sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu
dengan berbagai macam 10 bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang
bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman - pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam
mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain.
Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda - beda. Perbedaan tersebut bisa
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara
pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda – beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha
untuk menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu
akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami
atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya Waidi, 2006: 118. Jalaludin Rakhmat 2007: 51 menyatakan persepsi adalah
pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan - hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Sedangkan, Suharman 2005: 23 menyatakan: “persepsi merupakan suatu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh mel
alui system alat indera manusia”. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang 11 dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu
pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian. Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat
bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga
individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera - indera yang dimilikinya.
b. Syarat Terjadinya Persepsi
Menurut Sunaryo 2004: 98 syarat - syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut:
1.Adanya objek yang dipersepsi 2.Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama
sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. 3.Adanya alat inderareseptor yaitu alat untuk menerima
stimulus 4.Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus
ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.
c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Miftah Toha 2003: 154, factor - faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:
1.Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian
fokus, proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
2.Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar,
intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal - hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu
objek. Menurut Bimo Walgito 2004:70 factor - faktor yang berperan
dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu: a.
Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera
atau reseptor.Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri
individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di samping itu juga harus ada syaraf sensoris
sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat
kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanyaperhatian, yaitu merupakan langkah
utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi
dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.
Faktor - faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi
suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar - benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi
orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan - perbedaan individu,
perbedaan - perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi
ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya.
d. Proses Persepsi
Menurut Miftah Toha 2003 : 145, proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu:
1.Stimulus atau Rangsangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Terjadinya persepsi
diawali ketika
seseorang dihadapkan pada suatu stimulusrangsangan yang hadir
dari lingkungannya. 2.Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan
syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau
melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya
tersebut. 3.Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan
arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman,
motivasi, dan kepribadian seseorang
2. Karyawan
Pengertian dan definisi karyawan menurut para ahli salah satunya diartikan sebagai penduduk dalam usia kerjaberusia 15-64 tahun atau
jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau
berpartisipasi dalam aktivitas tersebut Subri dalam Manulang, 2002. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Karyawan adalah orang penjual jasa pikiran dan tenaga dan mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkanterlebih dahulu Hasibuan
dalam Manulang, 2002
3. Gaya Kepemimpinan
A. Definisi Gaya Kepemimpinan Ada beberapa definisi mengenai kepemimpinan, diantaranya
adalah: Kepemimpinan menurut Young dalam Kartono, 2003. Menurutnya kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang
didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan
penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus. Kartini Kartono 1994: 33
Pengertian pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan
disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu,
demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. 1.
Teori sifat Teori sifat menurut Ralph Stogdill dalam Numran, 1990
dalam ardana dkk, 2008: 90, mengidentifikasi enam klasifikasi sifat kepemimpinan yaitu:
a. Karakteristik fisik umur, penampilan, tinggi badan,
berat badan, dan lain-lain. b.
Latar belakang sosial pendidikan, status sosial, mobilitas.
c. Intelegensia.
d. Kepribadian waspada, percaya diri, intergritas
pribadi. e.
Karakteristik hubungan tugas kebutuhan prestasi tinggi, inisiatif, orientasi tugas.
f. Karakteristik sosial pergaulan luas dan aktif.
2. Teori perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan
pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku yaitu:
1. Perilaku seorang pemimpin yang cenderung
mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela,
mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya
setingkat dengan dirinya tersebut dengan baik kepada bawahan.
2. Berorientasi kepada bawahan dan produksi
perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima
perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang
berorientasi pada
produksi memiliki
kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan
penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model
leadership continuum
pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan.
Sedangkan berdasarkan
model grafik
kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya
terhadap hasiltugas perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah
fungsi dan gaya kepemimpinan Stoner, 1978: 442.
B.Tipe Gaya Kepemimpinan Sebuah kepemimpinan terdapat unsur seni untuk mempengaruhi
di dalamnya. Usaha pemimpin untuk mempengaruhi orang lain atau bawahan adalah dengan menggunakan gaya-gayanya. Gaya merupakan
aspek penting bagi seorang pemimpin sebab gaya inilah akan memberikan dampak bagi efektifitas kepemimpinan. Akan tetapi,
sebelum membahas gaya kepemimpinan, terlebih dahulu perlu menguraikan arti dan maksud dan gaya itu sendiri. Menurut Siagian
1999:297, gaya adalah keseluruhan tabiat atau sifat seseorang tercermin dalam ucapannya dan tindakan-tindakannya sebagai anggota
organisasi. Sementara itu Thoha 1999:52 menyatakan bahwa adalah norma yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi orang lain Menurut Gregore R. Terry yang di ahlih bahaskan oleh G.A
Ticoalu 2001; 200-203 terdapat enam tipe gaya kepemimpinan 1.
Gaya kepemimpinan Pribadi 2.
Gaya Kepemimpinan Non Pribadi 3.
Gaya Kepemimpinan Otoritas 4.
Gaya Kepemimpinan Demokrasi 5.
Gaya Kepemimpinan Peternalistis 6.
Gaya Kepemimpinan Bakat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Yukl 1998:44, gaya kepemimpinan ini dikategorikan menjadi : A.
Gaya kepemimpinan berorientasi tugas Gaya kepemimpinan berorientas pada tugas, Hersey dan
Blancard 1995 : 155 menyebutkan dengan berorientasi produksi, mereka menyatakan lebih menekankan pada aspek-
aspek teknis pekerjaan atau para pegawai dipandang sebagai alat untuk
mencapai tujuan
organisasi. Mengenai
gaya kepeminipinan yang berorientasi tugas ini Robbins 2003:39
berpendapat bahwa berorientasi produksi beronientasi tugas ialah kecenderungan seorang pemimpin yang menekankan aspek
teknis atau tugas dan pekerjaan dan perhatian utama mereka adalah pada penyelesaian tugas kelompok, dan anggota
kelompok adalah suatu alat untuk tujuan akhir. Sedangkan Davis dan Newstrom 1999: 165 berpendapat
bahwa para pemimpin yang berorientasi pada tugas yang berstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan
tetap membuat orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi Lebih lanjut Yukl 1998:49 menyatakan bahwa
berorietasi pada studi-stud Michigan sama dengan
Initiating Structure
yaitu menunjukkan hal-hal yan dapat menarik minat kerja, memberi kritik bila pekerjaan salah atau jelek mau bekerja
sama menyusun pekerjaan atau tugas, memberikan instruks yang jelas dan memberikan pengawasan pada saat bekerja Gaya
kepemimpinan hasil penelitian University of Michigan ini lebi menekankan pada penegasan antara peran pemimpin dengan
peran bawahan Peranan pemimpin dalam menentukan perencanaan-perencanaan
dan pengorganisasian
serta menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaan melalu bawahan,
sedangkan bawahan melaksanakan tugas atau pekerjaan yang diberikan oleh pemimpin secara baik dan benar.
B. Gaya kepemimpinan berorientasi hubungan
Menurul Hersey dan Blancard 1995 : 120 berorientasi pada hubunga mereka menyebutkan dengan orientasi pegawai, dan
mereka mengataka bahwa para pemimpin lebih menekankan pada aspek huhungan dari pekerjaa mereka. Para pemimpin
merasa bahwa setiap pegawai adalah penting da menaruh perhatian
terhadap setiap
orang dengan
menerima individualitas da kebutuhan pribadi Menurut Stoner dan Sirait
1996:120
employed oriented
merupakan suat usaha atau cara- cara untuk mencoba memotivasi dan mengendalika bawahan,
mereka mendorong anggota kelompok untuk melaksanakan tuga dengan membiarkan anggota kelompok berpartisipasi
dalam keputusa mempengaruhi mereka dan membentuk hubungan yang bersahabat. Salin percaya dan saling
menghormati diantara anggota kelompok. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sedangka menurut Davis dan Newstrom 1999: 166 pemimpin yang berorientasi pad konsederasi orientasi hubungan akan
mencapai tingkat produksi yang agak lebih tinggi. Sebab pemimpin sangat memperhatikan kebutuhan manusia dan para
pegawai. Pemimpin seperti ini biasanya berusaha untuk membina kerja tim dan membantu para pegawai untuk
menanggulangi masalah mereka Menurut Yukl 1998 : 41, menyatakan bahwa
Consideration
adalah tingkat sejauh mana seorang pemimpin bertindak secara ramah dan mendukung
memperlihatkan perhatian
terhadap bawahan
dan memperhatika kesejahteraan mereka.
Selanjutnya Yukl 1998:44 memberikan contoh tindakan termasuk konsiderasi adalah mengembangkan sifat-sifat
bersahabat. Memberikan kesempatan menyampaikan usulan, gagasan dan pendapat memberikan dukungan dan ramah,
memperhatikan konflik yang terjadi, memikirkan kesejahteraan pegawai. memberikan kesempatan mendiskusika masalah-
masalah pegawai. Tipe kepemimpinan adalah jenis atau model bagaimana cara
pemimpin it memimpin itu bawahannya. Menurut Yukl 1998, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tipe kepemimpinan ada empat macam: a.
Kepemimpinan direktif Pemimpin ini bersifat otokratis dimana tidak ada partisipasi
bawahan. Bawahan secara tahu jelas apa yang diharapkan dari mereka dan perintah-perintah khusus diberikan oleh
pemimpin. Gaya kepemimpinan direktif mempunyai hubungan positif dengan kepuasan dan harapan bawahan
yang melakukan pekerajan lebih dan satu, mempunyai hubungan yang negatif dengan kepuasan dan harapan
bawahan yang melakukan tugas-tugas jelas. b.
Kepemimpinan suportif Pemimpin bersikap sebagai teman, mudah didekati dia
menunjukkan dirisebagai kawan sejati baik bawahan. Gaya kepemimpinan ini mempunyai pengaruh positif pada
kepuasan bawahan yang bekerja dengan tugas-tugas yang penuh tekanan, frustasi dan tidak memuaskan
c. Kepemimpinan partisipatif
Pemimpin memperhatikan saran saran bawahan tetapi masih membuat keputusan untuk tugas
–tugas yang tidak rutin. Karyawan lebih puas dibawah pimpinan yang
partisipatif daripada pemimpin yang non partisipatif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Semangat Kerja
1. Defenisi semangat kerja
Semangat kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama dengan disiplin dan rasa tanggug jawab terhadap kegiatannya. Alfred R.L, 1971:66.
Semangat kerja juga diartikan sebagai suatu kegiatan dalam melaksanakan pekerjaan secara cepat dan lebih baik menyelesaikan suatu kegiatan. Alex S.
Nitisemito, 1992:160. Semangat kerja merupakan perasaan yang memungkinkan seseorang
bekerja untuk menghasilkan yang lebih banyak dan lebih baik. George D. Hasley, 1992 : 65 Semangat kerja juga merupakan suatu sikap individu atau
kelompok terhadap kesukarelaannya untuk bekerjasama agar mencurahkan kemampuanya secara menyeluruh. Pariata Westra, 1988:65. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah kemauan dari setiap individu atau kelompok untuk saling bekerja sama dengan giat,
disiplin, dan penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan
Unsur-unsur Semangat kerja dapat diukur melalui presensi pegawai di tempat kerja, tanggung jawabnya terhadap pekerjaan, disiplin kerja, kerja sama
dengan pimpinan atau teman sejawat dalam organisasi serta tingkat produktivitas kerja. Asas-asas manajemen. D. Hasley 1988:67
Untuk memahami unsur-unsur semangat kerja berikut masing-masing unsur:
a. Presensi
b. Disiplin kerja
c. Kerja sama
d. Tanggung jawab
e. Produktivitas kerja
2. Cara meningkatkan semangat kerja
Menurut Nitisemito 1999:168.181, mengungkapkan setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan semangat dan
kegairahan kerja semaksimal mungkin, dalam batas-batas kemampuan perusahaan tersebut. Cara atau kombinasi yang paling
tepat tergantung pada situasi dan kondisi perusahaan tersebut serta tujuan yang ingin dicapai. Cara-cara tersebut di antaranya:
a Memberikan gaji yang cukup
b Memperhatikan kebutuhan rohani
c Sesekali perlu menciptakan suasana santai
d Memperhatikan harga diri karyawan
e Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat
f Memberikan kesempatan pada karyawan untuk maju
g Memperhatikan rasa aman menghadapi masa depan
h Sesekali mengajak karyawan untuk berunding
i Pemberian fasilitas yang menyenangkan
3. Insikasi rendahnya semangat kerja
Menurut Nitisemito 1999:160-166 adanya indikasi yang menyebabkan rendahnya semangat kerja. Dengan mengetahui
indikasi ini maka akan diketahui sebab-sebab turunnya semangat dan kegairahan kerja. Indikasi-indikasi tersebut adalah:
a. Rendahnya produktivitas
Rendahnya produktivitas ini dapat terjadi karena kemalasan atau penundaan kerja.
b. Tingkat absensi yang tinggi
Untuk melihat tingkat absensi dikatakan tinggi, maka kita tidak boleh melihat naiknya tingkat absensi tersebut secara
perseorangan tapi harus dilihat secara rata. c.
Tingkat perpindahan buruh yang tinggi Keluar masuknya karyawan yang meningkat tersebut
terutama disebabkan karena ketidaksenangan mereka bekerja pada perusahaan tersebut, sehingga mereka akan
berusaha untuk mencari kerja di tempat lain. Tingkat keluar masuknya karyawan yang tinggi selain dapat menurunkan
produktivitas juga dapat mengganggu kelangsungan jalannya perusahaan.
d. Tingkat kerusakan yang tinggi
Naiknya kerusakan tersebut menunjukkan bahwa perhatian dalam pekerjaan berkurang.
e. Kegelisahan dimana-mana
Kegelisahan di lingkungan kerja akan terjadi bila semangat dan kegairahan kerja turun. Seorang pemimpin harus
mengetahui adanya kegelisahan-kegelisahan yang timbul di lingkungan kerja.
f. Tuntutan yang sering kali terjadi
Tuntutan yang seringkali terjadi sebenarnya adalah wujud dari ketidakpuasan, dimana pada tahap tertentu akan
menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan. g.
Pemogokan Tingkat indikasi yang terkuat yang menyebabkan turunnya
semangat dan
kegairahan kerja
adalah terjadinya
pemogokan. Hal ini disebabkan karena pemogokan terjadi karena ketidakpuasan dan kegelisahan para karyawan
5. Pengaruh gaya kepemimpinan menurut persepsi karyawan
terhadap semangat kerja
Seperti kita ketahui bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok di
dalam perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan sendiri. Seorang pemimpin yang baik,
sangat tergantung pada kemampuan pemimpin tersebut dalam menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada situasi yang dihadapinya
Tannan baunm dan schmidt yang di kutip oleh Gibson2001:285 mengatakan bahwa “Manajer yang baik adalah orang yang dapat
memelihara keseimbangan yang tinggi dalam menilai secara tepat kekuatan yang menentukan perilakunya yang paling cocok bagi waktu
tertentu dan benar-b enar mampu bertindak demikian”.
Dari uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap produktivitas terlebih pada
semangat kerja karyawan. Dengan dasar pemikiran tersebut, penlis ingin mencoba mengadakan penelitian tentang pegaruh prepsesi karyawan pada
gaya kepemimpinan terrhadap semangat kerja karyawan dengan hipotesis yang ada
B. Peneliti terdahulu
P
enelitian terdahulu diteliti oleh Lyan Dewi Kartika 2005 dengan judul : Hubungan gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja
karyawan pada PTPN XI PG Wringin Anom Situbondo. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan penelitian survei
yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul sumber data utama. Indikator yang
digunakan untuk mengukur variebel gaya kepemimpinan adalah gaya kepemimpinan berorientasi tugas X1 dan gaya kepemimpinan
berorientasi hubungan X2, sedangkan indikator yang digunakan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengukur variabel kepuasan kerja adalah system reward, pekerjaan itu sendiri, keadaan kerja yang mendukung, rekan sekerja yang mendukung.
Perhitungan dan analisis menggunakan statistik non parametrik, menggunakan analisis korelasi Rank Spearman antara variabel gaya
kepemimpinan X dan variabel kepuasan kerja Y diperoleh hasil regresi sebesar 0,6900 karena N lebih besar 30 maka pengujian signifikansinya
menggunakan uji t dari perhitungan uji t diperoleh hasil test sebesar 2,144. Sedangkan harga kritis untuk N = 45 dimana df = N
– 2 – 1 45-2-1 dengan taraf signifikansinya 5 taraf kepercayaan 95 adalah 2,021.
Penelitian kedua yang juga relevan adalah penelitian yang dilakukan Nurul Musukh 2006 yang berjudul : analisis pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap prestasi kerja karyawan pada UD Tegal Jaya Jember. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian Musukh
dengan menggunakan teknik analisis Regresi Linier Berganda, Uji F, Uji t, analisis Koefisien determinasi berganda dan parsial. Teknik tersebut
biasanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dua variabel yang berbeda dan mengetahui indikator variabel bebas yang paling
berpengaruh
.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada UD Tegal Jaya Jember, bahwa gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas dan gaya
kepemimpinan berorientasi pada hubungan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan UD Tegal jaya
Jember, Kontribusi pengaruh kedua gaya kepemimpinan tersebut prestasi
kerja karyawan UD Tegal Jaya Jember sebesar 0,634 atau 63,4 .
Sedangkan sisanya sebesar 0,366 atau 36,6 disebabkan faktor lain yang
berada diluar penelitian ini. Sedangkan hasil perhitungan koefisien
determinasi parsial untuk gaya kepemimpinan berorientasi tugas sebesar
57,6 sedangkan untuk gaya kepemimpinan berorientasi hubungan sebesar 55,6. Hanya ada selisih sedikit dari kedua gaya kepemimpinan
tersebut, yang menunjukkan gaya kepemimpinan berorientasi tugas lebih dominan daripada gaya kepemimpinan berorientasi hubungan
C.
Kerangka konseptual penelitian
Kepemimpinan dalam suatu perusahaan bisa berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan, dengan adanya gaya kepemimpinan yang sesuai
diharapkan mampu untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Seorang pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam memotivasi
semangat kerja karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai Dari uraian tersebut dapat digambarkan secara sistematis tentang
pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan adalah sebagai berikut:
Gambar II.1. Kerangka konseptual Pengaruh perpsesi karyawan pada Gaya Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja
D. HIPOTESIS
Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: Ha : Peresepsi karyawan pada gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap
semanagat kerja karyawan. Ho : Perepsesi karyawan pada gaya kepemimpinan tidak berpengaruh
terhadap semangat kerja karyawan. Gaya Kepemimpinan X
- Menujukan hal hal yang dapat menarik kerja
- Memberi tahu apa yang harus dikerjakan
dan bagaimana mengerjakannya -
Memberikan kritik bila pekerjaan salah satu atau jelek
- Mau bekerja sama dalam menyusun
pekerjaan -
Memberikan instruksi yang jelas -
Memberikan pengawasan pada saat bekerja
Semangat Kerja Y -
Presensi -
Disiplin kerja -
Kerja sama -
Tanggung jawab -
Produktivitas kerja
29
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu suatu penelitian yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi dengan angka.
B.
Subjek dan Objek Penelitian 1.
Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah orang yang menjadi sasaran dalam penelitian dan yang akan memberikan informasi kepada penulis. Subyek dalam
penelitian ini adalah karyawan pada PT. PLN Persero Area Kupang.
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian adalah variabel yang dapat diukur dan akan diteliti oleh penulis. Obyek dalam penelitian ini adalah pengaruh gaya
kepemimpinan dan kinerja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
1.
Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016.
2.
Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. PLN Persero Area Kupang
D.
Variabel penelitian
Variabel
variable
adalah suatu simbol yang berisi suatu nilai. Variabel dikelompokkan menjadi variabel dependen dan variabel
independen. Selain itu, variabel juga dikelompokkan menjadi variabel moderasi atau
moderating variable
, variabel mediasi atau
mediating variable
, dan variabel ekstrani atau
extraneous variable
Jogiyanto, 2010:65.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yaitu presepsi
karyawan pada gaya kepemimpinan, dan variabel dependen yaitu
semangat kerja karyawan
1. Variabel Bebas
Independent Variable
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya variabel terikat. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah persepsi karyawan pada Gaya Kepemimpinan X. Indikator yang digunakan sebagai alat
ukur gaya kepemimpinan adalah : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI