisis penokohan pada novel
Orang-Orang Proyek
dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa penokohan yang digunakan dalam novel tersebut ialah penokohan dengan metode analitik dan dramatik. Namun
lebih didominasi penggambaran tokoh dengan menggunakan metode dramatik. Kesimpulan dari pengembangan metode pembelajaran
role playing
terhadap materi tokoh dan penokohan novel
Orang-Orang Proyek
karya Ahmad Tohari yaitu:
a. Secara keseluruhan dapat disimpulkan tokoh yang paling banyak muncul dan
berinteraksi dengan tokoh lain pada novel ini adalah Tokoh Kabul. Tokoh Kabul, dilihat dari peran pembangunan konflik atau berdasarkan
kedudukannya maka ia merupakan tokoh utama. Sedangkan tokoh lain
seperti Wati, Pak Tarya, Mak Sumeh, Tante Anna, Bejo, Kang Martasatang, Samad, Basar, Sawin, Sonah, Yos, Aminah, Baldun, Tiga pria partai yang
muncul namun interaksi antartokohnya tidak menonjolmenimbulkan konflik adalah tokoh tambahan. Dilihat dari sifatnya. Tokoh Kabul
merupakan tokoh yang menjujung tinggi idealismenya untuk tidak menikmati uang rakyat merupakan tokoh protagonist. Sedangkan tokoh
Dalkijo yang hidupnya jor-joran dan egois tidak peduli dengan kepentingan masyarakat merupakan tokoh antagonis.
b. Berdasarkan hasil analisis penokohan pada novel Orang-orang Proyek dapat
disimpulkan secara keseluruhan bahwa penokohan yang digunakan dalam novel tersebut ialah penokohan dengan metode Analitik dan Dramatik.
Namun lebih didominasi penggambaran tokoh dengan menggunakan metode dramatik.