Analisis tokoh dan penokohan novel orang orang proyek karya Ahmad Tohari dan rancangan pembelajarannya dengan menggunakan metode role playing untuk siswa SMA kelas XI semester I
ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN
NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI DAN RANCANGAN PEMBELAJARANNYA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Karmelia Galih Runti Sari NIM: 121224045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(2)
DAN RANCANGAN PEMBELAJARANNYA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER I
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh
Karmelia Galih Runti Sari NIM: 121224045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(3)
(4)
(5)
iv Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Orang tua tercinta, Bapak Adrianus Sutardi dan Ibu Christina Suliwati yang luar biasa telah memberikan cinta dan kasih sayang yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
(6)
“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”
(Roma 12 : 12)
“Kecantikkan wanita tidak terletak pada riasan wajahnya, tetapi pada hati yang ikhlas memberi , tangan yang tak pernah berhenti menolong dan mulut yang tak pernah berhenti
mengucap syukur” (Christina Suliwati- Ibuku)
“Jangan takut untuk bermimpi. Karena mimpi adalah tempat menanam benih harapan dan memetakan cita-cita”
(7)
(8)
(9)
viii
ABSTRAK
Sari, Karmelia Galih Runti. 2017. Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Orang-orang Proyek Karya Ahmad Tohari dan Rancangan Pembelajarnnya dengan Menggunakan Role Playing untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan yaitu kurangnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sastra sehingga pembelajaran sastra hanya tersedia seperenam atau kurang dari 19% dari keseluruhan alokasi waktu pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan unsur tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek serta memberikan alternatif rancangan pembelajarannya dengan menggunakan metode role playing untuk siswa SMA kelas XI semester I. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dalam bentuk kutipan kata-kata.
Penelitian ini menemukan hasil analisis sebagai berikut: (1) tokoh yang frekuensi kemunculannya stabil dari awal cerita hingga akhir cerita adalah Tokoh Kabul, (2) Tokoh Kabul merupakan tokoh utama yang memiliki sifat protagonis, (3) Tokoh pembantu atau tambahan seperti tokoh Pak Tarya, Wati, Mak Sumeh dan Dalkijo (4) Tokoh pembantu yang memiliki interaksi menonjol ialah tokoh Dalkijo yang memiliki sifat antagonis, perseteruan itu terkait beda kepentingan dalam karir, (5) metode penokohan yang digunakan ada dua yaitu metode analitik dan dramatik, namun kecenderungan terdapat pada penggunaan metode dramatik. Berdasarkan hasil analisis keseluruhan novel, bagian I novel OOP memenuhi kebutuhan metode role playing sebagai bahan ajar. Ada sembilan langkah yang ditempuh dalam metode role playing yaitu, pemanasan suasana kelompok, pemilihan partisipan, persiapan partisipan sebagai pengamat, pengaturan latar (setting), pemeranan, diskusi dan evaluasi, pemeranan kembali, diskusi dan evaluasi, serta sharing dan generalisasi.
Dari hasil analisis novel, peneliti menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran pada kompetensi membaca, memahami hikayat, novel Indonesia/terjemahan. Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah kemampuan menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I dengan menggunakan metode role playing.
(10)
ABSTRACT
Sari, Karmelia Galih Runti. 2017. The Analysis of Characters and Characterization of Orang-orang Proyek Novel Written by Ahmad Tohari and the Lesson Plan Using Role Playing Method F irst Semester Students of Grade XI Senior High School. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
The research was motivated by the problem that is the lack of ability of teachers to manage learning literature, as the result, the literature learning is available only available for one-sixth or less than 19% of the overall allocation of time for learning Indonesian language and literature. The aim of this research was to describe the character and characterization elements in Orang-Orang Proyek novel and to provide alternatives of lesson plan using role playing method for First Semester Students of Grade XI Senior High School. The method used in this research was qualitative descriptive method. This method was applied to describe the characters and characterization of Orang-Orang Proyek Novel written by Ahmad Tohari in the form of quote of the words.
The research found analysis result as follow: (1) the character whose frequency of appearance was stable from the start to the end of the story is Kabul’s character, (2) Kabul’s character is the main character as the protagonist, (3) The additional characters are Pak tarya, Wati, Mak Sumeh and Dalkijo, (4) The additional character having appealing interaction is Dalkijo’s character who is the antagonist, the fight is related to different interest in career, () the method of characterization used was analytic and dramatic method , but mostly the tendency was on the use of dramatic method. Based on the whole analysis of the novel, the first part of Orang-Orang Proyek novel fulfilled the need of role playing method as the learning material. There are nine steps taken in role playing method, such as heating group atmosphere, selecting the participants, preparing the participants as an observer, setting the stage (setting), play, discussion and evaluation, play back, discussion and evaluation, as well as sharing and generalization.
From the analysis of the novel, the researcher designed syllabus and lesson plan on reading, tale comprehension, and Indonesian/translated novel competence. The to-be-achieved basic competence is the ability to analyze the intrinsic and extrinsic elements of Indonesian/translated novel. The syllabus and lesson plan can become one of the alternatives in learning literature at first semester students of grade XI senior high school by applying role playing method.
(11)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dan Rancangan Pembelajarannya dengan Menggunakan Metode Role Playing untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis memperoleh pengalaman dan pelajaran berharga saat menyusun skripsi ini, karena saat penyusunan skripsi terdapat hambatan dan masalah yang dialami oleh penulis. Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan, dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Drs. Rahmanto, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak
memberikan arahan dan petunjuk bagi penulis dengan sabar dan memberikan sumbangsih besar dalam penyelesaian penelitian ini.
2. Drs. P. Hariyanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing, mengoreksi, dan memberi motivasi dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini
3. Dr.Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
4. Dr. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
5. Para Dosen PBSI yang telah memberikan bekal ilmu dan membimbing penulis selama masa perkuliahan di Universitas Sanata Dharma
6. Keluargaku tercinta, ayah, ibu dan kakakku yang selalu memberikan doa, dukungan, nasihatnya bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
(12)
7. Teman-teman PBSI 2012 yang senantiasa menjadi teman bertukar pikiran, tempat berbagi rasa atas segala semangat dan perhatian yang tak pernah putus untuk penulis.
8. Terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu penulis selama belajar di kota Yogyakarta. Maaf tidak bisa menyebut nama kalian satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Walaupun demikian, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat berguna bagi penulis.
Yogyakarta, 6 Maret 2017
(13)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTO ... v
PERNYATAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 6
1.4Manfaat Penelitian ... 6
1.4.1 Manfaat Teoretis ... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ... 6
1.5Batasan Istilah ... 6
(14)
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
2.1Penelitian yang Relevan ... 10
2.2Kajian Teori ... 12
2.2.1 Metode Role Playing ... 12
2.2.1.1Ciri- Ciri Metode Pembelajaran Role Playing ... 13
2.2.1.2Prinsip Metode Pembelajaran Role Playing ... 14
2.2.1.3Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing ... 15
2.2.1.4Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Role Playing ... 16
2.3Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA ... 18
2.4Unsur-Unsur Intrinsik Novel ... 19
2.4.1 Unsur Tokoh ... 19
2.4.2 Unsur Penokohan ... 21
2.5Hakikat Novel ... 22
2.6Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 23
2.6.1 Silabus ... 24
2.6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 26
2.6.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30
3.1 Jenis Penelitian ... 30
3.2 Data dan Sumber Penelitian ... 31
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.4 Teknik Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1 Deskripsi Data ... 33
4.2 Analisis Unsur Tokoh dan Penokohan Novel OOP ... 34
4.2.1 Analisis Unsur Tokoh Novel OOP ... 34
(15)
xiv
4.2.1.2 Bagian II ... 37
4.2.1.3 Bagian III ... 40
4.2.1.4 Bagian IV ... 42
4.2.1.5 Bagian V ... 44
4.2.2 Analisis Unsur Penokohan Novel OOP ... 48
4.2.2.1 Bagian I ... 48
4.2.2.2 Bagian II ... 55
4.2.2.3 Bagian III ... 59
4.2.2.4 Bagian IV ... 62
4.2.2.5 Bagian V ... 65
4.3 Rancangan Pembelajaran dengan Menggunakan metode Role Playing ... 70
4.3.1 Penerapan Langkah-Langkah Metode Role Playing dalam Rancangan Pembelajaran ... 71
4.3.2 Rancangan Pembelajaran Tokoh dan Penokohan Novel OOP bagian I dengan Metode Role Playing ... 82
4.3.2.1 Silabus Pembelajaran ... 82
4.3.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 89
BAB V PENUTUP ... 118
5.1Kesimpulan ... 118
5.2Implikasi ... 121
5.3Saran ... 122
DAFTAR PUSTAKA ... 123
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 : Materi Pembelajaran Tokoh dan Penokohan ... 126 Lampiran 2 : Hasil Rancangan Metode Role Playing Materi
Tokoh dan Penokohan Novel OOP Bagian I ... 128 Lampiran 3 : Penggalan Bagian I Novel OOP
Karya Ahmad Tohari ... 134 Lampiran 4 : Biodata Penulis ... 157
(17)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembelajaran sastra sangat membantu peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari empat cakupan manfaat pembelajaran sastra, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, mengingkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 15-16). Kenyataannya, pembelajaran sastra di sekolah masih dianggap belum menyentuh substansi serta belum mampu mengusung misi utamanya, yakni memberikan pengalaman bersastra(apresiasi dan ekspresi) kepada siswa.
Kurikulum 1994 menakar porsi pembelajaran sastra hanya seperenam atau 19% dari keseluruhan alokasi pembelajaran bahasa dan sastra yang ada (Siregar, 1999: 57). Ketidaktercapaian pembelajaran sastra disebabkan oleh sejumlah faktor. Tiga faktor utama penyebab kegagalan pembelajaran sastra ialah guru, siswa, dan sarana belajar (Suryatin, 1997: 52-53). Terdapat empat masalah utama gagalnya pembelajaran sastra pada faktor guru yaitu rendahnya minat baca guru terhadap karya sastra, kurangnya pengalaman guru dalam mempelajari dan mengapresiasi teori sastra, serta terhambat oleh luasanya cakupan kurikulum yang harus disampaikan.
(18)
Pembelajaran sastra menuntut guru agar tidak terbatas pada pemahaman teori dasar sastra saja. Guru diminta menciptakan kesempatan bagi siswa untuk mengalami sendiri proses apresiasi dan mengekspresikan dirinya terhadap karya sastra. Peran guru yang sangat dituntut dalam hal ini ialah proses pembuatan rancangan pembelajaran sastra yang efektif dan efisien. Guru harus mampu memilih bahan, media, metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran sastra. dan memadukannya dalam rancangan pembelajaran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang ideal. Salah satu metode yang dapat memberikan pengalaman bersastra ialah metode role playing.
Metode Role Playing merupakan metode pembelajaran yang berbentuk interaksi antara dua atau lebih siswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang sebenarnya (Hosnan, 2014: 200). Siswa diajak untuk berekspresi, berkreasi sambil belajar. Metode ini memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi dengan karya sastra, siswa dapat mengapresiasi sekaligus mengekspresikan karya sastra. Penerapan metode role playing untuk tidak sekadar mengajarkan pengetahuan baru bagi siswa, tetapi juga berperan sebagai manager dalam pengelolaan pembelajaran.
Faktor lain yang menyebabkan tidak tercapainya misi utama pembelajaran sastra adalah faktor sarana. Minimnya buku-buku hasil karya sastra yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah menjadi salah satu bukti adanya hambatan di bidang sarana (Suryatin, 1997: 55). Buku karya sastra beraneka ragam bentuknya, seperti; novel, kumpulan cerpen, gurindam, puisi, sajak, dsb. Siswa SMA yang berada pada tahap
(19)
perkembangan remaja, cenderung tertarik pada novel. Hal ini dikarenakan novel mampu memberikan daya imajinasi dan sajian alur cerita yang menarik dibandingkan karya sastra lainnya. Salah satu alasan kedekatan novel dengan remaja lainnya ialah daya tafsir untuk menikmati sebuah novel tidak begitu dibutuhkan.
Dilihat dari kedekatannya, novel sangat cocok dijadikan bahan ajar untuk kalangan siswa SMA, namun pemilihan novel sebagai bahan ajar juga tidak bisa sembarangan. Novel harus mengandung cerita yang bisa memberi pesan positif dan kedekatan dengan kehidupan sosial siswa. Novel karya Ahmad Tohari yang berjudul Orang-Orang Proyek mengisahakan perjuangan tokoh Kabul untuk melawan ketidakadilan terhadap rakyat kecil. Ia menentang atasan (Dalkijo) yang mengajaknya untuk memainkan uang proyek jembatan untuk kepentingan pribadinya. Novel yang berlatar belakang kehidupan pembangunan di zaman orde baru ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar sastra untuk siswa SMA.
Novel dibangun dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, secara spesifik unsur pembangun tersebut dapat diangkat sebagai materi pembelajaran, misalnya salah satu unsur intrinsik yaitu unsur tokoh dan penokohan. Materi tokoh dan penokohan dipilih karena tokoh-tokoh dalam novel mendapat sorotan lebih tajam dari para penulisnya. Mutu sebuah cerpen (juga novel) banyak ditentukan oleh kepandaian penulis menghidupkan watak tokoh-tokohnya. Kalau karakter tokohnya lemah, maka akan lemahlah seluruh cerita (Saini, 1986: 64).
(20)
Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa atau sebagian dari peristiwa yang digambarkan dalam plot atau alur (Sumardjo & Saini, 1986: 144). Sifat dan kedudukan tokoh cerita dalam suatu karya sastra drama beraneka ragam. Berdasarkan sifatnya, tokoh dibedakan menjadi tokoh protagonis dan antagonis, sedangkan berdasarkan kedudukannya tokoh dibagi menjadi tokoh utama (tokoh major) dan tokoh pembantu (tokoh minor). Tokoh dihadirkan melalui teknik pelukisan adalah pelukisan tokoh cerita baik keadaan lahir maupun batinnya atau keyakinannya melalui penokohan atau perwatakan, pandangan hidupnya, dan adat istiadatnya. Penokohan dibagi menjadi dua kelompok yaitu: metode analitik dan metode dramatik.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti memberikan solusi bagi guru untuk memanfaatkan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari sebagai bahan ajar sastra. Pengembangan pembelajaran dengan metode role playing akan membantu guru dalam menciptakan pengalaman bersastra bagi siswa. Siswa akan mengapresiasi dan mengekspresikan dirinya terhadap karya sastra secara sistematis dan terpadu. Metode pembelajaran role playing dengan materi unsur tokoh dan penokohan pada novel Orang-Orang Proyek memberikan sarana bagi siswa untuk mengembankan potensi dan karakternya. Penelitian analisis unsur tokoh dan penokohan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dan pengembangan metode pembelajaran role playing untuk siswa SMA kelas XI semester I ini akan mempermudah proses pembelajaran untuk mencapai empat cakupan manfaat pengajaran sastra.
(21)
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :
1) Apa sajakah unsur tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari?
2) Bagaimana rancangan pembelajaran tokoh dan penokohan novel OOP dengan menggunakan metode role playing untuk siswa SMA kelas XI Semester I?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1) Mendeskripsikan unsur tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
2) Memberikan alternatif rancangan pembelajaran penokohan novel OOP dengan menggunakan metode role playing untuk siswa SMA kelas XI Semester I.
(22)
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang metode pembelajaran sastra, sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, kemampuan berekspresi dan mampu mengembangkan sikap tanggung jawab, disiplin dan kerjasama dengan teman sebayanya.
1.4.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Siswa
Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan potensi siswa dalam pembentukan karakter. Siswa diajak mengalami pengalaman bersastra. 2) Bagi Guru
Menambah wawasan tentang metode, indikator, penilaian yang dibutuhkan dalam pembelajaran sastra.
1.5 Batasan Istilah 1) Novel
Novel merupakan cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran luas disini dapat berarti cerita atau plot (alur) yang kompleks (Sumardjo & Saini, 1986: 28). Novel adalah produk masyarakat. Novel berada di masyarakat karena dibentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat (Sumardjo dalam Wahyuningtyas, 2010: 47)
(23)
2) Tokoh
Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam plot (Sumardjo & Saini, 1986:144).
3) Penokohan
Penokohan dan perwatakan adalah mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiantoro, 2015: 247). Menurut Sudjiman (1988: 22) watak adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakan dengan tokoh lain.
4) Metode Role Playing
Metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa-siswa untuk praktik menempatkan diri mereka dalam peran-peran dan situasi yang akan meningkatkan kesadaran terhadap nilai-nilai keyakinan-keyakinan mereka sendiri dan orang lain. Menurut Huda (2013: 116-117) terdapat sembilan tahap yang harus ditempuh untuk menerapkan metode role play yaitu pemanasan suasana kelompok, seleksi partisipan, pengaturan setting, persiapan pemilihan siswa sebagai pengamat, pemeranan, diskusi dan evaluasi, pemeranan kembali kemudian sharing dan generalisasi.
(24)
5) Pengajaran Sastra
Pengajaran Sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat yaitu: membantu keterampilan berbahasa, mengingkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
6) Silabus
Silabus adalah rancangan program pembelajaran satu atau kelompok mata pelajaran yang berisi tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa serta cara mempelajarinya dan juga pencapaian materi (Sanjaya, 2008: 167).
7) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rancangan mata pelajaran per unit yang diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 53).
(25)
1.6Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu bab I Pendahuluan , bab II Landasan Teori, bab III Metodologi Penelitian, bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab V Penutup. Bab I berisi tentang pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, batasan istilah, sistematika penyajian. Bab II berisikan landasan teori yaitu penelitian yang relevan, metode role playing, pembelajaran sastra di jenjang SMA, unsur intrinsik, hakikat novel, kurikulum tingkat satuan pendidikan (a) silabus, (b) rencana pelaksanaan pembelajaran, (c) standar kompetensi, dan (d) komponen dasar. Bab III berisikan metodologi penelitian yaitu jenis penelitian, metode penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV berisikan pembahasan yaitu deskripsi data, langkah-langkah metode role play (a) analisis tokoh novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari (b) analisis penokohan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari, pengembangan metode pembelajaran role playing dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Bab V berisikan penutup yaitu kesimpulan dan saran.
(26)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Sujatmiko (2014). Judul penelitian ini adalah Aspek Moral Dalam Novel Orang- Orang Proyek Karya Ahmad Tohari : Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode penelitian kualitatif deskriptif merujuk pada kutipan adegan, dialog, tindakan yang dilakukan tokoh dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari. Metode ini memberikan gambaran secara besar aspek moral yang terkandung dalam novel Orang-Orang Proyek dalam tinjauan sosilogi sastra.
Hasil analisisnya sebagai berikut: (1) latar sosio-historis Ahmad Tohari peduli dengan masalah-masalah orang kecil dan tertindas, (2) struktur novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari ditemukan tema yang terdapat dalam novel, tokoh yang terdapat pada novel adalah Kabul sebagai tokoh utama, tokoh tambahan adalah Insinyur Dalkijo, Pak Tarya, Pak Basar, Wati, dan Mak Sumeh, (3) novel Orang-Orang Proyek dapat dijadikan bahan ajar SMA karena memiliki empat aspek moral, yaitu moral kemanusiaan, moral pergaulan, moral keadilan, dan moral keagamaan, (4) hasil implementasinya dapat digunakan dalam pelajaran bahasa Indonesia di SMA
(27)
kelas XI semester I (ganjil) dengan standar kompetensi (7) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan kompetensi dasar (7.2) menganalisis unsur–unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan yang ditekankan pada semester I (ganjil).
Penelitian relevan kedua dilakukan oleh Wini (2015). Judul penelitian ini adalah Metode Inkuiri Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Perempuan Itu Bermata Saga karya Agust Dapa Loka Untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I. Penelitian ini mendeskripsikan tema dan amanat dalam novel PIBS karya Agust Dapa Loka yang kemudian diimplementasikan sebagai bahan ajar yang diwujudkan dalam silabus dan rancangan rencana pembelajaran dengan menerapkan metode inkuiri. Berdasarkan hasil analisis metode inkuiri dalam pembicaraan sastra di SMA kelas XI semester I dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum berbasis kompetensi menyebutkan tujuan pembelajaran sastra di SMA agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Persamaan skripsi Sujatmiko dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan novel Orang-Orang Proyek sebagai sumber data dan bahan ajar pada pembelajaran sastra di SMA. Perbedaan dalam skripsi ini adalah Sujatmiko fokus pada aspek moral dengan menggunakan tinjauan sosiologi sastra, sedangkan dalam penelitian ini fokus pada unsur tokoh dan penokohan dengan pedoman analisis unsur tokoh dan penokohan. Pada skripsi Wini juga ditemukan persamaan orientasi tujuan penelitian yaitu menciptakan pembelajaran sastra yang dapat dinikmati dan
(28)
dimanfaatkan sebagai pengembangan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Berbeda dengan penelitian ini, metode pembelajaran yang digunakan ialah role playing dengan materi unsur tokoh dan penokohan pada novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Metode Role Playing
Metode role playing merupakan metode pembelajaran yang berbentuk interaksi antara dua atau lebih siswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang sebenarnya (Hosnan, 2014: 200). Model pembelajaran ini mengajak siswa untuk mempelajari sesuatu (sistem) dengan menggunakan model dan membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok (Hamzah, 2007: 26). Metode role playing merupakan salah satu jenis dari metode pembelajaran simulasi.
Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya dalam kelas, misalnya simulasi sebagai seorang manager, siswa diminta untuk berperan sebagai manager di perusahan fiktif. Simulasi dapat berbentuk permainan peran atau role playing (Hosnan, 2014: 200) sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
(29)
Metode Role playing pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Artinya, dengan bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk: (1) mengeksplorasi perasaan siswa, (2) mentransfer dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai, dan persepsi siswa, (3) mengembalikan skill pemecahan masalah dan tingkah laku, (4) mengeksplorasi materi pelajaran dengan cara yang berbeda (Huda, 2013: 116). Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak karena ia akan mendapatkan diri dalam suatu situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja dan lain-lain.
2.2.1.1Ciri-Ciri Metode Pembelajaran Role Playing
Pembelajaran Role Playing memiliki ciri sebagai berikut:
1) Siswa dalam kelompok bermain menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda, baik tingkat kemapuan tinggi maupun rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.
(30)
2.2.1.2Prinsip Metode Pembelajaran Role Playing
Prinsip yang digunakan pada metode role playing mengadaptasi metode induknya yaitu simulasi. Beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tersebut sebagai berikut :
1) Role playing dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat kesempatan untuk melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda.
2) Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing. 3) Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, yang
sebelumnya dibicarakan oleh siswa dan guru.
4) Petunjuk simulasi (role playing) diberikan terlebih dahulu.
5) Simulasi seyogianya dapat dicapai tiga domain psikis (afektif, kognitif, dan psikomotorik).
6) Simulasi hendaknya menggambarkan situasi yang lengkap.
7) Hendaknya diusahakan terintegrasikannya beberapa ilmu (Hasibuan dan Moedjiono dalam Taniredja, dkk, 2014 : 41).
(31)
2.2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Role Playing
Metode Role Playing memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut : (1) siswa melatih dirinya memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan, (2) siswa akan berlatih unutk berinisiatif dan kreatif, (3) bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah, (4) kerjasama antarpemain dapat ditumbuhkan dan dibina sebaik-baiknya, (5) siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggungjawab dengan sesamanya, (6) bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain.
Metode role playing memiliki beberapa kekurangan yang harus diperhatikan oleh guru. Kekurangan metode role playing diantaranya: (1) sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif, (2) banyak memakan waktu, (3) memerlukan tempat yang cukup luas, (4) kelas lain sering merasa terganggu dengan suara pemain dan tepuk tangan penonton atau pengamat.
(32)
2.2.1.4Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Role Playing
Metode role playing memiliki sembilan yang harus ditempuh untuk diterapkan yaitu pemanasan suasana kelompok, seleksi partisipan, pengaturan setting, persiapan pemilihan siswa sebagai pengamat, pemeranan, diskusi dan evaluasi, pemeranan kembali kemudian sharing dan generalisasi (Huda, 2013:116-117) yang secara rinci dipaparkan sebagai berikut:
1) Pemanasan Suasana Kelompok
Pada tahap ini, guru mengidentifikasi, menjelaskan, menafsirkan masalah yang dirumuskan dalam suatu tema materi tertentu tertentu. Kemudian guru menjelaskan tentang metode yang akan digunakan adalah role playing (bermain peran).
2) Seleksi Partisipan
Guru terlebih dahulu menganalisis peran, kemudian guru memilih pemain (siswa) yang akan berperan. Oleh karenanya guru harus memperhatikan kemampuan siswa yang beragam.
3) Pengaturan Setting
Guru mengatur sesi-sesi peran, guru menegaskan kembali tentang peran, kemudian guru dan siswa mendekati situasi yang bermasalah.
(33)
4) Persiapan Pemilihan Siswa sebagai Pengamat
Guru dan siswa memutuskan yang akan dibahas, guru memberi tugas pengamatan terhadap salah seorang siswa.
5) Pemeranan
Guru dan siswa memulai, mengukuhkan, dan menyudahi role playing. 6) Diskusi dan Evaluasi
Guru dan siswa menilai pemeran (kejadian, posisi, kenyataan), guru dan siswa mendiskusikan, dan mengembangkan pemeranan selanjutnya.
7) Pemeranan Kembali
Siswa dibimbing guru memerankan perannya kembali dengan bekal komentar dari kelompok pengamat.
8) Diskusi dan Evaluasi
Dilakukan sebagaimana pada tahap 6. 9) Sharing dan Generalisasi Pengalaman
Guru dan siswa menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata dan masalah-masalah lain yang mungkin muncul, guru menjelaskan prinsip umum dalam tingkah laku.
(34)
2.3 Pembelajaran Sastra di Jenjang SMA
Karakter siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran sastra. Dalam pembelajaran sastra, pemilihan bahan ajar harus disesuaikan dengan kemampuan siswa pada suatu tahap pembelajaran. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 15). Pengajaran sastra akan membantu generasi bangsa mengenali masalah-masalah di masyarakat pada suatu periode yang ditafsirkan dalam karya sastra. Apabila karya sastra dianggap tidak berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami masalah-masalah dunia nyata maka tentu saja pengajaran sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah nyata, maka pembelajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang penting dan menduduki tempat yang selayaknya (Rahmanto, 1988: 16).
Pengajaran sastra menjadi solusi pemecahan masalah di masyarakat, asalkan pengajaran sastra tersebut dilakukan dengan tepat. Ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan dalam memilih bahan pengajaran yang tepat yaitu pertama dari sudut bahasa, kedua dari sudut kematangan jiwa (psikologi), dan yang ketiga dari sudut latar belakang budaya para siswa (Rahmanto, 1988: 27-33).
(35)
2.4 Unsur-Unsur Intrinsik Novel
Suatu karya sastra dibangun oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun suatu karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang akan dijumpai jika seseorang membaca karya sastra. Dalam novel, unsur intrinsik menjadi unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur intrinsik yang padu akan memberikan identitas bagi sebuah novel. Unsur-unsur yang termasuk intrinsik adalah, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan unsur moral yang terdapat dalam fiksi (Nurgiyantoro, 2015: 30). Berikut ini peneliti hanya ingin menganalisis unsur tokoh dan penokohan.
2.4.1 Unsur Tokoh
Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot. Berdasarkan pembangunan konflik cerita, terdapat tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Waluyo, 1994:167). Waluyo melanjutkan, tokoh protagonis adalah tokoh sentral atau tokoh yang mendukung jalannya cerita, sedangkan tokoh antagonis adalah konflik dengan tokoh protagonis (1994:168). Tokoh pertama-tama dicirikan oleh cara mereka memandang hal ihwal sekitar mereka. Tokoh dapat dilihat dari isi cerita dan perkembangan ceritanya, dengan hal tersebut gambaran tentang tokoh dapat dianalisis (Luxemburg: 137-138).
(36)
Tokoh dianalisis dengan mengikuti keseluruhan ceritanya. Menurut Nurgiyantoro (2015: 258) berdasarkan peranan dan tingkat pentingnya, tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalan novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung. Tokoh utama dapat saja hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan, tetapi tokoh utama juga bisa tidak muncul dalam setiap kejadian atau tidak langsung ditunjuk dalam setiap bab, namun ternyata dalam kejadian atau bab tersebut tetap erat kaitannya, atau dapat dikaitkan dengan tokoh utama.
Penentuan tokoh utama dalam sebuah cerita dapat dilakukan dengan cara yaitu tokoh itu yang paling terlibat dengan makna atau tema, tokoh itu yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, tokoh itu yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan. Pembaca dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat frekuensi kemunculan tokoh dalam suatu cerita, selain lewat memahami peranan dan frekuensi kemunculan tokoh, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya.
(37)
Judul cerita dapat mencerminkan tokoh utamanya (Aminudin, 2002: 80). Tokoh utama dalam sebuah novel, mungkin saja lebih dari seorang, walau kadar keutamaannya tidak selalu sama. Keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan.
2.4.2 Unsur Penokohan
Penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones melalui Nurgiyantoro, 2015: 247). Cara sastrawan menggambarkan atau memunculkan tokohnya dapat menempuh berbagai cara (Boulton dalam Aminuddin, 1984: 85). Sastrawan menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup di alam mimpi, pelaku yang memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya, pelaku yang memiliki cara yang sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya atau pelaku egois, kacau, dan mementingkan diri sendiri. Pelaku dalam cerita fiksi dapat berupa manusia atau tokoh makhluk lain yang diberi sifat seperti manusia, misalnya kancil, kucing, kaset, dan sepatu. Menurut Sudjiman (1988: 22) watak adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain. Baribin (1989: 57) menyatakan bahwa ada dua cara penggambaran perwatakan dalam prosa fiksi yaitu:
(38)
1) Metode analitik (cara singkap): pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh. Pengarang langsung menyebutkan bahwa tokoh tersebut, misalnya keras hati, keras kepala, penyayang dan sebagainya
2) Metode dramatik (cara lukis) : Penggambaran watak tokoh yang tidak dicerminkan secara langsung tetapi disampaikan melalui pilihan nama tokoh (misalnya nama semacam Ijah untuk menyebut pembantu dan nama Laura untuk anak gadis putri majikan), penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh lain dan lingkungannya, dan melalui dialog yaitu dialog tokoh yang bersangkutan atau interaksi dengan tokoh lain.
Berdasarkan uraian di atas penokohan atau perwatakan tokoh dalam cerita dapat digambarkan secara langsung dan tidak langsung.
2.5 Hakikat Novel
Secara etimologis, kata novel berasal dari bahasa Latin novellas, yang terbentuk dari kata novus yang berarti baru. Novel merupakan karya sastra yang berasal dari karya sastra lain, yakni puisi dan drama. Adapun beberapa pandangan ahli mengenai hakikat novel. Menurut Wellek dan Warren (dalam Wahyuningtyas 2010: 47), novel menyajikan kehidupan itu sendiri, sebagian besar terdiri atas kenyataan sosial. Walaupun karya sastra juga meniru alam dan kehidupan subjektivitas manusia. Novel adalah produk masyarakat (Sumardjo dalam Wahyuningtyas 2010: 47). Novel tercipta oleh dorongan-dorongan yang terdapat dalam masyarakat, yaitu dorongan rasional maupun emosional.
(39)
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel merupakan peristiwa rekaan yang menggambarkan aspek kehidupan manusia yang senantiasa berubah-ubah, berkesinambungan, dan penuh makna. Sebagian besar isi novel mengadopsi kenyataan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik kondisi sosial maupun subjektivitas tokoh atau pelaku.
2.6 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Pembelajaran sastra pada penelitian ini akan direalisasikan dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang relevan dengan hasil analisis tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek yang akan didasarkan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah (Muslich, 2007: 10). Setiap tingkat satuan pendidikan dipercaya untuk menyusun KTSP yang hampir senada dengan prinsip implementasi KBK (Kurikulum 2004) yang disebut pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (KBS).
Terdapat empat komponen dalam kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP). Komponen tersebut yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2) struktur muatan KTSP, (3) kalender pendidikan, (4) silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Namun, yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu silabus dan rencana pelaksanaan (RPP), standar kompetensi dasar (Muslich, 2007: 12-16).
(40)
2.6.1 Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Silabus dapat
didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok isi materi
pelajaran.” Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan
kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar (Salim dalam Muslich, 2007: 23).
Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Muslich (2007: 25-26) menjelaskan beberapa prinsip yang mendasari pengembangan silabus yaitu sebagai berikut:
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Mengingat silabus berisikan garis-garis besar isi/materi pembelajaran yang akan dipelajari siswa, maka materi/isi pembelajaran tersebut harus memenuhi kebenaran ilmiah.
(41)
Penyusunan silabus disarankan melibatkan ahli bidang keilmuan masing-masing mata pelajaran agar materi pembelajaran tersebut memiliki validitas yang tinggi.
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus harus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3) Sistematis
Komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Silabus pada dasarnya merupakan suatu sistem, oleh karena itu dalam penyusunannya harus dilakukan secara sistematis.
4) Konsisten
Silabus harus nampak hubungan yang konsisten (ajeg, taat azas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar yang pada akhirnya mencapai standar kompetensi.
(42)
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor)
2.6.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rancangan mata pelajaran per unit yang diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas(Muslich, 2007: 45). Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Secara teknik, Muslich (2007:53) menyebutkan rencana pembelajaran minimal mencakup kompetensi berikut : (1) standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator hasil belajar, (2) tujuan pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4) pendekatan dan metode pengajaran, (5) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (6) alat dan
(43)
sumber belajar, (7) evaluasi belajar. Muslich (2007:46) menyebut beberapa langkah yang patut dilakukan guru dalam penyusunan RPP sebagai berikut :
1) Ambilah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam pembelajaran
2) Tulislah standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut 3) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.
4) Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut. 5) Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran
tersebut.
6) Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/dikenalkan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
7) Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran.
8) Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
9) Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 (dua) jam pelajar, bagian langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satu tujuan pembelajaran atau sifat/tipe/jenis materi pembelajaran.
10) Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran secara konkret dan untuk setiap bagian/unit pertemuan.
(44)
11)Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilian berbentuk tugas, rumusan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu penilaiannya.
2.6.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) merupakan arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Depdiknas telah menyediakan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) berbagai mata pelajaran yang dapat mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini, tugas guru adalah menjabarkan, menganalisis dan mengembangkan indikator dan menyesuaikan SK-KD dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kebutuhan daerah.
Berikut ini akan dipaparkan isi dari kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang akan dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XI semester I. Dengan adanya standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) diharapkan siswa dapat lebih mudah untuk memahami pembelajaran ini.
(45)
SILABUS
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XI
Semester : I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
SK 7 : Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan
KD 7.2 : Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
(46)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Penelitian dengan judul Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Orang-Orang
Proyek karya Ahmad Tohari dan Pengembangan Metode Pembelajaran Role Playing
untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I merupakan penelitian kualitatif deskripsi. Hal ini dapat dilihat melalui data yang diambil yakni kata-kata dan adegan yang digunakan untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan yang terdapat pada novel tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan metode ilmiah (Moleong, 2014: 6). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi. Hal ini dikarenakan penelitiannya menggunakan kata-kata, bukan angka-angka. Wujud penelitiannya adalah menggunakan deskripsi yang menghasilkan data tertulis (Moleong, 2014:11).
(47)
3.2Data dan Sumber Penelitian
Sumber data pada penelitian novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari , terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama, kelompok GRAMEDIA, anggota IKAPI, Jakarta cetakan kedua tahun 2015 dengan 256 halaman serta metode role playing. Data penelitian berupa kutipan-kutipan paragraf dan kalimat dalam novel tersebut yang menggambarkan tokoh dan penokohan.
3.3Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti ialah teknik simak dan catat. Peneliti menyimak keseluruhan isi novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dan mencatat hal-hal pokok yang terdapat dalam novel. Berdasarkan kedua teknik tersebut, peneliti memperoleh dari sumber tertulis. Sumber tertulis merupakan segala buku kesusastraan yang berkaitan dengan teori tentang tokoh dan penokohan dalam novel Orang–Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
3.4Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan ialah analisis data kualitatif. Menurut Siddel dalam (Moleong, 2014: 248) analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut : (1) mencatat yang menghasilkan data lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya dapat ditelusuri, (2) mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya, (3) berpikir untuk membuat kategori data itu mempunyai makna, dengan cara mencari dan menemukan
(48)
pola dalam hubungan-hubungan dan membuat temuan umum. Berdasarkan teori diatas peneliti akan menganalisis data tersebut. Langkah-langkah analisis data sebagai berikut :
1) Menentukan novel yang dijadikan objek penelitian yaitu novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
2) Melakukan studi pustaka yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan teori dari berbagai sumber seperti buku, internet yang relevan dengan penelitian ini.
3) Mengidentifikasi tokoh dan penokohan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
4) Mendeskripsikan tokoh dan penokohan novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
5) Mendeskripsikan metode role playing dalam pembelajaran tokoh dan penokohan dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari untuk Siswa Kelas XI Semester I.
6) Menarik kesimpulan
7) Menyajikan dalam bentuk laporan dari hasil analisis data tentang tokoh dan penokohan terkandung dalam novel Orang-Orang Proyek .
(49)
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Pada bab ini, data-data yang ditemukan dalam penelitian novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dijabarkan secara keseluruhan. Analisis data berupa kalimat dan paragraf yang dikutip dalam novel Orang-Orang Proyek dilakukan untuk menunjukkan penerapan metode role playing terhadap pembelajaran tokoh dan penokohan. Pengembangkan karakter siswa merupakan tujuan utama pembelajaran sastra, oleh karena itu bahan pengajaran harus sesuai dengan kemampuan siswa pada suatu tahapan atau jenjang tertentu.
Peneliti menggunakan metode role playing dalam pembelajaran tokoh dan penokohan karena metode memberikan atmosfer belajar yang lebih inovatif bagi siswanya dalam kegiatan pembelajaran. Metode ini akan memberikan pengalaman belajar sekaligus kesempatan siswa untuk mengasah aspek keterampilan berbahasanya. Metode lama yang tidak diminati siswa seperti metode ceramah yang memberikan celah bagi siswa untuk sibuk dengan teman sebangkunya sangatlah dihindari. Siswa seolah ditempatkan sebagai penonton dan guru adalah aktor utama dalam kegiatan pembelajaran.
(50)
Kehadiran metode role playing ingin memberikan porsi yang tepat bagi siswa dan guru. Metode role playing akan menambah porsi peran siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam langkah-langkah metode role playing yaitu langkah (1) pemanasan suasana kelompok, (2) seleksi partisipan, (3) pengaturan setting, (4) persiapan pemilihan siswa sebagai pengamat, (5) pemeranan, (6) diskusi dan evaluasi, (7) pemeranan kembali, (8) diskusi dan evaluasi, dan (9) sharing dan generalisasi pengalaman.
Beberapa tahap dalam metode role playing di atas memang cukup panjang dan bahkan dapat menyita waktu. Namun, dalam pembahasan juga akan dibahas penerapan metode secara efektif dan efisien. Metode ini tentunya lebih menarik dibandingkan metode ceramah, karena siswa terlibat secara aktif diajak mengeksplorasi perasaan, mengembangkan skill problem solving, persepsi, dan mengembangkan materi pelajaran dengan cara yang berbeda.
4.2Analisis Unsur Tokoh dan Penokohan Novel Orang-Orang Proyek 4.2.1 Analisis Unsur Tokoh Novel Orang-Orang Proyek
Novel dibagi menjadi lima bagian. Pada setiap bagian penulis akan memaparkan analisis tokoh yang terdapat dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari. Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam plot. Berdasarkan pembangunan konflik cerita, terdapat tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Waluyo, 1994:167). Tokoh protagonis adalah tokoh utama
(51)
atau tokoh yang mendukung jalannya cerita, sedangkan tokoh antagonis adalah konflik dengan tokoh protagonis (Waluyo, 1994: 168). Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh-tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.
Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama cerita sedang yang kedua adalah tokoh tambahan (Nurgiyantoro, 2015: 258). Tokoh pertama-tama dicirikan oleh cara mereka memandang hal ihwal sekitar mereka. Tokoh dapat dilihat dari isi cerita dan perkembangan ceritanya, dengan hal tersebut gambaran tentang tokoh dapat dianalisis (Luxemburg:137-138). Proses analisis tokoh perlu melihat frekuensi kehadiran tokoh dan interaksinya dengan tokoh lain yang menonjol. Keseluruhan cerita tentunya harus diikuti dan benar-benar dipahami, dengan demikian ekspresi tokoh dapat secara jelas didapatkan dalam novel.
Dua poin yang akan menjadi bahan analisis unsur tokoh dan penokohan, pertama, segi frekuensi kemunculan tokoh dan kedua yaitu segi interaksi yang menonjol antar tokoh. Berikut ini akan dianalisis tokoh dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari, kami membaginya dalam beberapa bagian sebagai berikut:
(52)
4.2.1.1Bagian I
Awal pengenalan tokoh yang terdapat pada novel Orang-Orang Proyek. Bagian ini diawali dengan deskripsi proyek di jembatan sungai Cibawor. (1) Pada bagian ini, tokoh yang muncul yang interaksi menonjol adalah tokoh
Kabul yang bertentangan dengan tokoh Dalkijo yang merupakan atasan Kabul di proyek jembatan sungai Cibawor. Kabul menentang sikap Dalkijo yang terlalu memainkan uang rakyat. Sedangkan Kabul yang mantan aktivis tidak berkenan mengikutinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Eh, Dik Kabul,” sambung Dalkijo.”Saya tahu, dalam perhitungan yang
wajar, keuntungan kita dari proyek-proyek yang kita kerjakan adalah nol atau malah minus. Tapi, ya itu tadi, kalau kita bisa bermain, nyatanya perusahaan kita masih jalan. Bisa menggaji karyawan termasuk Dik Kabul sendiri. Dan saya, he-he, bisa ganti Harley Davidson model terbaru setiap selesai mengerjakan satu proyek. Rekening pun bertambah. Jadi,
apa lagi?”(Tohari, 2015 : 31).
Jadi, Dik Kabul, bagi saya hanya sikap pragmatis yang bisa menghentikan sejarah panjang kemiskinan keluarga saya. Dan dari sini saya bisa bilang, mau apa Dik Kabul dengan idealisme yang sampeyan kukuhi?
“Ya, saya bisa mengira-ngira. Mantan aktivis seperti Dik Kabul tentu menghendaki perubahan besar di berbagai bidang. Korupsi dalam berbagai bentuk dan manifestasinya harus dihilangkan. Pemerintah mesti cakap, berwibawa, dan tepercaya. Lembaga legislatif harus selalu berpihak kepada kepentingan rakyat. Pokoknya demokrasi harus benar-benar tegak. Dengan demikian, cita-cita membangun kehidupan bersama yang adil dan makmur bisa menjadi kenyataan (Tohari, 2015 : 34).
(2) Tokoh–tokoh yang muncul namun tidak terlalu banyak berinteraksi dengan tokoh lainnya ialah Tokoh Pak Tarya, Mak Sumeh, Wati, Basar. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini:
(53)
Mak Sumeh, perempuan Tegal, juga datang dengan warung nasinya. Mak Sumeh yang wartegnya ada di mana-mana, tak pernah absen dalam setiap proyek (Tohari, 2015 : 17).
Pak Tarya, pemancing tua yang gemar bermain seruling untuk sendiri itu, tinggal agak jauh. Namun dia selalu melewati proyek setiap kali pergi memancing di bawah pohon arah ke hulu. Atau Pak Tarya malah singgah untuk sekadar melihat-lihat. Maka dia jadi Mas Kabul, pelaksana proyek. Adakalanya juga Pak Tarya masuk ke warung Mak Sumeh, minum kopi, menikmati senyum dan tawa segar gadis-gadis (Tohari, 2015 : 18-19). Wati, yang disodorkan tokoh setempat, bekerja sebagai penulis kantor proyek itu. Sama seperti jagoan kampung dan pensiunan tentara yang direkrut jadi satpam, juga tukang batu dan kuli-kuli lokal, Wati diterima dalam rangka pemberdayaan tenaga setempat untuk menekan dampak sosial negatif proyek (Tohari, 2015 : 26-27).
“Seperti Kabul, saya juga sarjana dan mantan aktivis. Tapi di sini saya
adalah kepala desa yang wajib tunduk kepada orang pemerintah dan orang partai golongan. Kalau mereka tidak ngrusuhi proyek, tak masalah.
Tapi nyatanya?”
Basar berhenti, tersenyum tawar. Pak Tarya tertawa. Maklum (Tohari, 2015 : 51).
4.2.1.2Bagian II
Pada bagian ini, tokoh mulai berkembang dan bertambah. Jalan ceritanya mulai menjelaskan perkembangan proyek jembatan yang dipenuhi tukang, kuli beserta seluruh aktivitasnya.
(3) Pada bagian ini, tokoh yang memiliki kemunculan dan interaksi yang menonjol adalah interaksi Basar yang menemui Kabul yang kemudian memberitahu bahwa Samad (adik Kabul) sudah lulus kuliah. Kemudian Basar menasihati Kabul untuk menjaga jarak dengan Wati.
(54)
“Ya, mulailah ngomong. Aku mau mendengar.”
“Ah, tunggu dulu. Kamu seperti sedang punya tamu? Aku mendengar ada suara di kamar mandi, Wati?”
“Yang bener! Itu adikku, Samad, datang bemarin sore. Dia mau pamer karena sudah lulus. Insinyur hidro. Jadi di sini saat ini ada tiga orang dari
satu almamater; kamu, aku, dan adikku.” (Tohari, 2015 : 118). “Begini. Ini soal kamu dan Wati…”
Kabul mengangkat wajah. Mata berkedip cepat.
“Ya, kenapa?”
“ Suara di luar kian santer. Orang bilang, kamu pacaran sama Wati. Betul?”
Kabul mengeluh. Kabul gelisah. Cengar-cengir seperti anak kecil merasa akan dipermalukan.
“ Kok cengengesan?”
“Aku mau bilang apa ya? Rasanya aku biasa saja. Ya, jujur saja, aku menganggap Wati teman yang punya daya Tarik. Tapi aku tahu dia sudah
punya pacar. Jadi, aku sampai saat ini tetap menjaga jarak.” “Begitu?”
“Sungguh.”
“Aku percaya kamu. Aku juga akan ikut malu bila punya teman, ya kamu itu, merebut pacar orang. Tapi bagaimana dengan Wati sendiri? Aku dengar dia mulai menjauh dari pacarnya gara-gara kamu.”
Kamu boncengan sama Wati. Iya, kan? Tiap hari rantang-runtung makan siang bersama. Juga nonton bareng. Ini kampung, Bul. Jadi jangan salahkan orang yang mengatakan kamu ada apa-apa dengan Wati.”
Makin gelisah. Kabul minum kopi, mengambil keripik, tapi tak dimakan. Terbayang wajah Wati ketika merengut. Dan garuk-garuk kepala.
“Ah, tolong. Aku harus bagaimana?”
“He, kok kamu jadi tolol, Saudara Insinyur?” gurau Basar. Namun
gurauan itu tak mempan. Alih-alih Kabul tertawa, tersenyum pun tidak.
“Ini serius; aku harus bagaimana?”
“Begini. Kamu jangan lagi pernah memberi harapan kepada Wati.”
(Tohari, 2015 : 121).
(4) Tokoh lain yang hadir dan mendukung tokoh Kabul pada bagian ini ialah Tante Anna, Pak Tarya, Tiga pria partai GLM, Mak Sumeh, Wati, Samad. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
(55)
Agak lama tak kelihatan, malam ini Tante Ana muncul di proyek. Lelaki banci ini seperti biasa berdandan menjadi perempuan menor. Kelewat Menor. Wajahnya putih oleh bedak yang sangat tebal. Bibirnya bergincu menyala. Kain kebayanya dan kebayanya ketat dengan sanggul lebih besar daripada kepala. Dan bulu mata buatan. Perkakas utamanya, kecrek, tentu tak pernah lepas dari tangan. Tapi lenggokknya manis juga (Tohari, 2015 : 66).
Pak Tarya tertawa lagi. Kabul juga tersenyum. Dia baru mendengar ada lelaki tidak malu mengakui impotensi. Ah, Pak Tarya memang mengesankan (Tohari, 2015 : 82).
Malam ini, Basar, kades, menerima tiga tamu lelaki. Semua berjaket partai. Tamu-1 necis-rambut berminyak dan tersisir rapi. Kacamatanya tampak dari jenis yang mahal. Berkumis. Tamu-2 lebih tua, berkopiah, satu gigi depannya ompong, berkacamata minus, dan terus merokok. Tamu-3 terus memainkan gantungan kunci mobil. Dialah yang mengemudikan mobil, tapi pasti bukan sekadar sopir. (Tohari, 2015: 91).
“Kemarin asyik ya , Pak Insinyur?”
Kabul mengangkat wajah dan bertanya lewat gerakan alisnya.
“Ya, kemarin kulihat dari sini Pak Insinyur boncengan sama Wati. Aku bilang apa, kalian berduamemang pasangan yang pantas. Iya, kan?
Kabul agak gagap karena merasa ditarik ke dalam ruang pembicaraan yang tiba-tiba dihadirkan.
“ Pak Insinyur tahu, kepergian berdua dengan Wati kali ini jadi perhatian
orang? Soalnya, Pak Insinyur berdua dengan Wati naik sepeda motor.
Dan cara Wati menempel di punggung Pak Insinyur itu… wah.”
Kabul masih diam. Atau hanya tersenyum samar (Tohari, 2015: 110).
“Mas, mutu pasir giling ini kurang baik, ya? Pasti batu kalinya juga mutu rendah.”
Kabul mengangkat alis. Dalam hatinya dia memuji adiknya yang bermata jeli.
“Di sana tadi aku lihat besi rancang, betonnya buatan pabrik yang tak
punya merek dagang. Mas percaya akan mutunya?”
Sekali lagi Kabul mengangkat alis.”Oh, adikku, kamu belum tahu betapa sulit menaati ketentuan ilmu teknik di proyek ini. Karena, anggaran sudah jadi bancakan, sehingga semua sektornya harus ditekan (Tohari, 2015: 123-124).
(56)
Nasihat Basar agar Kabul tidak memberi harapan kepada Wati tak pernah dilupakan. Maka Kabul membuat dirinya selalu sudah ada acara bila malam Mingu Wati mengajaknya nonton bareng. Majalah kesukaan dibeli di hari pertama terbit, sehingga tak ada peluang bagi Wati untuk memasoknya. Dan ketika pertama kali diajak makan siang di warung Mak Sumeh, Wati terdiam. Sinar matanya penuh pertanyaan (Tohari, 2015: 128).
4.2.1.3Bagian III
Bagian ini menceritakan konflik antartokoh dan interaksi tokoh yang kian memanas.
(5) Interaksi tokoh yang menonjol pada bagian ini ialah pertemuan tokoh Basar yang mengajak Baldun meminta bantuan kepada Kabul untuk masalah pembangunan masjid. Tetapi Kabul menolak permintaan Baldun. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
“ Wah, pasti gayeng, ya?” ujar Basar sambil tersenyum. “Tapi maaf, rasanya kedatangan kami mengganggu kalian. Begini. Saya mengantar Pak Baldun yang ingin bertemu Kabul, eh maaf, pelaksana proyek ini. Pak Baldun adalah ketua panitia renovasi masjid kampung ini. Nah silahkan Pak Baldun, bicaralah sendiri.”(Tohari, 2015: 157).
“Jadi keputusannya bagaimana?” desak Baldun yang tampak kesal.
“Jawaban saya sudah jelas, sumbangan akan kami berikan setelah proyek
ini selesai.”
“Bagaimana jika karena sikap Pak Kabul ini masjid belum selesai ketika pemimpin umum GLM tiba di sini; Anda mau bertanggung jawab?” “Pak Baldun, tanggung jawab saya hanya menyangkut pembangunan
jembatan.”
“ Baik. Tapi Anda akan saya laporkan ke atas. Saya akan cari data jangan -jangan Anda tidak bersih lingkungan. Sebab indikatornya mulai jelas. Masa iya dimintai bantuan untuk pembangunan masjid Anda banyak berkelit. Cukup. Selamat malam. Dan selanjutnya mungkin Anda tidak
bisa mendapat proyek lagi. Atau Pak Dalkijo akan memecat Anda.”
(57)
(6) Interaksi yang menonjol selanjutnya ialah konflik tokoh Dalkijo dengan Kabul. Tokoh Dalkijo meminta Kabul untuk segera memasang balok jembatan tetapi Kabul tidak patuh, karena menurutnya untuk memasang balok jembatan membutuhkan kurang lebih tujuh belas hari lagi. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:
“ Semua balok jembatan sudah datang?” suara Dalkijo.
“Sudah. Tapi ada dua yang cacat retak seperti dulu saya laporkan. Dan
gantinya belum datang. Bagaimana?”
“Kapan balok-balok akan dipasang? Secepatnya, kan? Aku akan pesan
derek besar.”
Kabul mendengus. Soal balok cacat tidak ditanggapi. Brengsek!
“Lusa pengecoran tiang terakhir selesai. Jadi pemasangan balok paling cepat tujuh belas hari ke depan.”
“Apa? Kok lama betul? Nanti bisa terlambat. Apa jadinya bila di hari peresmiaan jembatan belum sempurna? Ingat, peresmian akan dilakukan Wapres dan disaksikan juga oleh Ketua Umum GLM. Jangan
main-main.” (Tohari, 2015:178-179).
(7) Tokoh lain yang hadir pada bagian ini ialah Kang Martasatang, Sawin, Pak Tarya, Wati, Mak Sumeh. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
Dibelakang rumah Kang Martasatang yang terletak di tepi sungai Cibawor ada serumpun tanaman benguk yang menjalar menutupi pohon lamtoro. Pada dini hari yang hening itu banyak kelelawar yang berterbangan diseputar rumput benguk itu. Ada yang hinggap sesaat pada daunnya yang muda, menyobek dengan mulutnya, lalu terbang lagi. Mereka seperti tak peduli pada lelaki yang sedang jongkok di belakang rumah. Kang Martasatang yang hampir semalaman tak bisa tidur akhirnya memilih keluar rumah untuk mencoba mengusir kegelisahannya (Tohari, 2015:136-137).
Atau, kemarahan dan kecemasan Kang Martasatang benar-benar berakhir karena sehari kemudian Sawin, si anak hilang itu, muncul kembali di rumahnya. Enam hari Sawin menghilang menjadi cerita yang sungguh menghibur. Dan konyol. Ternyata, Sawin memang suka sama Sonah. Ketika mendengar hari Jumat Sonah pulang ke kampungnya di Jatibarang, Sabtu esoknya setelah gajian Sawin menyusul. Modalnya
(58)
adalah cerita Sonah sendiri bahwa rumahnya tidak jauh dari pasar Jatibarang. Konyolnya, Sawin pergi ke Jatibarang, Cirebon. Padahal kampung Sonah ada di Jatibarang lain di wilayah Brebes (Tohari, 2015:148-149).
“ Ya, demi Golongan Lestari Menang, he-he-he….”
“Kok Pak Tarya ikut seloroh? Orang pensiunan harus setia dan mendukung GLM, kan?”
“He-he-he…. Diharuskan secara terus terang sih tidak. Tapi, di amang-amang, iya. GLM memang hebat. Kami para pensiunan tak bisa menolak apa pun yang mereka kehendaki. Kekuasaannya merambah ke
mana-mana. Bahkan urusan tempat tidur pun dicampurinya.”
Wati mengigit bibir. Menunduk. Jelas sekali dia enggan menjawab pertanyaan Kabul. Merenggut. Ah, selalu jantung Kabul menyentak dalam detik-detik Wati merengut. Dan detik yang mendebarkan itu cepat berlalu, karena Wati menoleh dan berusaha tersenyum (Tohari, 2015:172).
Pikiran Kabul masih melayang–layang sampai terdengar gemerincing gelang-gelang emas di tangan Mak Sumeh. Kali ini Kabul mencium bau sirih yang kuat. Rupanya Mak Sumeh tahu diri. Dia memakai deodoran wangi sirih untuk melawan bau badannya yang asam-asam sengak (Tohari, 2015:174).
4.2.1.4Bagian IV
Pada bagian ini, konflik dan interaksi antartokoh kian memuncak.
(8) Interaksi tokoh yang sangat menonjol pada bagian ini adalah pertikaian tokoh Dalkijo dengan Kabul yang mempermasalahkan besi rancang yang sudah habis. Namun permintaan Kabul justru dijawab dengan datangnya truk besi rancang bekas. Dalkijo berdalih hal itu ia lakukan karena minimnya dana anggaran. Namun Kabul tidak percaya dan ingin mengundurkan diri. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut:
(59)
“ Aduh, Dik Kabul ini bagaimana? Sudahlah, ikuti perintahku. Gunakan besi itu. Toh itu hanya untuk menutup kekurangan. Aku tahu penggunaan besi bekas memang tidak baik. Tapi bagaimana lagi, dana sudah habis. Makanya, kita pun tidak mampu membeli pasir giling. Dana benar-benar sudah habis.” (Tohari, 2015: 207).
“ Ya, saya tahu. Meskipun begitu saya tidak mau menggunakan besi bekas itu. Bila dipaksakan, saya lebih baik mengundurkan diri.”
“ Apa? Mengundurkan diri? Tunggu Dik Kabul. Jangan bicara begitu.
Atau begini saja. Besok aku akan datang ke proyek. Kita akan bicara baik-baik. Ngomong penting seperti ini tidak mungkin cukup lewat radio. Besok aku datang.” (Tohari, 2015: 209).
(9) Tokoh lain yang hadir di bagian ini adalah Yos, Wati, Aminah, Mak Sumeh. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
Yos menghitung umur sendiri. Tamat SMA tahun 1987 pada usia sembilan belas tahun diterima di Fakultas Pertanian, tapi paruh tahun kelar karena merasa tidak cocok. Tahun berikut mengikuti UMPTN lagi dan diterima di Fakultas Filsafat. Tidak betah lagi. Kesempatan terakhir UMPTN dicobanya untuk ganti fakultas dan Yos diterima di fakultas MIPA. Nah, ini cocok. Maka setelah dihitung dalam semester lima usia Yos adalah 24. Dan Wati teman seangkatan di SMA, hanya berbeda jurusan. Maka usia Wati minimal 24, dan sudah bekerja (Tohari, 2015:192).
“ Rasanya iya. Mas siapa?” “Namaku Wiyoso. Yos.”
“Begini. Rasanya Mbak Wati sedang ke kantor pos. Aku dengar begitu. Aku kira hanya sebentar. Mari masuk.”
“Terimakasih. Mbak bekerja di sini juga?”
“Tidak. Aku menyusul kakak yang bekerja di proyek ini. Mumpung sedang libur tengah semester. Namaku Aminah. Aku adik Mas Kabul,
pelaksana proyek ini.”
(60)
Kali ini nyinyir Mak Sumeh membuat Kabul terbungkam. Kelancangan perempuan pemilik warung itu membuat Kabul sulit membuka mulut. Kabul merasa sesuatu yang masih ingin disembunyikan dalam hati sudah tertebak oleh Mak Sumeh. Ada senyum di bibir Kabul, namun kaku dan tawar. Atau Kabul merasa lebih baik mulai menyantap hidangan di hadapannya. Namun gulai ikan emas dengan nasi yang masih hangat kali ini tak ada rasa apa pun (Tohari, 2015:213-214).
4.2.1.5Bagian V
Pada bagian ini, pertikaian tokoh mulai mereda, dan cerita mulai terselesaikan.
(10) Pada bagian ini, interaksi yang menonjol adalah penyelesaian masalah tokoh Kabul dengan Dalkijo. Kabul memutuskan mengundurkan diri dari proyek. Dan Ia berhasil menjadi site manager perusahan swasta setelah mundur dari proyek tersebut. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
“Begini Dik Kabul. Aku datang kemari dengan keputusan. Maka kita
tidak akan bicara banyak-banyak.”
“Maksud Bapak?”
“Ya. Keputusan itu ku ambil tadi malam setelah aku berbicara dengan pihak pemilik proyek, tokoh-tokoh partai dan khususnya jajaran GLM. Mereka telah setuju kebijakan yang ku ambil. Dan itu pula keputusan
yang ku bawa saat ini.”
“Artinya, besi bekas, pasir yang kurang bermutu, tetap akan dipakai?” “Ya. Dan peresmian jembatan ini tetap akan dilaksanakan tepat pada
HUT GLM. Itulah keputusan yang ada dan Dik Kabul kuminta bisa
menerimanya.”
“Maaf saya pun tetap berada pda keputusan saya. Saya tak bisa……” “Tunggu, Dik Kabul. Aku tidak akan lupa Dik Kabul dan aku sama-sama insinyur, lulus dari perguruan tinggi yang sama, hanya beda angkatan. Kita sudah sekian lama bekerjasama. Dan terus terang, aku sudah menganggap Dik Kabul adik kandungku. Maka laksanakanlah keputusan
itu.”“Maaf, Pak Dalkjio. Kalau keputusan Anda sudah final, saya pun tak mungkin berubah. Saya tetap mengundurkan diri.” (Tohari, 2015: 228).
(61)
(11) Tokoh lain yang muncul namun interaksi antartokoh nya kurang menonjol ialah Mak Sumeh, Wati, Tante Ana, Bejo, Pak Tarya, dan Biyung. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:
“ Ya, aku pun akan segera mengangkut barang-barang ini. Aku sedang
menunggu truk,” ujar Mak Sumeh.
“Dan aku harus mengembalikan Tante Ana ke terminal,” sela Bejo. Tapi entah naik apa.
“Kalau mau, kalian bisa ikut aku. Tapi aku mau antar Wati dulu ke rumahnya. Bagaimana?”
“Boleh, Pak. ”
“Kalau begitu, habiskan minum kalian. Kita berangkat sekarang agar
tidak menganggu keberangkatan Mak Sumeh. Dan, Pak Tarya?”
“Jangan pikirkan saya. Saya meninggalkan pancing di tempat biasa. Habis dari sini saya akan meneruskan mancing.”
“ Pak Insinyur, bila ada proyek baru, ajaklah aku. Aku senang buka warung di proyek yang dipimpin Pak Insinyur.”
“Kalau proyekku di Sulawesi Tengah?”
Mak Sumeh tertawa. Dan gelangnya bergemerincing (Tohari, 2015: 247). Dari arah belakang Kabul dapat melihat kepala dan punggung Pak Tarya. Tangkai pancing yang sudah dipasang terpancang condong di hadapannya. Boleh jadi karena lama tak ada ikan mendekat, Pak Tarya menunggu sambil meniup serulingnya.
Kabul tetap berdiri, diam, karena masih ingin menikmati lebih lama bunyi lembut itu. Namun ternyata terdengar suara Pak Tarya rengeng-rengeng. Ah, lelaki ini memang manusia yang ayem, pikir Kabul yang masih berdiri diam di tempat tanpa diketahu Pak Tarya (Tohari, 2015: 218). Mungkin bagi Pak Tarya, hidup adalah angina dan dia adalah burung elang yang melayang, meniti, mengalir, sambil menikmati semilirnya. Atau seperti pernah dikatakan Pak Tarya, hidup pun bisa diajak bersenda gurau ( Tohari, 2015: 219).
Akhir Desember 1992, hanya satu tahun setealh Kabul meninggalkan proyek pembangunan jembatan Sungai Cibawor. Keinginan Kabul bekerja di proyek milik swasta terlaksana ketika dia mendapat kepercayaam menjadi site manager pembangunan hotel di Cirebon. Libur akhir tahun ingin dinikmatinya di rumah Biyung bersama Wati yang sudah menjadi Nyonya Kabul. Mereka baru sebulan menikah (Tohari, 2015:249).
(62)
Bagi Kabul, Biyung adalah lembaga, lebih dari sekadar perempuan yang telah melahirkannya. Memang, personifikasi ke-biyung-an terwakili sepenuhnya oleh sosok perempuan kampung yang perkasa itu. Namun nuansa ke-biyungan-an bisa terasa pada suasana rumah tua yang dulu menjadi tempat Kabul dierami hingga tamat sekolah dasar. Bahkan nuansa ke-biyung-an bisa tercium dari bau udara senthong atau bilik dengan balai-balai bamboo, tikar pandan, bantal lusuh, tempat dulu dia di kelon sambil bermain puting tetek Emak-sepasang tetek anggun pada dada bidang yang menawarkan daya hidup dan rasa aman bagi anak-anak (Tohari, 2015: 235-36).
Pembaca dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat frekuensi kemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu lewat judul cerita juga dapat diketahui tokoh utamanya (Aminudin, 2002: 80). Berdasarkan hasil analisis frekuensi kemunculan dan interaksi tokoh pada lima bagian dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari, berikut ini penulis akan mengklasifikasikan analisis tokoh dalam novel ini.
1) Frekuensi Kemunculan Tokoh
Tokoh yang memiliki frekuensi kemunculan yang menonjol pada novel Orang-Orang Proyek ialah Tokoh Kabul. Tokoh Kabul selalu hadir pada tiap bagian novel. Kabul ialah seorang mantan aktivis yang berprofesi menjadi kepala pelaksana proyek jembatan Sungai Cibawor. Ia banyak menentang ketidakadilan dan penyelewengan yang sering dilakukan Dalkijo, atasannya. Tokoh lain yang muncul dan mewarnai cerita ialah Wati, Basar, Mak Sumeh,
(63)
Pak Tarya, Baldun, Ketiga pria Partai, Kang Martasatang, Tante Anna, Bejo, Yos, Sonah, Sawin, Aminah, Samad, dan Biyung.
Berikut ini kutipan yang menunjukkan kehadiran tokoh dalam novel ini yaitu: (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8), (9), (10), (11).
2) Interaksi Tokoh yang menonjol
Interaksi tokoh yang menimbulkan cerita kian berkembang dalam novel ini didominasi oleh interaksi pertentangan Tokoh Kabul dengan Dalkijo– atasannya yang sering melakukan korup. Tokoh Kabul senantiasa memegang teguh idealismenya untuk tidak memanfaatkan proyek untuk menikmati uang rakyat sedang Tokoh Dalkijo hidupnya selalu jor-joran dan cuek dengan kepentingan masyarakat. Berikut kutipan yang menunjukkan interaksi tokoh yang menonjol dalam novel yaitu: (1), (3), (5), (8), (10).
Secara keseluruhan dapat disimpulkan tokoh yang paling banyak muncul dan berinteraksi dengan tokoh lain pada novel ini adalah Tokoh Kabul. Tokoh Kabul, dilihat dari peran pembangunan konflik atau berdasarkan kedudukannya maka ia merupakan tokoh utama. Tokoh lain seperti Wati, Pak Tarya, Mak Sumeh, Tante Anna, Bejo, Kang Martasatang, Samad, Basar, Sawin, Sonah, Yos, Aminah, Baldun, Tiga pria partai yang muncul namun interaksi antartokohnya tidak menonjol (menimbulkan konflik) adalah tokoh tambahan.
(64)
Dilihat dari sifatnya, tokoh Kabul merupakan tokoh yang menjujung tinggi idealismenya untuk tidak menikmati uang rakyat merupakan tokoh protagonis. Sedangkan tokoh Dalkijo yang hidupnya jor-joran dan egois tidak peduli dengan kepentingan masyarakat merupakan tokoh antagonis.
4.2.2 Analisis Unsur Penokohan Novel Orang-Orang Proyek
Novel ini dibagi atas lima bagian. Pada setiap bagian penulis akan memaparkan analisis tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
4.2.2.1Bagian I
Bagian ini dibuka dengan deskripsi keadaan sungai Cibawor yang telah tiga hari mengalami banjir akhibat hujan deras. Banjir ini memberikan kerugian yang cukup besar bagi proyek pembangunan jembatan. Kemuculan tokoh disertai dengan metode penggambarannya. Hal ini dapat dibuktikan melalui Pada bagian pertama ini, beberapa tokoh hadir dengan teknik penokohan yang beraneka rupa. Satu-per satu akan dibahas dibawah ini.
(12) Pak Tarya adalah tokoh yang tua dan bisa memainkan suling dan rumahnya tidak jauh dari proyek. Tokoh Pak Tarya jelas digambarkan sebagai pria tua yang sudah berdamai dengan kondisi impotensi yang dia alami. Kita juga mengetahui bahwa ayah Pak Tarya adalah seorang guru sekolah desa yang menjadi korban peledakan jembatan sekitar 40 tahun silam. Pengarang menceritakan tokoh secara jelas, sehingga pembaca langsung mengetahui latar
(65)
atau karakteristik tokoh (metode analitik). Pak Tarya merupakan mantan pegawai kantor penerangan bahkan pernah bekerja di Jakarta sebagai wartawan. Tokoh Pak Tarya juga dikenal sebagai pemancing yang berpengalaman dalam percakapan maupun pemikiran tokoh lain (metode dramatik). Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut:
Pak Tarya, pemancing tua yang gemar bermain seruling untuk sendiri itu, tinggal agak jauh. Namun ia selalu melewati proyek setiap kali pergi memancing di bawah pohon arah ke hulu (Tohari,2015: 18).
Pak Tarya, pemancing tua yang gemar bermain seruling untuk sendiri itu, tinggal agak jauh. Namun dia selalu melewati prouyek setiap kali pergi memancing di bawah pohon arah hulu. Atau Pak Tarya malah singgah untuk sekadar melihat-lihat. Maka dia jadi kenal Mas Kabul, pelaksana proyek. Adakalanya juga Pak Tarya masuk ke warung Mak Sumeh, minum kopi, menikmati senyum dan tawa segar gadis-gadis pelayan. Ya, apa salahnya menikmati senyum gadis-gadis bagi lelaki yang sudah bisa menerima dengan damai kehadiran impotensi dalam dirinya. Bagi Pak Tarya impotensi ternyata juga bisa dinikmati. Yakni sebagai ruang di mana kenangan akan kemudaannya dulu terasa lebih manis dan lebih mengesankan untuk diingat ( Tohari, 2015: 19).
“Ya, sampai beberapa hari yang lalu saya hanya tahu Pak Tarya tukang mancing. Tapi kini saya sudah dapat informasi yang lebih lengkap bahwa sebetulnya Pak Tarya adalah pensiunan pegawai Kantor Penerangan. Selain itu, Pak Tarya ketika muda pernah lama mengembara ke Jakarta.
Iya, kan?”
“Informasiitu sedikit benarnya, tapi banyak salahnya.”
“Tak ada guna menutup-nutupi jati dirimu, Pak. Malah ada orang bilang, ketika berada di Jakarta, Pak Tarya pernah bekerja di penerbitan. Jadi
wartawan?”
“ Ah,Cuma sebentar.” (Tohari, 2015: 9-10).
“Kok Pak Tarya tahu dia ikan baceman?”
“He-he, dari caranya menarik pancing. Masing-masing ikan punya caranya sendiri. Jadi bisa dikenali jenisnya, meskipun mereka masih
berada di dalam air.” Kabul tersenyum. Dan tambah yakin, dalam soal mancing, Pak Tarya memang sangat berpengalaman (Tohari, 2015: 23).
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
BIODATA PENULIS
Karmelia Galih Runti Sari lahir di Jakarta pada 18 Juli 1993. Memulai Pendidikan formal di TKK Sang Timur Ciledug pada tahun 1998. Kemudian melanjutkan di SDK. Sang Timur Ciledug dan selesai pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas Pertama di SMPK. Sang Timur Ciledug dan selesai pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan pada tingkat sekolah menengah atas di SMAK. Sang Timur Tomang dan selesai pada tahun 2012. Pada tahun 2012, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Sanatha Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Lulus pada tahun 2017 dengan skripsi berjudul Analisis Tokoh dan Penokohan Novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari dan Pengembangan Metode Role Playing untuk Siswa SMA Kelas XI Semester I.