Dari pendapat beberapa sumber di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa cura personalis bertujuan mendampingi, menemani, membantu,
dan peduli secara intensif kepada setiap pribadi. Maka diperlukan rasa percaya agar dapat terbuka dan berkomunikasi, diperlukan empati untuk
memahami dan mendengarkan, rasa hormat untuk menghargai setiap pribadi.
2. Faktor-faktor
Peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi cura personalis, antara lain :
a. Situasi
Yang dimaksud
dengan situasi
adalah keadaan
yang menunjukkan waktu dan tempat. Situasi ada 2 yaitu situasi secara
umum atau kondisi yang tidak terduga misal sedang berjalan atau berpapasan lalu bertegur sapa, saat pelaksanaan kegiatan belum tentu
semua dosen mendampingi. Dalam situasi khusus misal perkuliahan dan bimbingan skripsi.
b. Perbedaan usia
Perbedaan usia ini terlihat dari cara pendekatan, ada yang formal dan informal misal dosen muda terlihat lebih santai dan lebih mudah
dekat dengan mahasiswa karena tidak terpaut usia yang jauh. c.
Peran Peran dapat diartikan serangkaian perilaku yang diharapkan
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara
formal dan informal. Individu yang melakukan sesuatu sesuai situasi untuk memenuhi harapan. Dilihat dari dosen sebagai pejabat, dosen
sebagai pengampu mata kuliah dan doen sebagai pembimbing tentu memiliki peran yang berbeda. Dosen bisa sebagai orangtua atau
teman bagi mahasiswa. Dosen yang kebapakan atau keibuan, dosen bisa menjadi contoh karena mahasiswa merasa kagum.
Dari ketiga faktor ini saling berkaitan dan saling mendukung.
3. Ciri-ciri
Berdasarkan hasil wawancara dengan Romo Mulyatno, Pr 23 September 2014 ciri-ciri
cura personalis yaitu perhatian secara pribadi, ada pendampingan, ada proses mendengarkan, ada pengenalan pribadi, ada
bantuan-bantuan khusus pada mahasiswa-mahasiswa yang membutuhkan bantuan dalam bentuk-bentuk konkrit baik itu di strukturasi dalam
program prodi, dosen, maupun sikap dosen terhadap mahasiswanya. Sedangkan hasil wawancara dengan Romo Paul Suparno, S.J 1 Oktober
2014 ciri-ciri cura personalis yaitu adanya komunikasi, mendengar, memperhatikan, dan membantu.
4. Aspek
Setelah peneliti
membaca dari
beberapa sumber,
peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek dalam penelitian ini adalah
a. Rasa percaya
Rogers Kurnanto, 2013 : 56 berpendapat bahwa kepercayaaan yang mendalam terhadap kemampuan individu untuk mengembangkan
potensi yang ada dalam diri. Dengan begitu, individu maju dengan sendirinya.
b. Terbuka
Menurut etimologi bahasa, keterbukaan berasal dari kata terbuka. Terbuka adalah sikap jujur, rendah hati, dan menerima pendapat orang
lain secara adil. Keterbukaan merupakan pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi
dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada
kenyataan. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang
efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi. Kedua, mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang. Ketiga, menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui
bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya www.academia.edu.
c. Komunikasikomunikatif
Siahaan 2000: 1 menjelaskan komunikasi adalah sarana vital untuk mengerti diri sendiri, mengerti orang lain, umtuk memahami apa
yang dibutuhkannya dan apa yang dibutuhkan orang lain, apa pemahaman kita dan apa pemahaman sesama. Dengan komunikasi
dapat diterka sejauh mana kita berkehendak dan sejauh mana kita dapat mengerti orang lain.
Siahaan 2000: 4 menjelaskan komunikasi adalah seni penyampaian informasi pesan, ide, sikap atau gagasan komunikator
untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan pola, sikap, pandangan dan pemahamannya ke pola dan pemahaman yang
menghendaki komunikator. Shannon dan Weaver Wiryanto, 2004: 7 menjelaskan komunikasi
adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk
komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.
d. Empati
Kurnanto 2013: 57 mengatakan, empati pada dasarnya merupakan kemampuan untuk memasuki dunia subyektif orang lain,
dan kemampuan untuk mengkomunikasikan pemahaman itu kepada orang yang bersangkutan. Kemampuan untuk menyatakan empati
secara efektif tergantung kepada adanya sikap perlakuan yang asli dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk memahami dunia pribadi
orang lain. Geldard 2008:45 berpendapat, empati berarti mampu sepenuhnya
memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, sehingga
hampir-hampir meniadakan identitas diri untuk menyatu dengan orang tersebut.
Goleman 2002: 428 mengatakan, empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain dan berpikir dengan sudut pandang
mereka, menghargai perbedaan perasaan orang mengenai berbagai hal. e.
Mendengarkan aktif Kurnanto 2013 :19 mengatakan, mendengarkan aktif melibatkan
mendengarkan isi, suara, dan bahasa tubuh orang yang berbicara Corey, Corey, Corey, 2009. Hal ini juga melibatkan komitmen
berkomunikasi kepada orang yang berbicara bahwa Anda benar-benar mendengarkan. Teknik utama yang digunakan adalah dengan
mengamati bahasa nonverbal yang tampak dari gerak tubuh, ekspresi wajah dan khususnya pergeseran tubuh.
Menurut Kurnanto 2013: 56, mendengarkan secara aktif bukan hanya mendengarkan kata-kata yang diucapkan konseli, melainkan
juga menangkap makna di belakang pernyataan verbal dari konseli. Dalam hal ini konselor harus mampu memberi kemudahan untuk
munculnya pernyataan yang paling sungguh-sungguh dari pengalaman individu yang subyektif.
f. Rasa hormat
Menurut Kurnanto 2013: 58, rasa hormat diartikan sikap menghargai orang lain sebagaimana adanya. Sikap menghormati ini
mengisyaratkan pandangan bahwa individu satu dan lainnya
mempunyai kedudukan yang sama. Individu merupakan pribadi tersendiri yang unik yang mempunyai hak untuk memandang segala
sesuatu dari sisi yang menguntungkan dirinya. Menurut Kurnanto 2013: 57, penghargaan positif itu mengangkat
upaya untuk mengkomunikasikan dan tidak disertai dengan penilaian terhadap perasaan dan pemikiran perhatian dan kasih sayang tanpa
syarat. Perhatian dan kehangatan itu adalah gagasan untuk mengembagkan suatu sikap penerimaan terhadap individu sebagai
keseluruhan. Menurut Geldard 2008: 44, sikap hormat berarti menghargai
orang lain sebagai manusia yang mampu menemukan solusi-solusi atas persoalan-persoalan sendiri, dan memandang positif kepadanya dengan
asumsi bahwa, terlepas dari apa yang dilakukannya, dia telah berbuat yang terbaik sesuai dengan kemampuannya. Sikap hormat
menyetarakan keyakinan bahwa orang yang dibantu memiliki kemampuan untuk menanggung beban kehidupannya, bertumbuh, dan
berpotensi menebarkan pengaruh positif di dunia ini. Sikap hormat adalah menghargai dan memperlakukan orang sebagaimana adanya
dan sebagai manusia yang layak dihargai.
5. Upaya untuk Meningkatkan Keterlaksanaan