Perang Aceh 1873 – 1904 Perlawanan terhadap Pemerintahan Belanda

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V 118 Pasukan Belanda dipimpin oleh Jend. de Kock. Siasat yang digunakan Belanda dalam menghadapi pasukan Pangeran Diponegoro yaitu Benteng Stelsel. Akibatnya, daerah gerilya pasukan Diponegoro menjadi sempit dan terpecah belah. Meski demikian, Pangeran Diponegoro belum menyerah. Belanda menempuh jalan terakhir yaitu mengajak Diponegoro berunding. Oleh karena perundingan gagal, Belanda menangkap Pangeran Diponegoro untuk dibawa ke Semarang. Setelah dipindahkan ke Batavia, pada tahun 1834 dipindahkan lagi ke Makassar. Beliau wafat 8 Januari 1855 dan dimakamkan di Makassar.

d. Perang Aceh 1873 – 1904

Kawan-kawan, sebab-sebab umum terjadinya perang Aceh yaitu sebagai berikut. – Belanda ingin menguasai Aceh karena letaknya strategis. – Adanya Traktat Sumatra yang ditandatangani oleh Inggris dan Belanda tahun 1871. Isi traktat, Inggris tidak akan menghalangi Belanda menaklukkan Sumatra. Adapun sebab-sebab khusus terjadinya perabf Aceh yaitu karena tahun 1837 Sultan Mahmud Syah menolak tunduk kepada Belanda. Perlawanan semakin berkobar ketika Jenderal Kohler dan Jenderal Pel tewas dalam pertempuran. Tewasnya dua Jenderal tersebut membuat Belanda terpukul. Belanda segera menggunakan siasat ”Stelsel Konsentrasi” atau siasat garis pemusatan. Siasat Belanda itu tidak membuat gerilyawan Aceh gentar. Mereka bahkan terus menyerang benteng-benteng Belanda. Mereka juga merusak jalan dan jembatan yang sering dilalui Belanda. Belanda menerapkan siasat adu domba dalam mengalahkan gerilyawan Aceh. Teuku Umar memanfaatkannya dengan berpura-pura menyerah. Belanda menyambut gembira bergabungnya Teuku Umar dengan memberinya gelar Kini Aku Tahu Diponegoro adalah sebuah nama dari bahasa Sanskerta yang berarti cahaya kerajaan. Beliau adalah putra sulung sultan ketiga Jogjakarta. Diponegoro dilihat oleh orang Jawa sebagai Ratu Adil dan titisan dewa Hindu yaitu Wisnu. Gambar 6.9 Jenderal de Kock. Di unduh dari : Bukupaket.com Perjuangan Bangsa Indonesia pada Masa Penjajahan Belanda dan Jepang 119 “Teuku Johan Pahlawan”. Teuku Umar diizinkan memimpin pasukan dan diberi senjata lengkap. Begitu Belanda lengah, Teuku Umar beserta pasukannya pergi dengan membawa senjata. Hal ini membuat Belanda kembali terpukul. Akhirnya, Belanda menggunakan siasat kekerasan untuk mengalahkan gerilyawan Aceh. Gerilyawan-gerilyawan Aceh banyak yang gugur termasuk Teuku Umar. Namun, perjuangannya tetap dilanjutkan oleh Cut Nyak Dien dibantu Cut Meutia. Gambar 6.11 I Gusti Ketut Jelantik. Gambar 6.10 a Cut Nyak Dien dan b Cut Meutia. a b Pada tahun 1903, Sultan Muh. Daudsyah dan Panglima Polim menyerah. Kemudian 1904, para pemimpin Aceh dipaksa menandatangani perjanjian singkat atau Plakat Pendek. Isinya Aceh mengakui kekuasaan Belanda.

e. Perang Jagaraga 1846–1849