Perjuangan Bangsa Indonesia pada Masa Penjajahan Belanda dan Jepang 117
Kawan-kawan, semula Perang Paderi hanya terjadi antara Kaum Paderi melawan kaum adat. Kaum Paderi dipimpin Datuk Bandara. Kaum adat dipimpin
Datuk Sah. Setelah Datuk Bandaro meninggal, Kaum Paderi dipimpin oleh Muhammad Sahab atau Datuk Malim Basa. Oleh karena berkedudukan di
Bonjol, maka dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol.
Perang Paderi terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung sebelum pecah Perang Diponegoro 1821–1825. Tahap kedua terjadi setelah Belanda
memadamkan perang Diponegoro 1830 – 1837. Setelah Perang Diponegoro padam, Belanda melanggar perjanjian yang dibuatnya. Belanda tidak mengakui
batas-batas wilayah Kaum Paderi. Pertempuran pun kembali terjadi antara Kaum Paderi dan Belanda di daerah Pariaman.
Akhirnya, Tuanku Imam Bonjol berhasil ditangkap Belanda. Beliau dibuang dan diasingkan ke Cianjur. Selanjutnya beliau dipindahkan ke Minahasa hingga wafat.
Tuanku Imam Bonjol dimakamkan di Desa Pineleng di dekat Manado.
c. Perang Diponegoro 1825–1830
Perang Diponegoro terjadi oleh sebab-sebab umum berikut ini.
– Wilayah Mataram semakin dipersempit.
– Pemerintah Hindia Belanda melarang
keluarga bangsawan menyewakan tanah kepada pengusaha-pengusaha per-
kebunan Belanda.
– Peradaban Barat yang bertentangan
dengan ajaran Islam mulai memasuki kalangan istana.
– Rakyat sangat menderita karena dibebani
banyak pajak. Perang Diponegoro juga diakibatkan oleh sebab-sebab khusus. Diawali tahun
1825 Belanda merencanakan membuat jalan. Jalan itu melintasi tanah makam leluhur Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro yang tidak berkenan atas
rencana Belanda mencabut tonggak-tonggak tersebut. Belanda memanggil Pangeran Diponegoro, namun beliau menolaknya. Akhirnya, tanggal 20 Juli
1825 Belanda menyerbu tempat tinggal Pangeran Diponegoro di Tegalrejo.
Perlawanan berkobar antara Belanda dengan pasukan Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro mendapat bantuan dari tokoh Kyai Mojo dan Sentot
Prawirodirjo. Untuk menghindari sergapan Belanda, Pangeran Diponegoro selalu memindahkan markasnya. Siasat yang digunakan adalah perang gerilya.
Siasat yang digunakan berhasil mengelabui Belanda. Sepanjang tahun 1825– 1826 pasukannya banyak memperoleh kemenangan. Namun, tahun 1827
keadaan mulai berubah. Belanda menarik pasukannya dari daerah lain untuk memadamkan perang Diponegoro.
Gambar 6.8 Pangeran Diponegoro
Di unduh dari : Bukupaket.com
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V 118
Pasukan Belanda dipimpin oleh Jend. de Kock. Siasat yang digunakan Belanda dalam
menghadapi pasukan Pangeran Diponegoro yaitu Benteng Stelsel. Akibatnya, daerah
gerilya pasukan Diponegoro menjadi sempit dan terpecah belah. Meski
demikian, Pangeran Diponegoro belum menyerah. Belanda menempuh jalan
terakhir yaitu mengajak Diponegoro berunding. Oleh karena perundingan
gagal, Belanda menangkap Pangeran Diponegoro untuk dibawa ke Semarang.
Setelah dipindahkan ke Batavia, pada tahun 1834 dipindahkan lagi ke Makassar.
Beliau wafat 8 Januari 1855 dan dimakamkan di Makassar.
d. Perang Aceh 1873 – 1904