Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V 116
2. Perlawanan terhadap Pemerintahan Belanda
Perlawanan rakyat di beberapa daerah dalam menentang pemerintah Belanda antara lain sebagai berikut.
a. PattimuraThomas Matulessy 1817
Pattimura lahir pada tahun 1783. Melihat penderitaan rakyat di tanah kelahirannya,
Pattimura bangkit melawan Belanda. Pattimura dibantu Antoni Ribok, Paulus Tiahahu, dan
Christina Marta Tiahahu. Sebab-sebab ter- jadinya perlawanan tersebut adalah:
–
benteng Duurstede diduduki Belanda, –
rakyat dipaksa menyerahkan ikan asin, dendeng, dan kopi,
– rakyat dipaksa kerja rodi menebang kayu,
membuat garam, dan membuka perkebunan pala.
Sebab-sebab lain yang menyulut perlawanan Pattimura yaitu adanya monopoli dagang. Selain itu, adanya hak eksturpasi yang sangat merugikan rakyat. Hak
eksturpasi adalah hak Belanda untuk membuang ke laut kelebihan hasil panen. Tujuannya supaya harga penjualan tetap tinggi. Semua tindakan Belanda
tersebut semakin membuat rakyat tidak suka.
Namun pada akhirnya Belanda berhasil menangkap Pattimura, Antonie Rhebok, dan Raja Liow. Pattimura menolak ajakan Belanda untuk bekerja sama.
Selanjutnya, Pattimura dibawa ke pengadilan kolonial. Ia dijatuhi hukuman gantung yang dilaksanakan tanggal 16 Desember 1817.
b. Perang Paderi 1821–1837
Perang Paderi dilatarbelakangi pulangnya tiga tokoh Paderi Agama dari Mekah. Mereka
yaitu Haji Sumanik, Haji Paleang, dan Haji Miskin. Ketiga tokoh Paderi ini ingin
menegakkan agama Islam di Sumatra Barat. Penyebab terjadinya Perang Paderi adalah
sebagai berikut. –
Pertentangan antara kaum adat dan Kaum Paderi. Kaum adat ingin
mempertahankan adat seperti berjudi, menyabung ayam, dan minum-minuman
keras.
Padahal kaum Paderi ingin memberantasnya karena bertentangan dengan ajaran Islam.
– Belanda membantu kaum adat dalam menentang Kaum Paderi.
Gambar 6.7 Tuanku Imam Bonjol.
Gambar 6.6 Pattimura.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Perjuangan Bangsa Indonesia pada Masa Penjajahan Belanda dan Jepang 117
Kawan-kawan, semula Perang Paderi hanya terjadi antara Kaum Paderi melawan kaum adat. Kaum Paderi dipimpin Datuk Bandara. Kaum adat dipimpin
Datuk Sah. Setelah Datuk Bandaro meninggal, Kaum Paderi dipimpin oleh Muhammad Sahab atau Datuk Malim Basa. Oleh karena berkedudukan di
Bonjol, maka dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol.
Perang Paderi terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung sebelum pecah Perang Diponegoro 1821–1825. Tahap kedua terjadi setelah Belanda
memadamkan perang Diponegoro 1830 – 1837. Setelah Perang Diponegoro padam, Belanda melanggar perjanjian yang dibuatnya. Belanda tidak mengakui
batas-batas wilayah Kaum Paderi. Pertempuran pun kembali terjadi antara Kaum Paderi dan Belanda di daerah Pariaman.
Akhirnya, Tuanku Imam Bonjol berhasil ditangkap Belanda. Beliau dibuang dan diasingkan ke Cianjur. Selanjutnya beliau dipindahkan ke Minahasa hingga wafat.
Tuanku Imam Bonjol dimakamkan di Desa Pineleng di dekat Manado.
c. Perang Diponegoro 1825–1830