keterbukaan. Keterbukaan ini berguna untuk mengatasi kesulitan dan tekanan wartawan dalam membuat berita secara akurat, adil,
imbang, independent, berani dan bertanggung jawab kepada masyarakat. Media harus memberi ruang bagi wartawan untuk
merasa bebas berpikir dan berpendapat.
2.1.3. Tulisan Opini Dalam Surat Kabar
Surat kabar sebagai media cetak memiliki suatu strategi dalam menyuguhkan informasinya melalui strategi rubrikasi sehingga dapat
menarik perhatian dan minat dari pembaca. Rubrikasi merupakan pengelompokan pesan-pesan yang disuguhkan berdasarkan bidang
seperti berita utama, politik, ekonomi, olehraga dan sebagainya atau berdasarkan lingkup geografis seperti rubrikasi nasional, internasional
dan sebagainya dengan tujuan untuk mensistematiskan informasi dan memeprmudah pembca dalam mencari informasi. Panuju, 2005:95-96
Sebagaian besar media massa menyediakan rubrik khusus yang ditulis oleh masyarakat luas. Dalam rubrik ini merupakan analisis atau
paparan yang mendalam dan kritis serta disertai solusi dan prediksi terhadap suatu bidang atau masalah tertentu. Opini dalam penerbitan
pers dapat berasal dari masyarakat luas yang disebut pendapat umum dan yang berasal dari penerbitannya sendiri yang dikenal sebagai
pendapat redaksi.
Pada penerbitan sutau kabar biasanya menyediakan satu halamn penuh yanga khusus memuat pendapat atau opini, baik pendapat umum
maupun pendpaat penerbit. Halaman ini disebut sebagai halaman pendapat opinion page yang bertujuan untuk memisahkan
pemberitaan antara fakta dan opini, tetapi dalam perkembangannya muncul juga pemberitaan yang bernuansakan opini di halaman-halaman
utama Djuroto, 2000:67. Tulisan opini ini kemudian mengalami perkembnagan yang
cukup luas bahkan telah membentuk dan membangun komunitas tersendiri. Halaman opini yang tersedia dalam surat kabar menjadi
wahana atau tempat menuangkan gagasan dan pendapat individu. Nama penulis yang dicantumkan dalam tulisan opini, dapat mengangkat
kepopuleran penulisnya dan juga mendapatkan honorarium yang lumayan sehingga kegiatan menulis opini dapat dijadikan sebagai
pekerjaan sampingan. Bahkan penghasilan dari menulis opini lebih banyak daripada menerbitkan buku, maka para intelektual lebih
memilih menulis opini daripada menerbitkan buku. Dalam menulis buku dituntut untuk membaca banyak buku
sebagai referensi yang membutuhkan waktu yang lama. Hal ini belum ditunjang dengan royalti menulis buku yang sangat kecil. Sednagkan
dalam menulis opini tidak membutuhkan waktu yang lama, dengan membaca dua atau tiga buku saja sebagai referensi sudah cukup.
Setelah tulisan opini tersbeut dimuat dalam surat kabar maka honorarium yang diterima lumayan dalam jangka watu pendek.
Dalam rubrik opini ini surat kabar bermaksud menyampaikan informasi tentang suatu analisis yang mempunyai perspektif keilmuan
tertentu, tetapi disajikan dengan cara dari subtansi dan relasi logika yang dipergunakan dengan masalah yang disajikan. Hal ini memberikan
wawasan yang lebih komprehensif kepada masyarakat tentang suatu masalah atau ide penting yang sedang aktual. Selain itu, dalam rubrik
opini tidak menutup kemungkinan terjadinya polemik dari banyak penulis yang mempunyai pendapat atau sudut pandang yang berbeda.
Keadaan semacam itu bisa menimbulkan kebingungan dalam masyarakat, tetapi pada hakekatnya mengandung pembelajaran agar
pemaca terbiasa menerima pendpaat atau pikiran yang berbeda dan menghargai pluralisme surat kabar sebagai media massa yang arif pasti
memiliki kebijakan untuk membuat polemik tersebut seimbang dan jalan tengah terhadap opini yang dimuat. Oleh karena itu, tidak jarang
wartawan media yang bersangkutan juga turut terlibat dalam polemik tersebut tidak menulis berita tetapi menulis opini dengan tujuan
memberi perspektif lain diluar perspektif idealistis. Wartawan menulis opini tidak terlalu banyak membahas teori karena sistem kerja
wartawan sehingga wartawan memiliki pengalaman empirik dilapangan. Dengan demikian opini tidak sekedar analisis yang tidak
masuk akal, tetapi menjadi realistis dengan kondisi masyarakat. Panuju, 2005:89
2.1.4. Kategorisasi